Tarmizi Taher larang anaknya manfaatkan jabatannya
A
A
A
Sindonews.com - Mantan Menteri Agama semasa Orde Baru Tarmizi Taher menghembuskan nafas terakhirnya pukul 04.15 WIB tadi pagi Rumah Sakit Ciptomangunkusmo (RSCM) Kencana di usia 76 tahun. Tarmizi meninggal lantaran sakit stroke yang sudah lama dideritanya.
Menurut putera keempat Tarmizi yakni Dirgantoro, sejak 2011 lalu ayahnya sudah sering keluar masuk rumah sakit lantaran penyakit stroke yang diderita sejak 1990.
"Penyakit itu sudah lama, tapi sempat sembuh, dan akhir 2011 kesehatan mulai menurun dan mengalami stroke kembali," terang Dirgantoro Taher kepada Sindonews di Taman Makan Pahlawan Kalibata, Jakarta Timur. (12/2/2013)
Sejak 2011 itulah, ayahnya sudah sulit berkomunikasi. Tarmizi Taher baru dirawat ke RSCM Jumat 8 Februari 2013 dan akhirnya meninggal pagi tadi. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya kata Dirgantoro, ayahnya demam tinggi, oleh dokter diberi obat tapi Allah berkehendak lain.
Dirgantoro menjelaskan, sang ayang semasa menjadi mahasiswa di Universitas Airlangga merupakan aktivis. Setelah lulus sebagai dokter, ayahnya dinas di Angkatan Laut. Selain itu juga aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan. Sebagai dokter, ayahnya aktif dalam pemberantasan tuberkolosa. Ayahnya juga pernah menjadi duta besar (dubes).
"Setelah pensiun dari dubes beliau aktif di Dewan Masjid sebagai ketua, sebelum akhirnya digantikan Bapak Yusuf Kalla," kenang Dirgantoro.
Drigantoro mengaku sangat kehilangan panutan yang baik bagi keluarga. "Apa yang bapak lakukan dan tinggalkan pada kami semuanya berkesan dan menjadi pembelajaran kami. Semasa hidupnya, bapak selalu meminta kami menjaga nama baik keluarga dan tidak menggunakan manfaatkan jabatan maupun posisi bapak," cerita Dirgantoro.
Hal sama juga disampaikan Umar Syawaldi keponakan Tarmizi Taher. Menurut Umar, pamannya itu pernah berpesan agar selalu berpikir positif dalam menghadapi persoalan bangsa dan negara.
Umar mengakui kagum dengan pamannya itu. Tarmizi orang memiliki keyakinan kuat, orientasinya jauh ke depan dan mendidik anak-anal serta keluarganya sangat dalam dan berarti.
"Beliaulah yang membuat saya agar menjadi manusia yang berkontribusi terhadap negara dan tanah air. Setelah menuntut ilmu jauh sampai ke luar negeri, saya pun kembali ke Indonesia dan ingin berpartisipasi dan bekontribusi membangun bangsa sesuai dengan pesan dan arahan almarhum," kenang Umar yang pernah menjadi Direksi di BUMN.
Menurut putera keempat Tarmizi yakni Dirgantoro, sejak 2011 lalu ayahnya sudah sering keluar masuk rumah sakit lantaran penyakit stroke yang diderita sejak 1990.
"Penyakit itu sudah lama, tapi sempat sembuh, dan akhir 2011 kesehatan mulai menurun dan mengalami stroke kembali," terang Dirgantoro Taher kepada Sindonews di Taman Makan Pahlawan Kalibata, Jakarta Timur. (12/2/2013)
Sejak 2011 itulah, ayahnya sudah sulit berkomunikasi. Tarmizi Taher baru dirawat ke RSCM Jumat 8 Februari 2013 dan akhirnya meninggal pagi tadi. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya kata Dirgantoro, ayahnya demam tinggi, oleh dokter diberi obat tapi Allah berkehendak lain.
Dirgantoro menjelaskan, sang ayang semasa menjadi mahasiswa di Universitas Airlangga merupakan aktivis. Setelah lulus sebagai dokter, ayahnya dinas di Angkatan Laut. Selain itu juga aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan. Sebagai dokter, ayahnya aktif dalam pemberantasan tuberkolosa. Ayahnya juga pernah menjadi duta besar (dubes).
"Setelah pensiun dari dubes beliau aktif di Dewan Masjid sebagai ketua, sebelum akhirnya digantikan Bapak Yusuf Kalla," kenang Dirgantoro.
Drigantoro mengaku sangat kehilangan panutan yang baik bagi keluarga. "Apa yang bapak lakukan dan tinggalkan pada kami semuanya berkesan dan menjadi pembelajaran kami. Semasa hidupnya, bapak selalu meminta kami menjaga nama baik keluarga dan tidak menggunakan manfaatkan jabatan maupun posisi bapak," cerita Dirgantoro.
Hal sama juga disampaikan Umar Syawaldi keponakan Tarmizi Taher. Menurut Umar, pamannya itu pernah berpesan agar selalu berpikir positif dalam menghadapi persoalan bangsa dan negara.
Umar mengakui kagum dengan pamannya itu. Tarmizi orang memiliki keyakinan kuat, orientasinya jauh ke depan dan mendidik anak-anal serta keluarganya sangat dalam dan berarti.
"Beliaulah yang membuat saya agar menjadi manusia yang berkontribusi terhadap negara dan tanah air. Setelah menuntut ilmu jauh sampai ke luar negeri, saya pun kembali ke Indonesia dan ingin berpartisipasi dan bekontribusi membangun bangsa sesuai dengan pesan dan arahan almarhum," kenang Umar yang pernah menjadi Direksi di BUMN.
(lns)