Wiranto: Pemimpin sekarang bermental pembesar
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto menyoroti lemahnya kepemimpinan di negara ini yang berakibat kedaulatan sebagai bangsa bocor atau terabaikan.
Tidak hanya dalam hal kedaulatan politik, dalam hal ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam juga para pemimpin bangsa Indonesia saat ini tidak mengindahkan kedaulatan sebagai bangsa.
"Kedaulatan kita bocor, SDA kita bocor, hanya sedikit yang dinikmati rakyat. Garam masih impor, jagung, kedelai, daging, bahkan beras kita impor. Kedaulatan pangan kita sebagai negara telah jebol," kata Wiranto saat memberikan ceramah di acara
Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah dengan tema Menegakkan Kedaulatan Negara, di Kantor PP Muhammadiyah, Kamis malam (28/2/2013).
Siapa yang bertanggungjawab atas bocornya kedaulatan itu? Wiranto menilai, orang-orang yang duduk sebagai pemimpin di pemerintahan ini harus bertanggungjawab. Mereka itu, kata dia, sudah diberikan mandat dan amanat sebagai pengelola dan penyelenggara pemerintaan.
"Pemimpin itu mendapat mandat rakyat dan amanat dari Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan. Pemimpin sesuai isi proklamasi kan sudah atas namakan Indonesia. Harus bertanggung jawab pertahankan kedaulatan itu," tandasnya.
Sayangnya, lanjut Wiranto, pemimpin yang sekarang kebanyakan sudah bermetamorfosa menjadi pembesar.
"Apa bedanya? Kalau pembesar maunya dilayani rakyat, kalau pemimpin itukan mengabdi pada rakyat karena pemimpin diangkat rakyat dan diberikan mandat untuk mengayomi. Kalau pemimpin menjadikan jabatan hanya instrumen untuk pengabdian. Kalau pembesar menjadikan jabatan alat untuk dieksploitir sebesar-besarnya."
Karena banyaknya pemimpin yang bermental pembesar itulah, kata dia, bangsa ini punya persoalan dalam hal kedaulatan di berbagai bidang.
"Problem kedaulatan negara adalah persoalan nasional, dan persoalannya adalah karena pemimpin yang menempatkan diri sebagai pembesar," tegasnya.
Dalam acara tersebut hadir juga Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Fuad Bawazier, Hatta Taliwang, dan Saleh Husin.
Di tempat sama, Ketua DPP Partai Hanura yang juga tokoh Muhammadiyah mengungkapkan, kedaulatan negara saat ini memang jauh menurun. Ini bisa dilihat dari hampir berbagai sendi kehidupan berbangsa tanpa disadari sudah dikuasai oleh asing.
"Ini harusnya tidak perlu terjadi kalau pengelola negeri kita benar-benar fokus untuk mensejahterakan masyarakat kita," katanya.
Tidak hanya dalam hal kedaulatan politik, dalam hal ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam juga para pemimpin bangsa Indonesia saat ini tidak mengindahkan kedaulatan sebagai bangsa.
"Kedaulatan kita bocor, SDA kita bocor, hanya sedikit yang dinikmati rakyat. Garam masih impor, jagung, kedelai, daging, bahkan beras kita impor. Kedaulatan pangan kita sebagai negara telah jebol," kata Wiranto saat memberikan ceramah di acara
Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah dengan tema Menegakkan Kedaulatan Negara, di Kantor PP Muhammadiyah, Kamis malam (28/2/2013).
Siapa yang bertanggungjawab atas bocornya kedaulatan itu? Wiranto menilai, orang-orang yang duduk sebagai pemimpin di pemerintahan ini harus bertanggungjawab. Mereka itu, kata dia, sudah diberikan mandat dan amanat sebagai pengelola dan penyelenggara pemerintaan.
"Pemimpin itu mendapat mandat rakyat dan amanat dari Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan. Pemimpin sesuai isi proklamasi kan sudah atas namakan Indonesia. Harus bertanggung jawab pertahankan kedaulatan itu," tandasnya.
Sayangnya, lanjut Wiranto, pemimpin yang sekarang kebanyakan sudah bermetamorfosa menjadi pembesar.
"Apa bedanya? Kalau pembesar maunya dilayani rakyat, kalau pemimpin itukan mengabdi pada rakyat karena pemimpin diangkat rakyat dan diberikan mandat untuk mengayomi. Kalau pemimpin menjadikan jabatan hanya instrumen untuk pengabdian. Kalau pembesar menjadikan jabatan alat untuk dieksploitir sebesar-besarnya."
Karena banyaknya pemimpin yang bermental pembesar itulah, kata dia, bangsa ini punya persoalan dalam hal kedaulatan di berbagai bidang.
"Problem kedaulatan negara adalah persoalan nasional, dan persoalannya adalah karena pemimpin yang menempatkan diri sebagai pembesar," tegasnya.
Dalam acara tersebut hadir juga Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Fuad Bawazier, Hatta Taliwang, dan Saleh Husin.
Di tempat sama, Ketua DPP Partai Hanura yang juga tokoh Muhammadiyah mengungkapkan, kedaulatan negara saat ini memang jauh menurun. Ini bisa dilihat dari hampir berbagai sendi kehidupan berbangsa tanpa disadari sudah dikuasai oleh asing.
"Ini harusnya tidak perlu terjadi kalau pengelola negeri kita benar-benar fokus untuk mensejahterakan masyarakat kita," katanya.
(kri)