Pahami kurikulum 2013, guru minta pelatihan tambahan
A
A
A
Sindonews.com - Meskipun kurikulum 2013 sudah berjalan, namun guru meminta pemerintah menyediakan pelatihan tambahan. Guru belum paham bagaimana menilai kompetensi siswanya.
Guru SDN 03 Senen Jakarta Pusat, Nurjanatun mengatakan, dia hanya mendapatkan pelatihan 52 jam untuk memahami substansi kurikulum. Menurut dia, durasi yang diberikan kemarin masih belum ideal.
“Pelatihan kurikulum yang diberikan belum cukup. Kami meminta ada pelatihan tambahan,” kata Nurjanatun ketika ditemui saat Sidak Kemendikbud akan Kurikulum Baru di SMAN 68 Jakarta, Senin (15/7/2013).
Dia menjelaskan, meski metode tematik integrative ini tidak benar-benar baru diterapkan di kurikulum Indonesia. Namun guru masih belum memahami Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang akan diterapkan ke anak-anak.
"Guru mengaku bingung karena metode tematik integrative yang saat ini lebih menilai kepada sikap dan moral serta memerlukan pengamatan yang mendalam," ucapnya.
Oleh karena itu, dia meminta waktu pelatihan guru selama satu bulan. Dia menganggap, waktu satu bulan ini sebagai waktu yang ideal untuk memahami SKL. Namun tidak hanya SKL namun standar kurikulum, standar isi, standar proses dan juga penilaian juga akan dipahami lebih baik lagi. “Kami juga meminta pemerintah daerah untuk membimbing kami. Akan lebih baik juga jika ada evaluasi,” terangnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, teknis penilaian juga akan berubah sehingga dalam rapor anak nanti tidak hanya akan berisi angka. Melainkan guru akan memberikan penilaian secara umum
berupa narasi atau deskrips. "Pada awalnya guru akan kesulitan dalam metode penilaian baru ini. Oleh karena itu diperlukan waktu yang lama untuk berinteraksi dengan para siswanya," pungkasnya.
Guru SDN 03 Senen Jakarta Pusat, Nurjanatun mengatakan, dia hanya mendapatkan pelatihan 52 jam untuk memahami substansi kurikulum. Menurut dia, durasi yang diberikan kemarin masih belum ideal.
“Pelatihan kurikulum yang diberikan belum cukup. Kami meminta ada pelatihan tambahan,” kata Nurjanatun ketika ditemui saat Sidak Kemendikbud akan Kurikulum Baru di SMAN 68 Jakarta, Senin (15/7/2013).
Dia menjelaskan, meski metode tematik integrative ini tidak benar-benar baru diterapkan di kurikulum Indonesia. Namun guru masih belum memahami Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang akan diterapkan ke anak-anak.
"Guru mengaku bingung karena metode tematik integrative yang saat ini lebih menilai kepada sikap dan moral serta memerlukan pengamatan yang mendalam," ucapnya.
Oleh karena itu, dia meminta waktu pelatihan guru selama satu bulan. Dia menganggap, waktu satu bulan ini sebagai waktu yang ideal untuk memahami SKL. Namun tidak hanya SKL namun standar kurikulum, standar isi, standar proses dan juga penilaian juga akan dipahami lebih baik lagi. “Kami juga meminta pemerintah daerah untuk membimbing kami. Akan lebih baik juga jika ada evaluasi,” terangnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, teknis penilaian juga akan berubah sehingga dalam rapor anak nanti tidak hanya akan berisi angka. Melainkan guru akan memberikan penilaian secara umum
berupa narasi atau deskrips. "Pada awalnya guru akan kesulitan dalam metode penilaian baru ini. Oleh karena itu diperlukan waktu yang lama untuk berinteraksi dengan para siswanya," pungkasnya.
(maf)