Kasih Tuhan di pesta pernikahan
A
A
A
Kesaksian: Henny Wulandary
SAYA ingin memberikan kesaksian sederhana mengenai kasih Tuhan yang saya rasakan begitu besar dalam hidup saya, bersama pasangan menjelang acara pernikahan kami.
Berawal dari satu pemikiran, dan harapan yang sama untuk menyatukan kasih kami, di dalam satu ikatan yang kudus dan suci. Serta mengikat janji untuk saling mengasihi, dalam kondisi suka dan duka. Sehati sepikir, seperasaan, dan sepenanggungan di dalam persekutuan dengan Tuhan.
Pada 29 Oktober 2011, di Gereja Maria Kusuma Karmel. Tempat suci itu menyatukan kami dalam ikatan suami istri. Tanpa ada kasih Tuhan, dan kebesaran-Nya, kebahagiaan bersama yang kini kami rasakan tentu tak akan pernah terjadi.
Bagi saya, pernikahan bukan sebatas formalitas untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat, atas cinta kasih sepasang kekasih. Melainkan, satu ikatan suci yang harus dijaga sampai akhir hayat.
Campur tangan Tuhan, kami rasakan saat akan melangsungkan pernikahan. Sejak satu tahun sebelum upacara penikahan itu dilangsungkan, kami sudah melakukan berbagai persiapan, mulai menyiapkan uang, dan dari konsep pernikahan. Semua kami lakukan dengan bersama dan mandiri.
Terlebih orangtua kami, masing–masing berada di luar kota. Jadi, segala hal mengenai rencana pernikahan, dan uang, kami kerjakan dan pikirkan berdua. Terasa berat memang, terlebih kami tetap harus bertanggung jawab terhadap segala tugas – tugas kantor, yang tidak kalah penting dengan acara pernikahan kami.
Keajaiban terjadi beberapa minggu sebelum acara pernikahan kami dilaksanakan. Kasih Tuhan, mulai kami rasakan saat pembayaran biaya gedung, dan pernak–pernik pernikahan lainnya.
Ketika itu, kami mengalami kesulitan melunasi semua pembayaran sewa gedung pernikahan. Bahkan, untuk biaya sewa mobil penikahan, kami tidak punya uang. Sempat terpikirkan untuk tidak menyewa mobil, agar bisa menghemat pengeluaran.
Pikiran saya, saat itu sedang kacau. Hingga tiba-tiba, tanpa diduga saya bertemu, dan berada satu lift dengan direktur tempat saya bekerja. Tak disangka, beliau menanyakan kepada saya mengenai setiap persiapan acara pernikahan saya yang belum dikerjakan. Dengan Kasih Tuhan, beliau menawarkan bantuan kepada saya.
“Saya dengar kamu belum punya mobil pengantin untuk resepsi ya?” Kata direktur saya tiba-tiba bertanya. Dengan terkejut saya pun menjawab, “Iya Bu, dari mana Ibu tahu tentang ini?” jawab saya penuh heran.
Beliau pun menceritakan, sebenarnya dia sudah beberapa kali mencari tahu tentang kesiapan acara penikahan saya melalui teman–teman saya. Beliau mengaku, saya bukan tipe orang yang terbuka dengan masalah pribadi.
Saya pun terkejut bukan main, saat beliau berkata akan mengirimkan saya uang untuk membantu saya menyewa mobil pengantin. Dalam hati, saya berkata, apakah ini mimpi? Tapi saya yakin ini bukan kebetulan. Ini adalah bagian dari rencana Tuhan.
Seminggu menjelang pernikahan, saya masih memiliki beberapa kekurangan pembayaran yang belum terselesaikan. Pinjaman–pinjaman dari bank yang kami ajukan beberapa bulan sebelumnya, masih belum disetujui.
Pada saat yang sama, kami juga banyak sekali dihubungi dari rekanan wedding organizer untuk dapat melunasi segala biaya yang harus diselesaikan sebelum acara pernikahan.
“Jujur kami sebagai manusia mengalami tekanan yang luar biasa waktu itu. Kami sempat berucap, ya Tuhan jadilah kehendak-Mu, dan bukan kehendakku".
Campur tangan Tuhan lainnya, dialami pasangan saya, saat berada di kantor. Saat itu, saya dan pasangan berangkat ke kantor seperti biasa. Setibanya di kantor, pasangan saya mendapat sebuah pesan singkat dari direktur tempat dia bekerja. Beliau meminta pasangan saya menghadap ke ruangannya, karena ada hal penting yang ingin dibicarakan.
