Gaet konsumen lewat komunitas
A
A
A
Persaingan di dunia bisnis semakin sengit. Produk-produk baru selalu bermunculan meramaikan pasar. Setiap produsen saling adu strategi menarik konsumen. Diperlukan gaya pemasaran cerdas agar konsumen mau memilih produk yang ditawarkan.
Pola pemasaran dengan gaya lama (legacy) kini semakin ditinggalkan. Eranya sudah berubah. Saat ini tidak sedikit perusahaan yang menyadari bahwa di era digital seperti sekarang, pola pemasaran harus menggunakan gaya new wave.
Berkembangnya dunia teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan dunia semakin horizontal. Lewat teknologi, siapa pun bisa berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Lewat teknologi pula konsumen bisa berinteraksi dan berpartisipasi pada sebuah produk. Saat ini tidak sedikit sebuah produk merupakan hasil kolaborasi antara ide konsumen dan produsen. Perkembangan ini tentu mengubah pola pemasaran yang saat ini banyak melibatkan jejaring sosial yang saling terhubung. Dengan cara itu, nilai pemasaran semakin berkembang biak.
Satu hal lagi yang tak kalah hebatnya adalah peran komunitas dalam sebuah pemasaran. Misalnya, sering di jalan raya ditemui rombongan pengendara motor menggunakan atribut jaket yang sama bertulisan nama produsen motor tertentu.
Di satu sisi orang mungkin melihat hal itu sebagai gaya hidup (life style) bahwa memiliki komunitas tertentu akan memunculkan identitas baru. Tetapi,di sisi lain produsen melihat hal itu sebagai strategi lain pemasaran dengan memanfaatkan komunitas.
Apalagi, saat ini ada banyak komunitas konsumen. Sebut saja Indosat Blacberry Community, Byson Yamaha Owner Indonesia Club (Byonic), BMW Car Club of Indonesia, atau Harley Davidson Club of Indonesia. Strategi pemasaran berbasis komunitas dinilai signifikan bagi kalangan produsen sebagai media menarik konsumen yang loyal dan mengembangkan brand di lingkungan masyarakat.
Strategi pemasaran ini lebih fleksibel dan murah ketimbang menggunakan pola lama dengan memasang displayiklan. Tetapi untuk menciptakan komunitas konsumen yang solid, brand tertentu harus memiliki kualitas yang bagus.Guru Besar Ilmu Pemasaran dan Wakil Ketua STIE Prasetiya Mulya Agus W Soehadi mengatakan, perubahan selera konsumen yang begitu cepat menyulitkan perusahaan untuk menang dalam persaingan jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri.
Karena itu, dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai elemen yang ada di pasar guna menghasilkan proposisi nilai yang superior. ”Kolaborasi dengan komunitas konsumen sangat penting untuk menciptakan panggung pemasaran. Semakin solid komunitas yang terbentuk, semakin besar dan luas performa pemasaran bisnis,” kata Agus, yang juga penulis buku berjudul Consumunity Marketing: Strategi Pemasaran Berbasis Komunitas kepada SINDO, Kamis 14 Februari 2013.
Jika komunitas yang mengusung brand sebuah produk tertentu terorganisasi dengan baik dan menjalankan aktivitas program, maka akan berdampak positif terhadap perusahaan dan komunitas itu sendiri.
Bahkan, aktivitas yang dilakukan komunitas konsumen dapat juga memberi manfaat bagi masyarakat secara luas. ”Hasilnya, konsumen dalam komunitas semakin loyal dan masyarakat luas semakin mengenal brand produk yang ada di komunitas tersebut,” ungkap Agus.
Sementara, Community Researcher Antonius W Sumarlin mengatakan, penciptaan komunitas konsumen penting untuk mendapatkan masukan- masukan baru dari konsumen dan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan fasilitas baru.
”Strategi ini juga bisa menarik komitmen konsumen supaya melakukan pembelian ulang,” urai Anton dalam National Marketing Conference (NMC) di Kampus STIE Prasetiya Mulya, Jakarta, Kamis 14 Februari 2013.
Pakar Brand dan Marketing Reza Ashari Nasution menyebutkan, tidak semua brand perusahaan dapat memengaruhi konsumen menciptakan komunitas brand tertentu.Tetapi, komunitas dapat terbangun dengan sendirinya jika brand tersebut memiliki citra yang bagus.
”Syarat terbentuknya komunitas konsumen di antaranya punya brand image bagus, banyak dikonsumsi masyarakat, dan memiliki reputasi yang baik di lingkungan konsumen,” ungkap penyandang PhD School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Menurut dia, strategi berbasis komunitas konsumen menegaskan pola hubungan perusahaan dengan konsumen kini sudah tidak ada batasan lagi. Konsumen sudah menjadi bagian dari entitas penting perusahaan.
Direktur SDM dan Umum PT Garuda Indonesia (persero) Tbk Heriyanto Agung Putra mengakui,saat ini Garuda selain melakukan pemasaran lewat jejaring media sosial juga membuat komunitas konsumen bernama Garuda Group Cycling Community (G2C2).
Anggota komunitas ini terdiri dari para karyawan dan konsumen Garuda. Strategi komunitas konsumen dapat menjadi investasi bagi performa Garuda untuk selalu melakukan inovasi- inovasi dalam pelayanan.
