Ali Masykur terima penghargaan Tirangge Prianom Sasak
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa mendapatkan penghargaan pemberian gelar dari Dewan Sasak Muda Bersatu (Desak Datu) Nusa Tenggara Barat (NTB). Gelar yang diberikan kepada Ali Masykur Musa adalah "Tirangge Prianom Sasak".
Pada prosesi pemberian gelar ini, dilaksanakan di halaman kantor Gubernur NTB, Cak Ali panggilan akrab Ali Masykur Musa mengenakan baju adat bernuansa hitam dan merah, di punggung terpasang sebilah keris berwarna emas.
Sebelum prosesi itu, di luar halaman, Cak Ali diarak oleh rombongan pria wanita dalam busana adat Sasak dan alunan musik khas Sasak. Setiba di halaman, Cak Ali disambut oleh seorang pemuka adat yang mengalungkan selendang cerah di pundak.
Sejurus kemudian, percikan air bunga mendarat ke kepala Cak Ali sebagai tanda penghormatan keluarga Sasak kepadanya.
Ketua Dewan Sasak Muda Bersatu Lalu Winengan mengatakan, sosok Cak Ali dinilai sangat dekat dan memberikan perhatiannya pada keberagaman suku dan budaya di Provinsi NTB, khususnya komunitas Sasak.
Selain itu, Lalu Winengan juga menceritakan, jika melibat komitmen Cak Ali terhadap kebangsaan mengingatkan dirinya kepada seorang "Tirangge", sebutan bagi Panglima cerdas yang memimpin pasukan Kerajaan Selaparang untuk menyatukan Lombok.
"Oleh karena itu, tidak ada keraguan jika kami memberikan gelar keluarga Sasak kepada Cak Ali," tegasnya dalam siaran pers yang diterima Sindonews, Kamis (20/6/2013).
Dia mengakui, Cak Ali adalah orang pertama di luar suku Sasak yang mendapatkan gelar tersebut. "Belum pernah ada orang di luar suku Sasak yang menerima gelar ini, baru Pak Ali Masykur. Ini adalah kehormatan kecil atas dedikasi beliau kepada warga Sasak," terangnya.
Dalam sambutannya, Cak Ali menyatakan, keharuan dan terima kasih yang mendalam kepada masyarakat Sasak atas pemberian gelar ini.
"Gelar adat ini adalah sebuah kepercayaan besar. Semoga menambahkan semangat kami untuk terus berdedikasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat di negeri ini. Terima kasih banyak warga Sasak, saudara saya," ujar Cak Ali.
Masih kata Cak Ali, kearifan lokal masyarakat Sasak yang didasarkan atas adat dan budaya masyarakatnya merupakan nilai positif yang mempengaruhi perilaku masyarakat Sasak NTB dalam mengelola alam dan lingkungannya dan terus diturunkan antar generasi.
"Nyata terlihat, di NTB, semua agama dan suku bisa hidup berdampingan. Sikap damai suku Sasak memberikan inspirasi bagi saya untuk ikut menebarkan kedamaian dimana saja," terang tokoh muda Nahdlatul Ulama ini.
Dia merasa optimis, dengan bekal solidaritas yang tinggi di dalam masyarakat NTB dapat terus maju.
"Kearifan lokal adalah warisan bangsa. Indonesia adalah bangsa yang dibangun dari saripati budaya. Jika saripati kebaikan terus tertanam akan tercipta pembangunan yang baik di NTB, dan sangat mungkin menjalar keseluruh Indonesia," tandasnya.
Pada prosesi pemberian gelar ini, dilaksanakan di halaman kantor Gubernur NTB, Cak Ali panggilan akrab Ali Masykur Musa mengenakan baju adat bernuansa hitam dan merah, di punggung terpasang sebilah keris berwarna emas.
Sebelum prosesi itu, di luar halaman, Cak Ali diarak oleh rombongan pria wanita dalam busana adat Sasak dan alunan musik khas Sasak. Setiba di halaman, Cak Ali disambut oleh seorang pemuka adat yang mengalungkan selendang cerah di pundak.
Sejurus kemudian, percikan air bunga mendarat ke kepala Cak Ali sebagai tanda penghormatan keluarga Sasak kepadanya.
Ketua Dewan Sasak Muda Bersatu Lalu Winengan mengatakan, sosok Cak Ali dinilai sangat dekat dan memberikan perhatiannya pada keberagaman suku dan budaya di Provinsi NTB, khususnya komunitas Sasak.
Selain itu, Lalu Winengan juga menceritakan, jika melibat komitmen Cak Ali terhadap kebangsaan mengingatkan dirinya kepada seorang "Tirangge", sebutan bagi Panglima cerdas yang memimpin pasukan Kerajaan Selaparang untuk menyatukan Lombok.
"Oleh karena itu, tidak ada keraguan jika kami memberikan gelar keluarga Sasak kepada Cak Ali," tegasnya dalam siaran pers yang diterima Sindonews, Kamis (20/6/2013).
Dia mengakui, Cak Ali adalah orang pertama di luar suku Sasak yang mendapatkan gelar tersebut. "Belum pernah ada orang di luar suku Sasak yang menerima gelar ini, baru Pak Ali Masykur. Ini adalah kehormatan kecil atas dedikasi beliau kepada warga Sasak," terangnya.
Dalam sambutannya, Cak Ali menyatakan, keharuan dan terima kasih yang mendalam kepada masyarakat Sasak atas pemberian gelar ini.
"Gelar adat ini adalah sebuah kepercayaan besar. Semoga menambahkan semangat kami untuk terus berdedikasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat di negeri ini. Terima kasih banyak warga Sasak, saudara saya," ujar Cak Ali.
Masih kata Cak Ali, kearifan lokal masyarakat Sasak yang didasarkan atas adat dan budaya masyarakatnya merupakan nilai positif yang mempengaruhi perilaku masyarakat Sasak NTB dalam mengelola alam dan lingkungannya dan terus diturunkan antar generasi.
"Nyata terlihat, di NTB, semua agama dan suku bisa hidup berdampingan. Sikap damai suku Sasak memberikan inspirasi bagi saya untuk ikut menebarkan kedamaian dimana saja," terang tokoh muda Nahdlatul Ulama ini.
Dia merasa optimis, dengan bekal solidaritas yang tinggi di dalam masyarakat NTB dapat terus maju.
"Kearifan lokal adalah warisan bangsa. Indonesia adalah bangsa yang dibangun dari saripati budaya. Jika saripati kebaikan terus tertanam akan tercipta pembangunan yang baik di NTB, dan sangat mungkin menjalar keseluruh Indonesia," tandasnya.
(mhd)