Bagi karyawan biasa seperti kami, dipanggil atasan menjadi hal yang mengerikan. Pasangan saya saat itu sempat berpikir apa yang sudah dikerjakannya selama ini. Kesalahan apa yang telah diperbuatnya? Aksinya, dia memberanikan diri menghadap ke ruang kerja direkturnya.
“Dengan tersenyum, beliau pun mempersilakan masuk dan mulai membicarakan perihal pernikahan kami. Selang beberapa waktu, beliau menanyakan jumlah uang yang masih belum dilunasi untuk melengkapi acara pernikahan kami”.
Bagai tersambar petir di siang bolong, bibir pasangan saya terasa kaku. Namun dia tetap memberanikan diri menjawab sejumlah uang yang kami butuhkan saat itu, nominalnya cukup besar.
Kasih Tuhan terhadap hambanya memang tak kenal batas. Dengan lembut, direktur pasangan saya berkata siap membantu semua biaya–biaya yang diperlukan, dan meminta membatalkan semua pinjaman–pinjaman di bank yang telah kami ajukan.
Karena beliau tidak ingin kami disulitkan dengan biaya–biaya tagihan yang muncul setelah pesta pernikahan kami berakhir. Saat itu, rasanya jantung kami terasa berhenti, dan kami tidak menyangka bahwa Tuhan dapat memakai semua cara dan memakai orang–orang di sekitar kami untuk dapat menggenapi setiap rencana-Nya.
Akhirnya pernikahan kami pun berjalan dengan lancar, tepat pada waktunya. Segala hutang–hutang kami pun dapat terlunasi. Sungguh segalanya di luar pemikiran kami sebagai manusia.
Hingga kini, kehidupan keluarga kami berjalan rukun. Bahkan, saat ini saya tengah hamil anak pertama kami. Kasih Tuhan Yesus, akan terus kami ingat. Hikmah yang kami ambil dari peristiwa itu adalah, tak boleh putus asa di saat berusaha. Karena pasti ada kasih Tuhan di dalam kesusahan itu.
SAYA ingin memberikan kesaksian sederhana mengenai kasih Tuhan yang saya rasakan begitu besar dalam hidup saya, bersama pasangan menjelang acara pernikahan kami.
Berawal dari satu pemikiran, dan harapan yang sama untuk menyatukan kasih kami, di dalam satu ikatan yang kudus dan suci. Serta mengikat janji untuk saling mengasihi, dalam kondisi suka dan duka. Sehati sepikir, seperasaan, dan sepenanggungan di dalam persekutuan dengan Tuhan.
Pada 29 Oktober 2011, di Gereja Maria Kusuma Karmel. Tempat suci itu menyatukan kami dalam ikatan suami istri. Tanpa ada kasih Tuhan, dan kebesaran-Nya, kebahagiaan bersama yang kini kami rasakan tentu tak akan pernah terjadi.
Bagi saya, pernikahan bukan sebatas formalitas untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat, atas cinta kasih sepasang kekasih. Melainkan, satu ikatan suci yang harus dijaga sampai akhir hayat.
Campur tangan Tuhan, kami rasakan saat akan melangsungkan pernikahan. Sejak satu tahun sebelum upacara penikahan itu dilangsungkan, kami sudah melakukan berbagai persiapan, mulai menyiapkan uang, dan dari konsep pernikahan. Semua kami lakukan dengan bersama dan mandiri.
Terlebih orangtua kami, masing–masing berada di luar kota. Jadi, segala hal mengenai rencana pernikahan, dan uang, kami kerjakan dan pikirkan berdua. Terasa berat memang, terlebih kami tetap harus bertanggung jawab terhadap segala tugas – tugas kantor, yang tidak kalah penting dengan acara pernikahan kami.
Keajaiban terjadi beberapa minggu sebelum acara pernikahan kami dilaksanakan. Kasih Tuhan, mulai kami rasakan saat pembayaran biaya gedung, dan pernak–pernik pernikahan lainnya.
Ketika itu, kami mengalami kesulitan melunasi semua pembayaran sewa gedung pernikahan. Bahkan, untuk biaya sewa mobil penikahan, kami tidak punya uang. Sempat terpikirkan untuk tidak menyewa mobil, agar bisa menghemat pengeluaran.
