Sindo Goes To Campus digelar di UNJ
A
A
A
Sindonews.com - Hari ini, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Negeri Jakarta (UNJ), mengadakan seminar Indonesia Jurnalism Today #2 dengan tema Mencerdaskan Indonesia Melalui Media Massa di Aula Madya Perpustakaan UNJ.
Acara tersebut diisi oleh Redaktur Koran Sindo yakni Chamad Hojin dan Azhar Aziz. Azhar Aziz menjelaskan, perkembangan media dan jurnalis kontemporer saat ini berkembang pesat di Indonesia setelah era BJ Habibie.
Menurutnya, mantan Presiden RI ketiga itu membuka pintu kebebasan pers, yang mengedepankan kepentingan penguasa dan jauh dari semangat demokrasi.
"Saat ini perkembangan media sangat cepat dan mulai banyak. Seperti contoh, media cetak pada 1998, baru ada sekitar 279 media. Namun, sejak 2005 media cetak yang tersebar di Indonesia sudah mulai banyak, yakni sekitar 600 media. Begitu juga dengan stasiun televisi, pada tahun 1998 stasiun televisi yang tersebar di Indonesia hanya ada lima stasiun televisi. Namun, sekarang sudah terdapat sekira 10 stasiun televisi," ucapnya di UNJ, di daerah Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (22/4/2013).
Sementara, Chamad Hojin menjelaskan, persoalan jurnalis dan pers kontemporer. Menurut Chamad, pers dan jurnalis saat ini tidak sedikit yang memberitakan keburukan seseorang secara berulang-ulang terlebih jurnalis infotaiment. Chamad mengutip kata-kata Adolf Hitler yang menyebutkan bahwa kebohongan yang diulang-ulang selama ribuan kali maka kebohongan itu akan menjadi kebenaran.
"Jadi alangkah baiknya jika seorang jurnalis itu menampilkan pemberitaan secara objektif dan memunculkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Tanpa memasukkan interpretasi yang sifatnya menuding seseorang," pungkasnya.
Acara tersebut diisi oleh Redaktur Koran Sindo yakni Chamad Hojin dan Azhar Aziz. Azhar Aziz menjelaskan, perkembangan media dan jurnalis kontemporer saat ini berkembang pesat di Indonesia setelah era BJ Habibie.
Menurutnya, mantan Presiden RI ketiga itu membuka pintu kebebasan pers, yang mengedepankan kepentingan penguasa dan jauh dari semangat demokrasi.
"Saat ini perkembangan media sangat cepat dan mulai banyak. Seperti contoh, media cetak pada 1998, baru ada sekitar 279 media. Namun, sejak 2005 media cetak yang tersebar di Indonesia sudah mulai banyak, yakni sekitar 600 media. Begitu juga dengan stasiun televisi, pada tahun 1998 stasiun televisi yang tersebar di Indonesia hanya ada lima stasiun televisi. Namun, sekarang sudah terdapat sekira 10 stasiun televisi," ucapnya di UNJ, di daerah Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (22/4/2013).
Sementara, Chamad Hojin menjelaskan, persoalan jurnalis dan pers kontemporer. Menurut Chamad, pers dan jurnalis saat ini tidak sedikit yang memberitakan keburukan seseorang secara berulang-ulang terlebih jurnalis infotaiment. Chamad mengutip kata-kata Adolf Hitler yang menyebutkan bahwa kebohongan yang diulang-ulang selama ribuan kali maka kebohongan itu akan menjadi kebenaran.
"Jadi alangkah baiknya jika seorang jurnalis itu menampilkan pemberitaan secara objektif dan memunculkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Tanpa memasukkan interpretasi yang sifatnya menuding seseorang," pungkasnya.
(maf)