Masih kuliah kantong sudah tebal
A
A
A
Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan secara intensif sejak di bangku kuliah, terbukti banyak menghasilkan wirausahawan muda. Malah, tidak sedikit dari mereka yang sudah berbisnis dan menghasilkan omzet puluhan juta rupiah per bulan, kendati masih menyandang status mahasiswa.
Sebut saja Angelina Shinta, mahasiswa semester V Prasetiya Mulya Business School, yang bisa meraup penghasilan puluhan juta rupiah per bulan berkat produk karyanya, Nave Case. Produk ini berupa tempat gadget berbahan kulit asli. “Kami mempunyai produk berupa tempat tablet, smartphone, dan lainnya berbahan kulit dengan harga yang jauh lebih murah di kelasnya,” kata Angelina kepada harian Seputar Indonesia (SINDO).
Dia menjelaskan, harga tempat iPad kulit miliknya berkisar Rp400.000–500.000. Padahal untuk kualitas yang sama dari produk lain, harganya mencapai Rp800.000. Untuk pemasaran, produk Nave Case saat ini masih dijual dengan cara online. Selain itu, Angelina juga memaksimalkan berbagai pameran yang diadakan di sejumlah mal ternama di Jakarta. Awalnya, Nave Case merupakan pilot project dari mata kuliah yang diajarkan pada semester III.
Saat itu Angelina bersama kelompoknya yang berjumlah empat orang, berhasil meyakinkan para dosen bahwa produk mereka bisa diterima di pasaran. Ide awal Nave Case adalah mencari produk yang belum banyak dilirik produsen. Angelina mengaku banyak aksesori gadget yang ditawarkan, namun jarang sekali yang berbahan kulit asli. Jika pun ada, harganya cenderung sangat mahal.
Dia memimpin kelompoknya untuk merancang produk-produk Nave Case. Dalam waktu satu bulan, Nave Case langsung ditawarkan kepada masyarakat umum.
“Saat itu kami membuat workshop yang mengundang para perajin.Mereka kemudian membuat produk-produk Nave Case. Karena banyak dikerjakan sendiri, produk ini bisa lebih murah dibandingkan produk lain di kelasnya. Sejak diluncurkan akhir tahun lalu, omzet Nave Case sudah mencapai Rp50 juta,” tambah Angelina.
Angelina yakin ketika lulus kuliah kelak, Nave Case akan lebih berkembang pesat. Dia akan memperbanyak produk berbahan kulit dan tidak hanya terpaku pada aksesori gadget. Produk premium lain yang dihasilkan sejak bangku kuliah adalah produk sepatu kulit bermerek Zevin. Produk yang dihasilkan fokus pada penyediaan sepatu kualitas terbaik untuk gaya hidup pria urban.
Menurut pendiri Zevin, Rivan Satria, ide kemunculan produk ini karena dia dan empat temannya mempunyai hobi pada sepatu bagus. Karena hobi inilah,kelompok mereka memutuskan menciptakan sepatu berkualitas yang mempunyai peluang pasar besar. Lewat website, Zevin dipasarkan ke sejumlah negara yang dibanderol dengan dua mata uang, dolar Amerika Serikat dan rupiah. “Produk Zevin ini dibuat ketika mereka berada di semester VII,” kata Secretary General of Prasetiya Mulya Entrepreneurship Development Center, M Setiawan Kusmulyono.
Ide bisnis unik lain diperlihatkan pada produk bermerek Aquamarine, yang berkonsentrasi pada produkproduk pakaian renang wanita. Produk ini bermula ketika salah satu mahasiswi merasa risih dengan pakaian renang yang terlalu mini. Karena itu, mereka membuat pakaian renang versi sendiri. Terbukti saat ini Aquamarine mendapat sambutan masyarakat.
Menurut Humas Prasetiya Mulya Business School Bachtiar Hakim, selain dituntut membangun bisnis sendiri, mahasiswa juga menjalani dua mata kuliah Community Development. Mata kuliah ini menuntut mahasiswa memberikan pendampingan kepada masyarakat guna menemukan potensi bisnis yang menarik di sekitar mereka.
“Program ini seperti kuliah kerja nyata (KKN), sudah dilakukan di Sukabumi dan Cianjur.Mereka salah satunya berhasil membantu masyarakat membuat produk dari singkong. Terbukti dari produk tersebut banyak masyarakat yang terbantu, bahkan sudah ada yang menunaikan ibadah haji dari produksi olahan singkong,” kata Bachtiar.
Hal tersebut membuktikan bahwa entrepreneur menjadi satu solusi bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk mengatasi kemiskinan. Setidaknya penilaian tokoh pengusaha Indonesia yang juga concern pada dunia entrepreneur, Ir Ciputra, yang menyebutkan agar masalah kemiskinan dan pengangguran teratasi, setidaknya diperlukan 4 juta pengusaha baru di Indonesia menjadi sebuah keniscayaan.
