UGM akui tak mudah jadi kampus budaya

Jum'at, 19 Juli 2013 - 19:57 WIB
UGM akui tak mudah jadi kampus budaya
UGM akui tak mudah jadi kampus budaya
A A A
Sindonews.com - Universitas Gajah Mada (UGM) sebagai salah satu Perguruan Tinggi (PT) tertua di Indonesia, telah menyatakan diri sebagai PT kebudayaan. Namun, untuk terus melekatkan kebudayaan pada tubuh UGM tidak mudah.

"Jelas tidak mudah membangun, memperjuangkan, mempertahankan dan melestarikan UGM menjadi Universitas Kebudayaan," kata Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM Dr Aprinus Salam pada workshop UGM Sebagai Universitas Kebudayaan, di Yogyakarta, Jumat (19/7/2013).

"Apalagi mengingat banyaknya persaingan ideologi, persaingan kepentingan, persaingan tujuan dan cara-cara setiap orang atau kelompok masyarakat dalam merealisasikan apa yang menjadi cita-cita hidup kemanusiaannya," tambahnya.

Untuk itu, Aprinus menyarankan, agar setiap persaingan dan perbedaan yang terjadi dapat diletakkan dalam satu konfigurasi yang harmoni. Dengan begitu, UGM akan lebih mudah memposisikan diri sebagai universitas kebudayaan karena langsung bisa mengambil peran untuk menjadi penjaga keseimbangan harmonitas dalam masyarakat tersebut.

Seperti diketahui, dalam sejarahnya UGM telah mendapatkan predikat sebagai Universitas Nasional, Universitas Perjuangan, Universitas Pancasila, dan Universitas Kerakyatan. Sementara itu pada 8 Februari 2006, Majelis Wali Amanat (MWA) UGM mengeluarkan keputusan No. 19/SK/MWA/2006 yang berbunyi UGM juga sebagai Universitas Pusat Kebudayaan, yaitu universitas yang menjadi tempat pelestarian dan pengembangan kebudayaan Indonesia.

"Dalam penghargaan tersebut diharapkan agar warga masyarakat Indonesia menjadi insan yang berbudi luhur dan berwawasan nasional. Dan yang perlu diingat, kebudayaan dalam konteks ini ialah kebudayaan dalam arti luas, kebudayaan sebagai sesuatu yang strategis untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa. Kebudayaan UGM bukanlah kebudayaan Yogyakarta atau kebudayaan Jawa saja," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Drs GBPH Yudaningrat MM mengatakan, UGM memang lahir, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan kebudayaan Yogyakarta, sehingga hal tersebut tidak dapat ditinggalkan. Namun UGM juga harus berpijak pada kebudayaan Yogyakarta dan mengembangkannya dengan berbagai budaya yang lahir di nusantara lainnya guna menghasilkan puncak-puncak kebudayaan Indonesia.

"Dalam lingkup negara bangsa, UGM diharapkan peran sertanya secara nyata merumuskan strategi kebudayaan nasional dan dengan kebijaksanaan ilmunya mampu merumuskan kebijakan kebudayaan nasional secara bijaksana untuk membawa kebudayaan nusantara berdiri tegak diantara kebudayaan lain di dunia," jelasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4474 seconds (0.1#10.140)