Politikus tidak dipercaya masyarakat
A
A
A
Sindonews.com - Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak lagi percaya terhadap politikus negeri ini.
Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan, maraknya kasus korupsi yang melanda politikus tiga tahun terakhir, membuat publik tidak pernah berhenti disuguhi parade praktik korupsi yang dilakukan para politikus.
Adrian menuturkan, media massa secara masif memberitakan proses penangkapan, pemeriksaan, dan pengadilan para pelaku koruptor yang umumnya melibatkan elite partai politik.
Dua partai politik yang sebelumnya mengklaim diri partai antikorupsi, kini sejumlah petinggi partainya menjadi selebriti karena terlibat kasus korupsi.
Adrian mencontohkan, Partai Demokrat pada pemilu 2009 mengklaim sebagai partai antikorupsi dan salah satunya karena alasan itu, Demokrat memperoleh simpati publik dan menang pemilu. Akan tetapi kini sejumlah mantan petinggi partainya terlibat korupsi, seperti mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaninrum, Nazaruddin, Andi Mallarangeng, dan Angelina Sondakh.
Selain Demokrat, lanjut Adrian, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga mengklaim sebagai partai bersih dan berideologi Islam. Namun kini juga terlibat kasus korupsi yang menjerat mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dalam kasus dugaan suap dan pencucian uang pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian.
"Akibatnya kepercayaan publik terhadap politikus semakin rendah, mayoritas publik tidak yakin bahwa para politikus bebas dari korupsi. Hanya 15,8% publik yang menyakini bahwa para politisi bebas dari korupsi. Sedangkan 83,10% tidak menyakini politisi bebas dari korupsi," kata peneliti LSI Ardian Sopa, di kantor LSI, Jakarta, Minggu (26/5/2013).
Lebih jauh ia menjelaskan publik juga meragukan komitmen para politisi dalam mengurus rakyatnya.
"Hanya 17,71% publik yang menyakini bahwa para politisi bekerja untuk kepentingan rakyat. Sedangkan mayoritasnya yaitu 80,55% tidak percaya politisi bekerja untuk kepentingan rakyat,"pungkasnya.
Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan, maraknya kasus korupsi yang melanda politikus tiga tahun terakhir, membuat publik tidak pernah berhenti disuguhi parade praktik korupsi yang dilakukan para politikus.
Adrian menuturkan, media massa secara masif memberitakan proses penangkapan, pemeriksaan, dan pengadilan para pelaku koruptor yang umumnya melibatkan elite partai politik.
Dua partai politik yang sebelumnya mengklaim diri partai antikorupsi, kini sejumlah petinggi partainya menjadi selebriti karena terlibat kasus korupsi.
Adrian mencontohkan, Partai Demokrat pada pemilu 2009 mengklaim sebagai partai antikorupsi dan salah satunya karena alasan itu, Demokrat memperoleh simpati publik dan menang pemilu. Akan tetapi kini sejumlah mantan petinggi partainya terlibat korupsi, seperti mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaninrum, Nazaruddin, Andi Mallarangeng, dan Angelina Sondakh.
Selain Demokrat, lanjut Adrian, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga mengklaim sebagai partai bersih dan berideologi Islam. Namun kini juga terlibat kasus korupsi yang menjerat mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dalam kasus dugaan suap dan pencucian uang pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian.
"Akibatnya kepercayaan publik terhadap politikus semakin rendah, mayoritas publik tidak yakin bahwa para politikus bebas dari korupsi. Hanya 15,8% publik yang menyakini bahwa para politisi bebas dari korupsi. Sedangkan 83,10% tidak menyakini politisi bebas dari korupsi," kata peneliti LSI Ardian Sopa, di kantor LSI, Jakarta, Minggu (26/5/2013).
Lebih jauh ia menjelaskan publik juga meragukan komitmen para politisi dalam mengurus rakyatnya.
"Hanya 17,71% publik yang menyakini bahwa para politisi bekerja untuk kepentingan rakyat. Sedangkan mayoritasnya yaitu 80,55% tidak percaya politisi bekerja untuk kepentingan rakyat,"pungkasnya.
(lal)