Populasi badak kian mengkhawatirkan
A
A
A
Sindonews.com - Terdapat lima spesies badak yang masih tersisa di dunia, di mana dua di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak Sumatera (Dicherorinus sumatrensis).
Kedua spesies ini dikategorikan sebagai satwa liar berstatus kritis terancam punah oleh daftar merah. Sedangkan Populasi badak Jawa hanya tersisa sekira 50 ekor di alam, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon (Banten) dengan jumlah yang kecil dan hanya berada dalam satu populasi dan rentan terhadap kepunahan.
Kemudian untuk badak Sumatera hanya tinggal 200 individu, tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung), dan Waykambas (Lampung).
Dalam 20 tahun terakhir delapan kantong populasi badak di Sumatera punah, dan populasi menurun hingga 82 persen. Berdasarkan kondisi ini, maka dibutuhkan sebuah panduan teknis tertentu dalam upaya pelestarian spesies langka ini. Salah satunya adalah dengan mengumpulkan pengalaman beberapa penggiat konservasi yang berupaya melestarikan badak di Indonesia.
“Tidak hanya spesiesnya saja yang langka, pengetahuan teknis konservasi badak pun dapat dikategorikan sebagai hal yang langka,” kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Hadi Alikodra, lewat rilis terkait buku “Teknik Konservasi Badak Indonesia” World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, yang diterima Sindonews, Kamis (25/72013).
“Oleh karena itu, buku ini sangat penting bagi dunia konservasi badak di Indonesia dan dapat memberikan referensi yang baik, mengingat populasi badak kini kian mengkhawatirkan,” imbuhnya.
Dalam buku tersebut, berisi pengetahuan seputar taksonomi dan morfologi badak, populasi dan penyebaran, habitat, perilaku, persaingan ekologi, perburuan, penyelamatan, penangkaran dan protokol penyelamatan badak yang tentunya berasal dari pengalaman bertahun-tahun di lapangan.
“Hilangnya badak di Indonesia berarti hilangnya spesies ikonik tanah air dan tidak memberikan kesempatan kepada anak cucu kita untuk mempelajarinya,” timpal Efransjah, CEO WWF-Indonesia.
“Buku seperti ini jarang diterbitkan dan merupakan sumbangsih yang tak ternilai dengan memberikan gambaran teknis dokumentasi pengalaman bertahun-tahun para praktisi konservasi badak di Indonesia," tandasnya.
Kedua spesies ini dikategorikan sebagai satwa liar berstatus kritis terancam punah oleh daftar merah. Sedangkan Populasi badak Jawa hanya tersisa sekira 50 ekor di alam, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon (Banten) dengan jumlah yang kecil dan hanya berada dalam satu populasi dan rentan terhadap kepunahan.
Kemudian untuk badak Sumatera hanya tinggal 200 individu, tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung), dan Waykambas (Lampung).
Dalam 20 tahun terakhir delapan kantong populasi badak di Sumatera punah, dan populasi menurun hingga 82 persen. Berdasarkan kondisi ini, maka dibutuhkan sebuah panduan teknis tertentu dalam upaya pelestarian spesies langka ini. Salah satunya adalah dengan mengumpulkan pengalaman beberapa penggiat konservasi yang berupaya melestarikan badak di Indonesia.
“Tidak hanya spesiesnya saja yang langka, pengetahuan teknis konservasi badak pun dapat dikategorikan sebagai hal yang langka,” kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Hadi Alikodra, lewat rilis terkait buku “Teknik Konservasi Badak Indonesia” World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, yang diterima Sindonews, Kamis (25/72013).
“Oleh karena itu, buku ini sangat penting bagi dunia konservasi badak di Indonesia dan dapat memberikan referensi yang baik, mengingat populasi badak kini kian mengkhawatirkan,” imbuhnya.
Dalam buku tersebut, berisi pengetahuan seputar taksonomi dan morfologi badak, populasi dan penyebaran, habitat, perilaku, persaingan ekologi, perburuan, penyelamatan, penangkaran dan protokol penyelamatan badak yang tentunya berasal dari pengalaman bertahun-tahun di lapangan.
“Hilangnya badak di Indonesia berarti hilangnya spesies ikonik tanah air dan tidak memberikan kesempatan kepada anak cucu kita untuk mempelajarinya,” timpal Efransjah, CEO WWF-Indonesia.
“Buku seperti ini jarang diterbitkan dan merupakan sumbangsih yang tak ternilai dengan memberikan gambaran teknis dokumentasi pengalaman bertahun-tahun para praktisi konservasi badak di Indonesia," tandasnya.
(maf)