Perseteruan Cikeas vs Duren Sawit dimulai sebelum Kongres 2010
A
A
A
Sindonews.com - Mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat, Mamun Murod Al-Barbasy menerbitkan buku berjudul "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas".
Dalam buku setebal 282 halaman itu, ia menuliskan seluruh status facebook-nya dari pemikirannya mengenai Anas Urbaningrum.
Salah satu yang ia tuliskan dalam bukunya ialah perseteruan antara Duren Sawit (tempat tinggal Anas) dengan Cikeas (tempat tinggal SBY).
"Selama ini ada upaya menutupi seakan-akan antara Cikeas dengan Duren Sawit tak ada persoalan. Padahal, tidak bisa dipungkiri bahwa terjadi perseteruan di antara keduanya," tulis Mamun pada halaman 270 dengan judul Cikeas vs Duren Sawit dalam peluncuran bukunya berjudul "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2013).
Kata dia, jika dilihat ke belakang maka perseteruan ini dimulai sejak beberapa waktu sebelum berlangsungnya Kongres Demokrat di Bandung pada 2010.
"Saat itu Duren Sawit bermaksud untuk ikut ber-fastabiqul khairat dengan menjadi salah satu calon ketua umum Partai Demokrat."
"Namun, niatan Duren Sawit ini dihambat oleh Cikeas. Cikeas lebih menghendaki Duren Sawit menjadi Sekjen dari calon ketua umum yang diusung Cikeas: Andi Mallarangeng," lanjutnya.
Mamun menuliskan, saat ini kubu Anas menolak dan tetap bersikeras untuk tetap maju sebagai calon ketua umum. "Duren Sawit menolaknya dan keukeuh untuk tetap maju sebagai calon ketua umum. Sejak itulah perseteruan Cikeas dengan Duren Sawit dimulai," terangnya.
Dalam buku setebal 282 halaman itu, ia menuliskan seluruh status facebook-nya dari pemikirannya mengenai Anas Urbaningrum.
Salah satu yang ia tuliskan dalam bukunya ialah perseteruan antara Duren Sawit (tempat tinggal Anas) dengan Cikeas (tempat tinggal SBY).
"Selama ini ada upaya menutupi seakan-akan antara Cikeas dengan Duren Sawit tak ada persoalan. Padahal, tidak bisa dipungkiri bahwa terjadi perseteruan di antara keduanya," tulis Mamun pada halaman 270 dengan judul Cikeas vs Duren Sawit dalam peluncuran bukunya berjudul "Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2013).
Kata dia, jika dilihat ke belakang maka perseteruan ini dimulai sejak beberapa waktu sebelum berlangsungnya Kongres Demokrat di Bandung pada 2010.
"Saat itu Duren Sawit bermaksud untuk ikut ber-fastabiqul khairat dengan menjadi salah satu calon ketua umum Partai Demokrat."
"Namun, niatan Duren Sawit ini dihambat oleh Cikeas. Cikeas lebih menghendaki Duren Sawit menjadi Sekjen dari calon ketua umum yang diusung Cikeas: Andi Mallarangeng," lanjutnya.
Mamun menuliskan, saat ini kubu Anas menolak dan tetap bersikeras untuk tetap maju sebagai calon ketua umum. "Duren Sawit menolaknya dan keukeuh untuk tetap maju sebagai calon ketua umum. Sejak itulah perseteruan Cikeas dengan Duren Sawit dimulai," terangnya.
(kri)