Sebut saja Angelina Shinta, mahasiswa semester V Prasetiya Mulya Business School, yang bisa meraup penghasilan puluhan juta rupiah per bulan berkat produk karyanya, Nave Case. Produk ini berupa tempat gadget berbahan kulit asli. “Kami mempunyai produk berupa tempat tablet, smartphone, dan lainnya berbahan kulit dengan harga yang jauh lebih murah di kelasnya,” kata Angelina kepada harian Seputar Indonesia (SINDO).
Dia menjelaskan, harga tempat iPad kulit miliknya berkisar Rp400.000–500.000. Padahal untuk kualitas yang sama dari produk lain, harganya mencapai Rp800.000. Untuk pemasaran, produk Nave Case saat ini masih dijual dengan cara online. Selain itu, Angelina juga memaksimalkan berbagai pameran yang diadakan di sejumlah mal ternama di Jakarta. Awalnya, Nave Case merupakan pilot project dari mata kuliah yang diajarkan pada semester III.
Saat itu Angelina bersama kelompoknya yang berjumlah empat orang, berhasil meyakinkan para dosen bahwa produk mereka bisa diterima di pasaran. Ide awal Nave Case adalah mencari produk yang belum banyak dilirik produsen. Angelina mengaku banyak aksesori gadget yang ditawarkan, namun jarang sekali yang berbahan kulit asli. Jika pun ada, harganya cenderung sangat mahal.
Dia memimpin kelompoknya untuk merancang produk-produk Nave Case. Dalam waktu satu bulan, Nave Case langsung ditawarkan kepada masyarakat umum.
“Saat itu kami membuat workshop yang mengundang para perajin.Mereka kemudian membuat produk-produk Nave Case. Karena banyak dikerjakan sendiri, produk ini bisa lebih murah dibandingkan produk lain di kelasnya. Sejak diluncurkan akhir tahun lalu, omzet Nave Case sudah mencapai Rp50 juta,” tambah Angelina.
Angelina yakin ketika lulus kuliah kelak, Nave Case akan lebih berkembang pesat. Dia akan memperbanyak produk berbahan kulit dan tidak hanya terpaku pada aksesori gadget. Produk premium lain yang dihasilkan sejak bangku kuliah adalah produk sepatu kulit bermerek Zevin. Produk yang dihasilkan fokus pada penyediaan sepatu kualitas terbaik untuk gaya hidup pria urban.
Menurut pendiri Zevin, Rivan Satria, ide kemunculan produk ini karena dia dan empat temannya mempunyai hobi pada sepatu bagus. Karena hobi inilah,kelompok mereka memutuskan menciptakan sepatu berkualitas yang mempunyai peluang pasar besar. Lewat website, Zevin dipasarkan ke sejumlah negara yang dibanderol dengan dua mata uang, dolar Amerika Serikat dan rupiah. “Produk Zevin ini dibuat ketika mereka berada di semester VII,” kata Secretary General of Prasetiya Mulya Entrepreneurship Development Center, M Setiawan Kusmulyono.
Ide bisnis unik lain diperlihatkan pada produk bermerek Aquamarine, yang berkonsentrasi pada produkproduk pakaian renang wanita. Produk ini bermula ketika salah satu mahasiswi merasa risih dengan pakaian renang yang terlalu mini. Karena itu, mereka membuat pakaian renang versi sendiri. Terbukti saat ini Aquamarine mendapat sambutan masyarakat.
Menurut Humas Prasetiya Mulya Business School Bachtiar Hakim, selain dituntut membangun bisnis sendiri, mahasiswa juga menjalani dua mata kuliah Community Development. Mata kuliah ini menuntut mahasiswa memberikan pendampingan kepada masyarakat guna menemukan potensi bisnis yang menarik di sekitar mereka.
“Program ini seperti kuliah kerja nyata (KKN), sudah dilakukan di Sukabumi dan Cianjur.Mereka salah satunya berhasil membantu masyarakat membuat produk dari singkong. Terbukti dari produk tersebut banyak masyarakat yang terbantu, bahkan sudah ada yang menunaikan ibadah haji dari produksi olahan singkong,” kata Bachtiar.
Hal tersebut membuktikan bahwa entrepreneur menjadi satu solusi bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk mengatasi kemiskinan. Setidaknya penilaian tokoh pengusaha Indonesia yang juga concern pada dunia entrepreneur, Ir Ciputra, yang menyebutkan agar masalah kemiskinan dan pengangguran teratasi, setidaknya diperlukan 4 juta pengusaha baru di Indonesia menjadi sebuah keniscayaan.
(azh)