Pemimpin negara aktor utama munculnya konflik
A
A
A
Sindonews.com - Dalam konteks perdamaian dunia, perang merupakan sebuah kejahatan yang luar biasa. Hal ini juga diyakini oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad, yang menganggap pemimpin negara menjadi satu-satunya penanggung jawab terjadinya perang.
"Pelaku kejahatan dalam perang sebenarnya bukanlah para pasukan yang menyerang, tapi sang pemimpinlah yang menjadi pelaku tindak kriminal yang sesungguhnya. Padahal, dalam kejahatan perang, membunuh satu orang sama dengan membunuh 1000 orang," ujar Mahathir dalam kuliah umum Perdamaian Dunia dan Resolusi Konflik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (3/6/2013).
Mahathir mengatakan, saat ini rakyat telah menyadari tidak adanya keuntungan yang bisa diambil dari peristiwa perang selain kesengsaraan. Maka diharapkan, rakyat memilih pemimpin yang sejalan dengan mereka dalam mengkriminalkan perang. Melalui cara-cara memilih pemimpin negara di masing-masing negara, diharapkan rakyat benar-benar memilih pemimpin yang dapat menyebarkan perdamaian dunia.
“Ini semua kita kembalikan lagi pada rakyat. Merekalah yang memilih pemimpin mereka, sehingga disinilah tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana. Dan inilah proses pembelajaran kita sebagai negara demokratis yang baru,” imbuhnya.
Sebelumnya, intelektual muda Anies Baswedan berharap, pemimpin bangsa mendatang mampu menjaga dan memelihara Pancasila sebagai dasar negara. "Malu kita melihat pemimpin saat ini yang loyo menghadapi perobek Pancasila," ujar Anies di Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Minggu 2 Juni 2013.
Oleh karena itu, Anies pun berharap pemimpin bangsa yang akan datang mampu bersikap tegas terhadap para pelaku yang merobek Pancasila. "Siapapun yang berniat merobek Pancasila, anda (Pemimpin mendatang) harus menghadapi dengan hukum dan tak boleh tahluk," tutur Rektor Universitas Paramadina ini.
"Pelaku kejahatan dalam perang sebenarnya bukanlah para pasukan yang menyerang, tapi sang pemimpinlah yang menjadi pelaku tindak kriminal yang sesungguhnya. Padahal, dalam kejahatan perang, membunuh satu orang sama dengan membunuh 1000 orang," ujar Mahathir dalam kuliah umum Perdamaian Dunia dan Resolusi Konflik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (3/6/2013).
Mahathir mengatakan, saat ini rakyat telah menyadari tidak adanya keuntungan yang bisa diambil dari peristiwa perang selain kesengsaraan. Maka diharapkan, rakyat memilih pemimpin yang sejalan dengan mereka dalam mengkriminalkan perang. Melalui cara-cara memilih pemimpin negara di masing-masing negara, diharapkan rakyat benar-benar memilih pemimpin yang dapat menyebarkan perdamaian dunia.
“Ini semua kita kembalikan lagi pada rakyat. Merekalah yang memilih pemimpin mereka, sehingga disinilah tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana. Dan inilah proses pembelajaran kita sebagai negara demokratis yang baru,” imbuhnya.
Sebelumnya, intelektual muda Anies Baswedan berharap, pemimpin bangsa mendatang mampu menjaga dan memelihara Pancasila sebagai dasar negara. "Malu kita melihat pemimpin saat ini yang loyo menghadapi perobek Pancasila," ujar Anies di Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Minggu 2 Juni 2013.
Oleh karena itu, Anies pun berharap pemimpin bangsa yang akan datang mampu bersikap tegas terhadap para pelaku yang merobek Pancasila. "Siapapun yang berniat merobek Pancasila, anda (Pemimpin mendatang) harus menghadapi dengan hukum dan tak boleh tahluk," tutur Rektor Universitas Paramadina ini.
(maf)