Jabatan Asops Panglima TNI diserahterimakan

Kamis, 22 Agustus 2013 - 14:17 WIB
Jabatan Asops Panglima TNI diserahterimakan
Jabatan Asops Panglima TNI diserahterimakan
A A A
Sindonews.com - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono memimpin laporan korps Serah Terima Jabatan (Sertijab) Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI, dari Mayjen TNI Hambali Hanafiah kepada Mayjen TNI Ridwan, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.

Lewat rilis yang diterima Sindonews, Mayjen TNI Ridwan yang sebelumnya menjabat sebagai Pangdam XII/Tanjung Pura menduduki jabatan Asops Panglima TNI. Sedangkan Mayjen TNI Hambali Hanafiah akan mengakhiri masa pengabdiannya.

Dalam amanatnya Panglima TNI menyatakan, sebagai Asops Panglima TNI dapat meneruskan segala program dan kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka memperbesar kesiapan operasional TNI, dihadapkan kepada setiap perubahan dan perkembangan lingkungan strategis, yang berpengaruh langsung pada sistem dan metode latihan serta penggunaan kekuatan TNI.

"Mencermati perkembangan lingkungan strategis, teknologi dan paradigma militer serta pertahanan suatu negara ditemukan bahwa konsep peperangan masa kini memiliki kecenderungan lebih mengutamakan perang yang berlangsung singkat dan cepat, namun dengan daya rusak senjata yang lebih besar," kata Agus Suhartono, di Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (22/8/2013).

"Kecenderungan tersebut lebih dipilih karena terdapat beberapa alasan antara lain besarnya biaya yang harus ditanggung,durasi perang dan opini dunia internasional yang tidak suka melihat perang atau krisis yang berlangsung lama," imbuhnya.

Oleh sebab itu, menurut Agus, konstruksi militer dan pertahanan Indonesia saat ini belum sepenuhnya berlandaskan kondisi lingkungan strategis, perkembangan teknologi dan paradigma pertahanan masa kini yang sudah jauh berbeda.

"Situasi dunia pasca perang dunia kedua, sudah jauh berbeda dengan paradigma serta pengalaman perang kemerdekaan 1945-1959 yang cenderung bersifat Linear dengan front yang jelas," ungkapnya.

Lebih lanjut Agus menjelaskan, mencermati perkembangan yang berlaku beberapa waktu terakhir, perkiraan ancaman pada dua dekade ke depan, kemungkinan terbesar lebih banyak berupa serangan terbatas.

"Terhadap beberapa center of gravity Indonesia oleh negara-negara tertentu yang mungkin kepentingannya terganggu, seperti adanya pihak-pihak yang merasa kebebasannya untuk bermanuver di perairan yurisdiksi Indonesia dibatasi, atau dari pihak yang mempunyai sengketa batas maritim dengan Indonesia," ujarnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5092 seconds (0.1#10.140)