Dunia maya, dunianya anak muda

Minggu, 09 Desember 2012 - 16:06 WIB
Dunia maya, dunianya...
Dunia maya, dunianya anak muda
A A A
Perkembangan internet dan jejaring sosial telah memberikan perubahan pada perilaku masyarakat. Fenomena ini mempunyai sisi negatif,namun jika dimanfaatkan dengan baik bisa memberikan edukasi kepada para pengguna internet.

Peneliti Depth Consulting Yudho Hartono menyatakan bahwa banyak masyarakat khususnya kaum muda yang terlalu asyik dengan telepon pintar (smart phone) yang mereka punya. Bahkan, mereka sering mengabaikan dunia nyata yang ada di sekitar mereka.

“ Saat ini anak muda bukan hanya yang gandrung pada smartphone, namun juga pada tablet yang semakin mudah didapatkan. Hanya dengan uang beberapa ratus ribu, tablet dapat dibeli,” kata Yudho dalam acara peluncuran buku “Social Media Nation” yang diadakan Prasetiya Mulya Kamis lalu.

Kegandrungan pada gadget terbaru ini bukan hanya terjadi di kota-kota besar di Jawa,namun juga di kota lain di Indonesia. Banyak anak muda di kota-kota kecil yang berusaha tampil “gaya” dengan gadget terbaru mereka. “Jika gadget tablet semakin banyak ditampilkan di sinetron, saya yakin gadget tersebut semakin masif digunakan,” tambah Yudho.

Situs yang paling banyak dikunjungi generasi muda tersebut adalah jejaring sosial. Dalam berperilaku dengan jejaring sosial,generasi muda cenderung mengabaikan aturan. Hal ini terlihat dari konten yang mereka unggah ke situs jejaring sosial.

“Itu karena kultur yang dipegang generasi muda belum begitu kuat ketika mereka menggunakan media sosial,” kata Yudho.

Generasi muda Indonesia memiliki karakter asertif dan kompromistis terhadap hal-hal baru termasuk adaptasi penggunaan media jejaring sosial. Hal ini terlihat pada konten-konten di media sosial yang merefleksikan perilaku sehari-hari masyarakat, termasuk hal pribadi.

“Secara umum, tidak hanya generasi muda, penggunaan gadget di Indonesia lebih banyak untuk kegiatan pribadi seperti mengobrol dibanding untuk bekerja,” jelas Yudho.

Di Indonesia,gadget banyak digunakan untuk kegiatan pribadi. Berbeda dengan beberapa negara lain yang menggunakan gadget untuk bisnis. Di Thailand, 60–65% gadget digunakan untuk keperluan bisnis atau kerja.

Sedangkan, di Singapura 50% gadget dipergunakan untuk bisnis dan kerja. Mengingat besarnya potensi masyarakat yang menggunakan jejaring sosial, saat ini banyak pihak yang menyasar jejaring sosial untuk pemasaran.

Hal ini bukan hanya dilakukan oleh perusahaan besar, namun juga oleh perorangan.Menurut CEO Kasus Ken Dean Lawadinata, banyak orang yang mulai berjualan dalam skala kecil melalui Kaskus.Bahkan usaha mereka kemudian usaha mereka berkembang melalui situs belanja online tersebut. Saat ini situs belanja seperti Kaskus mulai bertambah banyak.

Menurut Ken, semakin banyaknya situs belanja online di Indonesia berdampak positif bagi perkembangan belanja online di Indonesia. karena situs belanja tersebut bukan hanya membuka pasar baru, namun juga memberikan edukasi tentang belanja yang sehat melalui internet.

Ken mengakui situs-situs baru yang menjadi pesaing Kaskus ada yang mengambil pasar Kaskus, namun Kaskus tetap mempunyai tempat tersendiri di hari masyarakat Indonesia.

“Saya secara pasti tidak tahu berapa persen pasar yang dikuasai Kaskus, karena untuk mengukur hal tersebut perlu juga mengetahui pangsa pasar situs yang lain.Namun saya perkirakan pangsa pasar Kaskussebesar 70–80%,” kata Ken kepada SINDO.

Saat ini Kaskus telah memiliki lebih dari 4,5 juta anggota, dengan total posting sekitar 455 juta. Hingga akhir 2011 jumlah halaman yang terakses di Kaskus sekira 800 juta kunjungan per bulan.Dan Target 2012, ingin mencapai angkai satu miliar terakses setiap bulannya. Banyak orang yang loyal menggunakan Kaskus untuk belanja atau menawarkan barang.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7331 seconds (0.1#10.140)