Lulusan PT tak sepenuhnya kuasai teori di bidangnya
A
A
A
Sindonews.com - Perkembangan Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia dinilai tertinggal jauh dibanding PT luar negeri. Hal tersebut membuat PT yang harusnya menjadi pabrik pengetahuan menjadi tidak peka terhadap masalah yang terjadi.
Dosen Program Studi Kajian Media dan Budaya Populer Sekolah Pascasarjana (SPS) Universitas Gajah Mada (UGM), Budiawan mengatakan, saat ini para PT tengah asyik dengan dirinya sendiri dan ironisnya hanya bisa mengecam dan menyayangkan persoalan yang terjadi di masyarakat.
Menurutnya, mindset PT pun kebanyakan hanya terpaku pada ilmu teori mapan semata. Hal itulah yang kemudian melahirkan lulusan-lulusan yang tanggung. "Secara teori sebenarnya kita belum menguasai sepenuhnya. Apalagi aplikasi teori tersebut dalam kehidupan nyata, ternyata juga tidak sepenuhnya bisa melakukan. Lulusan kita akhirnya menjadi lulusan tanggung," tuturnya Budiawan di Yogyakarta, Senin (2/9/2013).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur SPS UGM Hartono menuturkan, sebagai lembaga setara fakultas di UGM, SPS fokus pada pengembangan ilmu multidisiplin. Berawal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), SPS tengah berupaya membangun perekonomian masyarakat dengan mengembangkan potensi yang sudah tersedia.
"Sekarang ini tidak ada persoalan yang monodisiplin ilmu, pasti multidisiplin. Saat ini, SPS bersama fakultas teknik, fakultas pertanian dan beberapa lainnya sedang proses mengembangkan program tentang kelautan. Laut dipilih karena Indonesia sendiri sebenarnya merupakan negara maritim dengan luas laut lebih besar dari daratannya," ujarnya.
Tak hanya kelautan, SPS juga ingin mengembangkan energi bersih, di mana energi yang dihasilkan tidak membahayakan umat manusia. Salah satu sasarannya ialah pengembangan nuklir. Ke depannya, program andalan SPS ialah manajemen pendidikan tinggi.
"Sampai saat ini manajemen pendidikan yang dikelola PT hanya sampai manajemen pendidikan menengah atas, dimana pengelolanya ialah eks IKIP. Sedangkan manajemen PT sampai saat ini belum ada. Karenanya dengan program ini kami ingin ciptakan tenaga ahli manajemen PT, baik dari segi akademik, keuangan hingga sarana prasarana," ungkapnya.
Dosen Program Studi Kajian Media dan Budaya Populer Sekolah Pascasarjana (SPS) Universitas Gajah Mada (UGM), Budiawan mengatakan, saat ini para PT tengah asyik dengan dirinya sendiri dan ironisnya hanya bisa mengecam dan menyayangkan persoalan yang terjadi di masyarakat.
Menurutnya, mindset PT pun kebanyakan hanya terpaku pada ilmu teori mapan semata. Hal itulah yang kemudian melahirkan lulusan-lulusan yang tanggung. "Secara teori sebenarnya kita belum menguasai sepenuhnya. Apalagi aplikasi teori tersebut dalam kehidupan nyata, ternyata juga tidak sepenuhnya bisa melakukan. Lulusan kita akhirnya menjadi lulusan tanggung," tuturnya Budiawan di Yogyakarta, Senin (2/9/2013).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur SPS UGM Hartono menuturkan, sebagai lembaga setara fakultas di UGM, SPS fokus pada pengembangan ilmu multidisiplin. Berawal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), SPS tengah berupaya membangun perekonomian masyarakat dengan mengembangkan potensi yang sudah tersedia.
"Sekarang ini tidak ada persoalan yang monodisiplin ilmu, pasti multidisiplin. Saat ini, SPS bersama fakultas teknik, fakultas pertanian dan beberapa lainnya sedang proses mengembangkan program tentang kelautan. Laut dipilih karena Indonesia sendiri sebenarnya merupakan negara maritim dengan luas laut lebih besar dari daratannya," ujarnya.
Tak hanya kelautan, SPS juga ingin mengembangkan energi bersih, di mana energi yang dihasilkan tidak membahayakan umat manusia. Salah satu sasarannya ialah pengembangan nuklir. Ke depannya, program andalan SPS ialah manajemen pendidikan tinggi.
"Sampai saat ini manajemen pendidikan yang dikelola PT hanya sampai manajemen pendidikan menengah atas, dimana pengelolanya ialah eks IKIP. Sedangkan manajemen PT sampai saat ini belum ada. Karenanya dengan program ini kami ingin ciptakan tenaga ahli manajemen PT, baik dari segi akademik, keuangan hingga sarana prasarana," ungkapnya.
(maf)