Mencari bibit sejak dini

Minggu, 20 Januari 2013 - 11:49 WIB
Mencari bibit sejak dini
Mencari bibit sejak dini
A A A
Beberapa tahun ini prestasi olahraga Indonesia mengalami kemunduran yang memprihatinkan. Hampir di semua cabang olahraga, mulai sepak bola, renang, panahan, hingga bulu tangkis, Indonesia minim prestasi di kompetisi tingkat internasional.

Ada pola regenerasi atlet yang dirasa belum optimal. Prestasi olahraga negara lain di Asia, seperti Malaysia, Singapura, China dan Jepang, justru sedang naik daun. Bulu tangkis, misalnya, cabang olahraga ini biasanya menjadi andalan di setiap kompetisi internasional, tetapi beberapa kali tim Merah Putih ditaklukkan China dan Malaysia.

Menurut Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Rita Subowo, minimnya prestasi yang diraih para atlet Indonesia tidak terlepas dari terbatasnya pembinaan dan pelatihan terhadap atlet-atlet muda.

Hal ini juga disebabkan pengalaman bertanding mereka masih sedikit,terlebih di pentas internasional. Karena itu, model pembinaan atlet kiranya lebih komprehensif, seperti menggelar program hubungan internasional (international relation) yang menghubungkan para atlet dalam negeri dengan peserta atlet olimpiade dari negara lain.

”Program ini memberikan ruang bagi atlet untuk saling berkomunikasi dan belajar. Terkadang juga solidaritas olimpiade ini kerap ditujukan untuk tanding persahabatan,” kata Rita kepada SINDO,(19 Januari 2013).

Selain itu, perlu diadakan kompetisi semacam PON remaja supaya atlet-atlet muda siap sejak dini sebelum menghadapi kompetisi yang lebih elite di tingkat internasional. ”Pencanangan PON remaja sebenarnya sudah saya kemukakan 10 tahun lalu, tapi belum ba-nyak yang mengapresiasi. Tinggal KONI saja yang menindaklanjuti,” terang Rita.

Sedangkan, Kepala Pelatih PB Djarum Fung Permadi menilai, pola pemikiran para atlet sekarang ini bukan pola pemikiran seorang juara.Hal ini sangat mungkin disebabkan kemajuan zaman di mana hiburan lebih banyak. Kehidupan ekonomi sudah lebih baik dan mereka terlalu dimanjakan di rumah.

”Ini sedikit banyak memengaruhi pencapaian prestasi secara keseluruhan,” ujarnya kepada SINDO, di GOR Jati, Kudus, pekan lalu.

Fung menyatakan, sistem dan teknis pembibitan yang dilakukan di Indonesia, khususnya oleh PB Djarum,hampir sama dengan negara-negara lain. Hanya penekanan pada pola pemikiran atlet yang masih tertinggal.

”Itu yang harus dibangun. Cara mengatasinya kita berusaha terus membuat suatu sistem pelatihan agar bagaimana para atlet bisa berpikir dan hidup sebagai seorang juara,” tandasnya.

Sementara, pengamat olahraga Indrajati Sidi mengatakan, strategi pembinaan atlet belum dilakukan pihak pusat dan daerah secara maksimal.

Minimnya sarana dan prasarana bagi penunjang pelatihan atlet menjadi salah satu alasan sedikitnya prestasi yang diraih atlet. Contohnya adalah sport sciencedan teknologi berperan penting menunjang prestasi atlet, tetapi ini belum banyak diterapkan di semua cabang olahraga.

”Masih wacana saja sejak lama. Karena itu, kita hendaknya membuat langkah strategis model,” ungkap Indrajati saat diskusi panel bertajuk ”Menyusun Strategi Pembinaan Olahraga Jangka Panjang Indonesia” di Jakarta, (10 Agustus 2012).

Deputi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Djoko Pekik Irianto mengatakan,beberapa strategi mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan atlet berprestasi di antaranya telah dilakukan seperti tes untuk pembibitan atlet usia muda di daerah.

”Selain itu, ada juga pembinaan olahraga pelajar (PPLP) dan mahasiswa (PPLM), pengiriman atlet atau tim olahraga pelajar ke single dan multievent internasional, pelatihan wasit dan pelatih nasional dan internasional, serta penelitian bersama pengurus besar cabang olahraga untuk implementasi iptek atau peningkatan prestasi olahraga,” jelas Djoko.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7010 seconds (0.1#10.140)