Keluarga senang Anas lepas jabatan Ketum Demokrat
A
A
A
Sindonews.com - Keluarga besar Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Blitar merasa lebih tenang jika Anas segera melepas jabatanya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Sebab dari semua permasalahan yang terjadi hingga puncaknya penetapannya sebagai tersangka, keluarga meyakini akarnya berada pada jabatan Ketua Umum Partai Demokrat.
"Iya hari ini Mas Anas akan mengundurkan diri. Targetnya kan memang itu (pengunduran diri Ketua PD). Masalah hukum dipikir belakangan," ujar Kholisul Fikri, adik bungsu Anas Urbaningrum, Sabtu (23/2/2013).
Fikri mendadak menjadi kepala rumah tangga di kediaman Hj Sriyati (67), ibu kandung Anas Urbaningrum di Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Sejak Kamis 21 Februari sore Sriyati ditemani Agus Nasrudin pergi ke Jakarta.
Menurut Fikri, kepergian ibu dan kakak sulungnya ke ibu kota dalam rangka mengurus surat pajak kendaraan roda empat (heregistrasi).
"Ibu naik kereta api dari Blitar dan tiba di Jakarta Jumat pagi. Tujuan utamanya heregistrasi sekalian berkunjung ke rumah Mas Anas yang baru. Lagian sudah tiga tahun ibu enggak ke Jakarta," terang Fikri yang bekerja sebagai PNS di Sekwan DPRD Kabupaten Blitar.
Tidak heran suasana tempat kediaman ibu kandung Anas Urbaningrum terlihat sepi. Dua unit kendaraan roda empat, Toyota Kijang Inonva yg tengah disuratkan, dan sedan Toyota Corolla keluaran tahun lawas tampak parkir di teras rumah.
Kedua mobil ini bernopol ibu kota. Di rumah, lelaki alumni Fakultas Hukum Unair Surabaya ini hanya ditemani istri dan seorang buah hatinya. Menurut Fikri, yang membuat dirinya prihatin, kedatangan ibunya yang belum lama menginjakkan kaki di Jakarta, disambut keputusan KPK menetapkan kakaknya sebagai tersangka.
"Ini diluar dugaan. Karena ibu ke Jakarta tidak ada kaitan dengan masalah Mas Anas. Jumat pagi menginjakkan kaki di rumah Mas Anas, malamnya ada berita dari KPK. Tentunya beliau kaget," paparnya.
Kendati demikian, Sriyati tetap berusaha tabah dan sabar. Seperti halnya yang disampaikan putra ketiganya Anna Luthfie, Sriyati tetap meyakini Anas tidak bersalah.
"Ibu alhamdulillah baik-baik dan tetap yakin putranya tidak bersalah. Tapi gimana lagi kenyataanya seperti itu ya harus diterima dengan tabah dan sabar. Kita semua berdoa semoga permasalahan ini segera berakhir dengan baik," jelas Fikri.
Hingga saat ini belum ada komunikasi lanjutan dari Jakarta, kapan Sriyati dan Agus Nasrudin akan pulang ke Blitar. Sejauh ini, kata Fikri juga belum ada kerabat atau para pengurus partai (Demokrat) yang bertandang ke rumahnya untuk sekedar menyatakan empati dan simpati.
"Mungkin atau tidak ke sini (kerabat dan pengurus partai) saya juga tidak tahu. Sebagai saudara kewajiban saya lakukan saat ini adalah menjawab pertanyaan semampu saya," jelasnya.
Sebagai saudara kandung Anas, Fikri juga mengaku merasa kecewa dan marah terhadap mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin. Karena keterangan Nazar, Anas harus tercoreng muka di hadapan masyarakat Indonesia.
"Padahal dulu Nazar itu baik sekali. Bahkan Ibu sudah menganggap sebagai anak sendiri. Tapi namanya manusia memiliki wataknya sendiri. Dan kalau ditanya marah tentu kami marah sekali," pungkasnya.
Sebab dari semua permasalahan yang terjadi hingga puncaknya penetapannya sebagai tersangka, keluarga meyakini akarnya berada pada jabatan Ketua Umum Partai Demokrat.
"Iya hari ini Mas Anas akan mengundurkan diri. Targetnya kan memang itu (pengunduran diri Ketua PD). Masalah hukum dipikir belakangan," ujar Kholisul Fikri, adik bungsu Anas Urbaningrum, Sabtu (23/2/2013).
Fikri mendadak menjadi kepala rumah tangga di kediaman Hj Sriyati (67), ibu kandung Anas Urbaningrum di Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Sejak Kamis 21 Februari sore Sriyati ditemani Agus Nasrudin pergi ke Jakarta.
Menurut Fikri, kepergian ibu dan kakak sulungnya ke ibu kota dalam rangka mengurus surat pajak kendaraan roda empat (heregistrasi).
"Ibu naik kereta api dari Blitar dan tiba di Jakarta Jumat pagi. Tujuan utamanya heregistrasi sekalian berkunjung ke rumah Mas Anas yang baru. Lagian sudah tiga tahun ibu enggak ke Jakarta," terang Fikri yang bekerja sebagai PNS di Sekwan DPRD Kabupaten Blitar.
Tidak heran suasana tempat kediaman ibu kandung Anas Urbaningrum terlihat sepi. Dua unit kendaraan roda empat, Toyota Kijang Inonva yg tengah disuratkan, dan sedan Toyota Corolla keluaran tahun lawas tampak parkir di teras rumah.
Kedua mobil ini bernopol ibu kota. Di rumah, lelaki alumni Fakultas Hukum Unair Surabaya ini hanya ditemani istri dan seorang buah hatinya. Menurut Fikri, yang membuat dirinya prihatin, kedatangan ibunya yang belum lama menginjakkan kaki di Jakarta, disambut keputusan KPK menetapkan kakaknya sebagai tersangka.
"Ini diluar dugaan. Karena ibu ke Jakarta tidak ada kaitan dengan masalah Mas Anas. Jumat pagi menginjakkan kaki di rumah Mas Anas, malamnya ada berita dari KPK. Tentunya beliau kaget," paparnya.
Kendati demikian, Sriyati tetap berusaha tabah dan sabar. Seperti halnya yang disampaikan putra ketiganya Anna Luthfie, Sriyati tetap meyakini Anas tidak bersalah.
"Ibu alhamdulillah baik-baik dan tetap yakin putranya tidak bersalah. Tapi gimana lagi kenyataanya seperti itu ya harus diterima dengan tabah dan sabar. Kita semua berdoa semoga permasalahan ini segera berakhir dengan baik," jelas Fikri.
Hingga saat ini belum ada komunikasi lanjutan dari Jakarta, kapan Sriyati dan Agus Nasrudin akan pulang ke Blitar. Sejauh ini, kata Fikri juga belum ada kerabat atau para pengurus partai (Demokrat) yang bertandang ke rumahnya untuk sekedar menyatakan empati dan simpati.
"Mungkin atau tidak ke sini (kerabat dan pengurus partai) saya juga tidak tahu. Sebagai saudara kewajiban saya lakukan saat ini adalah menjawab pertanyaan semampu saya," jelasnya.
Sebagai saudara kandung Anas, Fikri juga mengaku merasa kecewa dan marah terhadap mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin. Karena keterangan Nazar, Anas harus tercoreng muka di hadapan masyarakat Indonesia.
"Padahal dulu Nazar itu baik sekali. Bahkan Ibu sudah menganggap sebagai anak sendiri. Tapi namanya manusia memiliki wataknya sendiri. Dan kalau ditanya marah tentu kami marah sekali," pungkasnya.
(hyk)