Pendapat elektabilitas partai Islam anjlok, itu sesat
A
A
A
Sindonews.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy mengatakan, survei yang menunjukan rendahnya elektabilitas partai Islam adalah sesat. Pasalnya, selama ini partai Islam memang hanya menjadi partai menengah dibanding partai nasionalis.
"Sebenarnya itu bukan masalah Islam atau tidak Islam. Itu karena masalah partai menengah," katanya melalui siaran persnya di Jakarta, Rabu (27/6/2012).
Dia mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya elektabilitas partai menengah. Pertama, karena lemahnya kemampuan untuk memunculkan pemimpin nasional yang berkarakter kuat. "59 persen masyarakat yang berpendidikan rendah, umumnya menilai partai dari karakter dan figur pemimpinnya. Sehingga, partai papan atas diuntungkan oleh kuatnya karakter, dan tingginya jam terbang pemimpinnya," ujarnya.
Kemudian, karena posisinya sebagai minoritas di parlemen, partai menengah yang tidak bersatu, kurang mampu tampil menjadi penggerak manuver politik di tingkat nasional. Ketiga, karena demokrasi substansial yang telah dibajak oleh demokrasi prosedural dengan mengandalkan pencitraan yang berbiaya tinggi.
"Partai menengah yang relatif terbatas aksesnya kepada sumber-sumber keuangan, secara faktual frekuensi penampilannya di media jauh lebih rendah dibandingkan partai papan atas," ungkapnya. (lil)
"Sebenarnya itu bukan masalah Islam atau tidak Islam. Itu karena masalah partai menengah," katanya melalui siaran persnya di Jakarta, Rabu (27/6/2012).
Dia mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya elektabilitas partai menengah. Pertama, karena lemahnya kemampuan untuk memunculkan pemimpin nasional yang berkarakter kuat. "59 persen masyarakat yang berpendidikan rendah, umumnya menilai partai dari karakter dan figur pemimpinnya. Sehingga, partai papan atas diuntungkan oleh kuatnya karakter, dan tingginya jam terbang pemimpinnya," ujarnya.
Kemudian, karena posisinya sebagai minoritas di parlemen, partai menengah yang tidak bersatu, kurang mampu tampil menjadi penggerak manuver politik di tingkat nasional. Ketiga, karena demokrasi substansial yang telah dibajak oleh demokrasi prosedural dengan mengandalkan pencitraan yang berbiaya tinggi.
"Partai menengah yang relatif terbatas aksesnya kepada sumber-sumber keuangan, secara faktual frekuensi penampilannya di media jauh lebih rendah dibandingkan partai papan atas," ungkapnya. (lil)
()