Kader korup, Demokrat jadi public enemy
A
A
A
Sindonews.com - Semakin jebloknya dukungan terhadap Partai Demokrat seperti hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) seharusnya tak perlu melahirkan kegelisahan atau saling menyalahkan antar kader.
Partai Demokrat harus menyadari, sebagai partai politik (parpol) yang beberapa kadernya terseret kasus korupsi maka akan sulit meraih dukungan tinggi dari rakyat. Dibutuhkan waktu, juga kerja keras untuk memulihkan citra partai.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah berpendapat, menjadi konsekuensi logis apabila posisi Demokrat di bawah Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) seperti hasil survei SMRC.
Dalam survei SMRC disebutkan dukungan terhadap Demokrat hanyalah 8,3 persen, lebih rendah dibanding Golkar, yang mencapai 21,3 persen, dan PDIP 18,2 persen.
"8,3 persen sudah bagus itu. Harusnya dia 6 persen saja, atau angkanya di bawah itu lagi," ujar Iberamsjah kepada Sindonews, Senin (4/2/2013).
Menurutnya, masih sangat sulit bagi parpol yang telah menjadi public enemy bisa mendongkrak dukungan. Banyaknya kader yang terjerat kasus korupsi, Demokrat menjadi parpol yang dimusuhi masyarakat.
"Korupsi itu kan musuh masyarakat, kalau parpolnya sudah korup, otomatis Demokrat musuh masyarakat, bagaiamana bisa mendapatkan dukungan," tukas Iberamsjah.
Iberamsjah sangat yakin, Pemilu 2014 ini, Demokrat bakal dijauhi masyarakat, dalam kondisi seperti itu parpol besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini akan mendekati kehancuran.
Ditambah dengan dugaan kuat keterlibatan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam perkara korupsi. Kondisi itu menambah semakin terpuruknya elektabilitas Partai Demokrat.
"Sebaiknya Anas, dan petinggi yang terindikasi korupsi segera mundur, jika tidak Demokrat akan semakin hancur lebur di Pemilu 2014 nanti," duga Iberamsjah.
Partai Demokrat harus menyadari, sebagai partai politik (parpol) yang beberapa kadernya terseret kasus korupsi maka akan sulit meraih dukungan tinggi dari rakyat. Dibutuhkan waktu, juga kerja keras untuk memulihkan citra partai.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah berpendapat, menjadi konsekuensi logis apabila posisi Demokrat di bawah Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) seperti hasil survei SMRC.
Dalam survei SMRC disebutkan dukungan terhadap Demokrat hanyalah 8,3 persen, lebih rendah dibanding Golkar, yang mencapai 21,3 persen, dan PDIP 18,2 persen.
"8,3 persen sudah bagus itu. Harusnya dia 6 persen saja, atau angkanya di bawah itu lagi," ujar Iberamsjah kepada Sindonews, Senin (4/2/2013).
Menurutnya, masih sangat sulit bagi parpol yang telah menjadi public enemy bisa mendongkrak dukungan. Banyaknya kader yang terjerat kasus korupsi, Demokrat menjadi parpol yang dimusuhi masyarakat.
"Korupsi itu kan musuh masyarakat, kalau parpolnya sudah korup, otomatis Demokrat musuh masyarakat, bagaiamana bisa mendapatkan dukungan," tukas Iberamsjah.
Iberamsjah sangat yakin, Pemilu 2014 ini, Demokrat bakal dijauhi masyarakat, dalam kondisi seperti itu parpol besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini akan mendekati kehancuran.
Ditambah dengan dugaan kuat keterlibatan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam perkara korupsi. Kondisi itu menambah semakin terpuruknya elektabilitas Partai Demokrat.
"Sebaiknya Anas, dan petinggi yang terindikasi korupsi segera mundur, jika tidak Demokrat akan semakin hancur lebur di Pemilu 2014 nanti," duga Iberamsjah.
(lns)