Pikiran saya, saat itu sedang kacau. Hingga tiba-tiba, tanpa diduga saya bertemu, dan berada satu lift dengan direktur tempat saya bekerja. Tak disangka, beliau menanyakan kepada saya mengenai setiap persiapan acara pernikahan saya yang belum dikerjakan. Dengan Kasih Tuhan, beliau menawarkan bantuan kepada saya.
“Saya dengar kamu belum punya mobil pengantin untuk resepsi ya?” Kata direktur saya tiba-tiba bertanya. Dengan terkejut saya pun menjawab, “Iya Bu, dari mana Ibu tahu tentang ini?” jawab saya penuh heran.
Beliau pun menceritakan, sebenarnya dia sudah beberapa kali mencari tahu tentang kesiapan acara penikahan saya melalui teman–teman saya. Beliau mengaku, saya bukan tipe orang yang terbuka dengan masalah pribadi.
Saya pun terkejut bukan main, saat beliau berkata akan mengirimkan saya uang untuk membantu saya menyewa mobil pengantin. Dalam hati, saya berkata, apakah ini mimpi? Tapi saya yakin ini bukan kebetulan. Ini adalah bagian dari rencana Tuhan.
Seminggu menjelang pernikahan, saya masih memiliki beberapa kekurangan pembayaran yang belum terselesaikan. Pinjaman–pinjaman dari bank yang kami ajukan beberapa bulan sebelumnya, masih belum disetujui.
Pada saat yang sama, kami juga banyak sekali dihubungi dari rekanan wedding organizer untuk dapat melunasi segala biaya yang harus diselesaikan sebelum acara pernikahan.
“Jujur kami sebagai manusia mengalami tekanan yang luar biasa waktu itu. Kami sempat berucap, ya Tuhan jadilah kehendak-Mu, dan bukan kehendakku".
Campur tangan Tuhan lainnya, dialami pasangan saya, saat berada di kantor. Saat itu, saya dan pasangan berangkat ke kantor seperti biasa. Setibanya di kantor, pasangan saya mendapat sebuah pesan singkat dari direktur tempat dia bekerja. Beliau meminta pasangan saya menghadap ke ruangannya, karena ada hal penting yang ingin dibicarakan.
Bagi karyawan biasa seperti kami, dipanggil atasan menjadi hal yang mengerikan. Pasangan saya saat itu sempat berpikir apa yang sudah dikerjakannya selama ini. Kesalahan apa yang telah diperbuatnya? Aksinya, dia memberanikan diri menghadap ke ruang kerja direkturnya.
“Dengan tersenyum, beliau pun mempersilakan masuk dan mulai membicarakan perihal pernikahan kami. Selang beberapa waktu, beliau menanyakan jumlah uang yang masih belum dilunasi untuk melengkapi acara pernikahan kami”.
Bagai tersambar petir di siang bolong, bibir pasangan saya terasa kaku. Namun dia tetap memberanikan diri menjawab sejumlah uang yang kami butuhkan saat itu, nominalnya cukup besar.
Kasih Tuhan terhadap hambanya memang tak kenal batas. Dengan lembut, direktur pasangan saya berkata siap membantu semua biaya–biaya yang diperlukan, dan meminta membatalkan semua pinjaman–pinjaman di bank yang telah kami ajukan.
Karena beliau tidak ingin kami disulitkan dengan biaya–biaya tagihan yang muncul setelah pesta pernikahan kami berakhir. Saat itu, rasanya jantung kami terasa berhenti, dan kami tidak menyangka bahwa Tuhan dapat memakai semua cara dan memakai orang–orang di sekitar kami untuk dapat menggenapi setiap rencana-Nya.
Akhirnya pernikahan kami pun berjalan dengan lancar, tepat pada waktunya. Segala hutang–hutang kami pun dapat terlunasi. Sungguh segalanya di luar pemikiran kami sebagai manusia.
Hingga kini, kehidupan keluarga kami berjalan rukun. Bahkan, saat ini saya tengah hamil anak pertama kami. Kasih Tuhan Yesus, akan terus kami ingat. Hikmah yang kami ambil dari peristiwa itu adalah, tak boleh putus asa di saat berusaha. Karena pasti ada kasih Tuhan di dalam kesusahan itu.
(san)