KLB demokrasi, SBY kalah melawan kubu Anas
A
A
A
Sindonews.com - Adanya upaya setting Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat (PD) yang dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menentukan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat akan mengalami kegagalan. Pasalnya, kader partai tersebut sudah pada cerdas untuk menilai KLB demokratis atau tidak.
"Agak berat yah, keculai MT (Majelis Tinggi Partai Demokrat) itu bisa (setting) aklamasi. Tapi, aklamsasi itu juga adanya tekanan politik yang besar," kata Peneliti Founding Fathers House (FFH) Dian permata saat dihubungi Sindonews, Rabu (13/3/2013).
Akan tetapi, kata dia, jika KLB dilakukan secara demokrasi, calon yang diusung oleh SBY akan kalah untuk yang kedua kalinya. Pasalnya, orang-orang yang dekat dengan SBY tidak menguasai forum dalam organisasi.
"Kalau ada pasar bebas, SBY akan kalah. Karena, Marzuki Alie (anggota Dewan Pembina PD), Jero Wacik (Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat), dan Syarif Hasan (anggota Dewan Pembina PD) bukan orang yang pernah memimpin organisasi seperti Anas Urbaningrum yang pernah memimpin HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan organisasi Cipayung," kata Dian.
Maka itu, kata pria jebolan University Sains Malaysia (USM) ini, munculnya nama Saan Mustopa pada KLB Demokrat nanti, akan memberikan suasana yang berbeda dalam demokrasi di internal partai tersebut.
"Beda dengan kubu Anas seperti Saan Mustopa yang dari HMI paham organisasi. Karena, dalam KLB nanti yang diperlukan adalah menguasai pimpinan sidang," jelasnya.
Hal itu, kata dia, yang tidak bisa dilakukan oleh kubu SBY. Dia mengatakan, jika SBY mengirim seseorang yang tidak paham peta pemenangan di dalam organisasi tidak mungkin SBY akan menang melawan kubu Anas.
"Tidak mungkin Ulil (Abshar Abdalla Ketua DPP PD) sebagai operator. Karena, Ulil itu akademisi. Kalau tidak bisa (menguasai) pimpinan sidang, agak berat," kata Dian.
Sebelumnya, pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens menuding, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY akan melakukan settingan politik pada KLB Demokrat untuk memilih pengganti Anas Urbaningrum. Karena, SBY berharap pengganti Anas nanti yang bisa mengamankan kekuasaannya.
"Maka SBY mengambil alih seluruh kewenangan dalam penentuan ketua umum ini, lalu dibawa pada sebuah proses yang kelihatannya demokratis melalui KLB," kata Boni saat ditemui di kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 12 Maret 2013 kemarin.
"Agak berat yah, keculai MT (Majelis Tinggi Partai Demokrat) itu bisa (setting) aklamasi. Tapi, aklamsasi itu juga adanya tekanan politik yang besar," kata Peneliti Founding Fathers House (FFH) Dian permata saat dihubungi Sindonews, Rabu (13/3/2013).
Akan tetapi, kata dia, jika KLB dilakukan secara demokrasi, calon yang diusung oleh SBY akan kalah untuk yang kedua kalinya. Pasalnya, orang-orang yang dekat dengan SBY tidak menguasai forum dalam organisasi.
"Kalau ada pasar bebas, SBY akan kalah. Karena, Marzuki Alie (anggota Dewan Pembina PD), Jero Wacik (Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat), dan Syarif Hasan (anggota Dewan Pembina PD) bukan orang yang pernah memimpin organisasi seperti Anas Urbaningrum yang pernah memimpin HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan organisasi Cipayung," kata Dian.
Maka itu, kata pria jebolan University Sains Malaysia (USM) ini, munculnya nama Saan Mustopa pada KLB Demokrat nanti, akan memberikan suasana yang berbeda dalam demokrasi di internal partai tersebut.
"Beda dengan kubu Anas seperti Saan Mustopa yang dari HMI paham organisasi. Karena, dalam KLB nanti yang diperlukan adalah menguasai pimpinan sidang," jelasnya.
Hal itu, kata dia, yang tidak bisa dilakukan oleh kubu SBY. Dia mengatakan, jika SBY mengirim seseorang yang tidak paham peta pemenangan di dalam organisasi tidak mungkin SBY akan menang melawan kubu Anas.
"Tidak mungkin Ulil (Abshar Abdalla Ketua DPP PD) sebagai operator. Karena, Ulil itu akademisi. Kalau tidak bisa (menguasai) pimpinan sidang, agak berat," kata Dian.
Sebelumnya, pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens menuding, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY akan melakukan settingan politik pada KLB Demokrat untuk memilih pengganti Anas Urbaningrum. Karena, SBY berharap pengganti Anas nanti yang bisa mengamankan kekuasaannya.
"Maka SBY mengambil alih seluruh kewenangan dalam penentuan ketua umum ini, lalu dibawa pada sebuah proses yang kelihatannya demokratis melalui KLB," kata Boni saat ditemui di kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 12 Maret 2013 kemarin.
(mhd)