Hal ini dilakukan karena pihak Garuda kerap menerima masukan dan kritikan yang bersumber dari kalangan anggota G2C2. ”Konsumen adalah bagian dari Garuda yang selalu kita libatkan dalam aktivitas apa pun agar perusahaan terus tumbuh,” lanjut Heriyanto.
Pola pemasaran dengan gaya lama (legacy) kini semakin ditinggalkan. Eranya sudah berubah. Saat ini tidak sedikit perusahaan yang menyadari bahwa di era digital seperti sekarang, pola pemasaran harus menggunakan gaya new wave.
Berkembangnya dunia teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan dunia semakin horizontal. Lewat teknologi, siapa pun bisa berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Lewat teknologi pula konsumen bisa berinteraksi dan berpartisipasi pada sebuah produk. Saat ini tidak sedikit sebuah produk merupakan hasil kolaborasi antara ide konsumen dan produsen. Perkembangan ini tentu mengubah pola pemasaran yang saat ini banyak melibatkan jejaring sosial yang saling terhubung. Dengan cara itu, nilai pemasaran semakin berkembang biak.
Satu hal lagi yang tak kalah hebatnya adalah peran komunitas dalam sebuah pemasaran. Misalnya, sering di jalan raya ditemui rombongan pengendara motor menggunakan atribut jaket yang sama bertulisan nama produsen motor tertentu.
Di satu sisi orang mungkin melihat hal itu sebagai gaya hidup (life style) bahwa memiliki komunitas tertentu akan memunculkan identitas baru. Tetapi,di sisi lain produsen melihat hal itu sebagai strategi lain pemasaran dengan memanfaatkan komunitas.
Apalagi, saat ini ada banyak komunitas konsumen. Sebut saja Indosat Blacberry Community, Byson Yamaha Owner Indonesia Club (Byonic), BMW Car Club of Indonesia, atau Harley Davidson Club of Indonesia. Strategi pemasaran berbasis komunitas dinilai signifikan bagi kalangan produsen sebagai media menarik konsumen yang loyal dan mengembangkan brand di lingkungan masyarakat.
Strategi pemasaran ini lebih fleksibel dan murah ketimbang menggunakan pola lama dengan memasang displayiklan. Tetapi untuk menciptakan komunitas konsumen yang solid, brand tertentu harus memiliki kualitas yang bagus.Guru Besar Ilmu Pemasaran dan Wakil Ketua STIE Prasetiya Mulya Agus W Soehadi mengatakan, perubahan selera konsumen yang begitu cepat menyulitkan perusahaan untuk menang dalam persaingan jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri.
Karena itu, dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai elemen yang ada di pasar guna menghasilkan proposisi nilai yang superior. ”Kolaborasi dengan komunitas konsumen sangat penting untuk menciptakan panggung pemasaran. Semakin solid komunitas yang terbentuk, semakin besar dan luas performa pemasaran bisnis,” kata Agus, yang juga penulis buku berjudul Consumunity Marketing: Strategi Pemasaran Berbasis Komunitas kepada SINDO, Kamis 14 Februari 2013.
Jika komunitas yang mengusung brand sebuah produk tertentu terorganisasi dengan baik dan menjalankan aktivitas program, maka akan berdampak positif terhadap perusahaan dan komunitas itu sendiri.
Bahkan, aktivitas yang dilakukan komunitas konsumen dapat juga memberi manfaat bagi masyarakat secara luas. ”Hasilnya, konsumen dalam komunitas semakin loyal dan masyarakat luas semakin mengenal brand produk yang ada di komunitas tersebut,” ungkap Agus.
Sementara, Community Researcher Antonius W Sumarlin mengatakan, penciptaan komunitas konsumen penting untuk mendapatkan masukan- masukan baru dari konsumen dan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan fasilitas baru.
”Strategi ini juga bisa menarik komitmen konsumen supaya melakukan pembelian ulang,” urai Anton dalam National Marketing Conference (NMC) di Kampus STIE Prasetiya Mulya, Jakarta, Kamis 14 Februari 2013.
Pakar Brand dan Marketing Reza Ashari Nasution menyebutkan, tidak semua brand perusahaan dapat memengaruhi konsumen menciptakan komunitas brand tertentu.Tetapi, komunitas dapat terbangun dengan sendirinya jika brand tersebut memiliki citra yang bagus.
”Syarat terbentuknya komunitas konsumen di antaranya punya brand image bagus, banyak dikonsumsi masyarakat, dan memiliki reputasi yang baik di lingkungan konsumen,” ungkap penyandang PhD School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Menurut dia, strategi berbasis komunitas konsumen menegaskan pola hubungan perusahaan dengan konsumen kini sudah tidak ada batasan lagi. Konsumen sudah menjadi bagian dari entitas penting perusahaan.
Direktur SDM dan Umum PT Garuda Indonesia (persero) Tbk Heriyanto Agung Putra mengakui,saat ini Garuda selain melakukan pemasaran lewat jejaring media sosial juga membuat komunitas konsumen bernama Garuda Group Cycling Community (G2C2).
Anggota komunitas ini terdiri dari para karyawan dan konsumen Garuda. Strategi komunitas konsumen dapat menjadi investasi bagi performa Garuda untuk selalu melakukan inovasi- inovasi dalam pelayanan.
Hal ini dilakukan karena pihak Garuda kerap menerima masukan dan kritikan yang bersumber dari kalangan anggota G2C2. ”Konsumen adalah bagian dari Garuda yang selalu kita libatkan dalam aktivitas apa pun agar perusahaan terus tumbuh,” lanjut Heriyanto.
(kur)