Menikmati hawa dingin di negeri penuh misteri (1)

Minggu, 07 Juli 2013 - 12:04 WIB
Menikmati hawa dingin di negeri penuh misteri (1)
Menikmati hawa dingin di negeri penuh misteri (1)
A A A
Sindonews.com - Waktu masih menunjukkan pukul 05.30 WIB, akan tetapi geliat perekonomian dan pariwisata di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, sudah mulai terlihat. Masyarakat Dieng mulai sibuk dengan bidangnya masing-masing, mulai dari bertani, berjualan, hingga menjadi pemandu wisata semua dilakoni oleh warga di negeri para dewa tersebut.

Hawa dingin yang menyelimuti Dieng setiap harinya tidak menyurutkan masyarakat untuk beraktifitas. Dengan menggunakan kain jaket dan sarung, biasanya masyarakat sekitar melawan hawa dingin yang suhunya berkisar di angka 10 derajat celcius. Bahkan pada musim-musim
tertentu, suhu di tempat tersebut bisa mencapai 5 derajat celcius.

Salah seorang anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Sugiyono, menjelaskan hawa dingin tersebut menjadi daya tarik wisatawan baik lokal maupun asing. Hal itu terbukti dengan banyaknya wisatawan yang selalu beraktifitas di pagi hari. Bahkan menurutnya
banyak wisatawan yang beraktifitas sejak pukul 03.00 WIB, hanya untuk melihat matahari terbit dengan latar belakang Pegunungan Sindoro dan Sumbing, yang letaknya tepat di timur pegunungan Dieng.

“Wisata di sini yang paling menarik adalah menikmati sensasi dingin dan menyaksikan pemandangan ketika matahari terbit. Bukan hanya mataharinya yang ditunggu-tunggu, yang menarik adalah melawan udara dengan suhu dibawah 10 derajat celcius menjelang matahari terbit,” ujarnya ketika berbincang dengan SINDO akhir pekan ini.

Dengan suhu sedingin itu, kadang embun-embun yang menempel pada tanaman berubah menjadi butiran-butiran es. Embun es yang biasa disebut dengan embun upas tersebut muncul pada bulan Juli-Agustus setiap tahunnya. Akan tetapi tidak jarang pula, embun itu akan muncul
ketika bulan-bulan lainnya, tergantung dengan suhu dan kondisi udara di sekitar dieng.

Para wisatawan yang datang pada bulan-bulan tersebut sangatlah beruntung, selain bisa menikmati embun upas, para wisatawan yang beruntung juga bisa menyaksikan terbitnya matahari dari dataran tertinggi ke dua di dunia tersebut. Pasalnya pada saat bulan-bulan lain, matahari di kawasan itu tidak bisa terlihat dengan sempurna, bahkan tidak terlihat sama sekali karena tertutup awan.

Udara dan suhu dingin Dieng tersebut dapat dengan mudah berubah, tanpa ada sebab yang pasti. Udara dibawah 10 derajat tersebut bisa naik menjadi 25 derajat dalam waktu sangat cepat. Tidak hanya itu kembalinya suhu tersebut juga sangat cepat hanya hitungan menit saja.

Dari penuturan Sugiyono, cuaca di kawasan Dataran Tinggi Dieng memang bisa berubah dengan cepat. Para penduduk sekitar juga belum mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan suhu tersebut berubah secara ekstrim. Sampai kini, perubahan cuaca ekstrim tersebut terus menjadi
misteri yang sulit untuk dipecahkan.

Konon katanya, penamaan derah yang tingginya lebih dari 2.000 meter diatas permukaan laut tersebut juga berdasar dari misteri tersebut. Warga sekitar menyebutkan, Dieng berasal dari kata Edi yang berarti cantik dan Aeng yang berarti aneh. Sehingga dapat disebut juga bahwa
dieng merupakan kawasan yang cantik akan tetapi memliki keanehan.

“Banyak keanehan di sini, salah satunya cuaca yang berubah-ubah dengan cepat dan ekstrim itu. Jangan heran jika tiba-tiba turun hujan ketika matahari sedang bersinar. Jangan heran juga kalau hujannya hanya mencakup satu lingkup saja, sedangkan yang lain tidak hujan,” sambung
pria yang akrab disapa Sugi tersebut.

Akan tetapi dengan banyaknya keanehan tersebut, sektor pariwisata di Dieng mampu berkembang dengan pesat. Hal itu didukung dengan banyaknya obyek wisata alam yang letaknya hanya berdampingan antara satu dengan yang lainnya. Meskipun letak dari obyek wisata itu, berada di dua Kabupaten yakni Wonosobo dan Banjarnegara.

Obyek wisata yang paling diminati di kawasan tersebut diantaranya adalah melihat matahari terbit, Telaga Warna, yang warnaya dapat berubah-ubah, Kawah Sikidang dan candi Arjuna. “Warna telaganya itu aneh, ada beberapa warna yang dominan, itu pun kalau tidak beruntung
hanya bisa menyaksikan dalam dua warna yakni warna jernih kecoklatan dan warna biru laut,” tambah Sugi. (Bersambung)
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3613 seconds (0.1#10.140)