Kemendikbud segera daftarkan tari Tortor ke Unesco
A
A
A
Sindonews.com - Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud)memprioritaskan tari Tortor untuk segera didaftarkan ke United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (Unesco).
Dengan telah didaftarkan ke Unesco warian budaya Indonesia itu tidak bisa diambil oleh negera lain.
“Kan ada hikmahnya juga ya, kita akan prioritaskan,” ujar Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti setelah mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (20/6/2012).
Akan tetapi, menurut Wiendu, dalam mendaftarkan warisan budaya bukan perkara mudah, dan butuh waktu lama. Terlebih, sekarang Unesco punya aturan baru, menerima satu budaya pernegara pertahun.
“Kalau ke Unesco, mereka kan punya mekanisme, per tahun itu tiga, sekarang ini karena ada pengurangan anggaran di Unesco, itu maksimum 1 per tahun per negara,” kata dia.
Sehingga, Kemendikbud bisa mendaftarkan budaya Indonesia secara bergilir satu persatu, mengingat budaya Indonesia cukup banyak. “Ini sedang kita perjuangakan, kita kan budayanya banyak sekali, negara lain mungkin satu sudah cukup banyak, tapi kita 3 saja kurang,” pungkasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, pengajuan pendaftaran ke Unesco bisa dilakukan setiap bulan Maret, dan melalui proses yang ketat.
"Tidak mengajukan lalu diterima, tapi harus ada penelitiannya, membuat filmnya, harus punya data lengkap, tidak tiba-tiba pemerintah mengajukan begitu saja. Belum lagi persyaratan sudah lebih tidak otomatis diterima," paparnya.(lin)
(Kemendikbud)memprioritaskan tari Tortor untuk segera didaftarkan ke United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (Unesco).
Dengan telah didaftarkan ke Unesco warian budaya Indonesia itu tidak bisa diambil oleh negera lain.
“Kan ada hikmahnya juga ya, kita akan prioritaskan,” ujar Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti setelah mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (20/6/2012).
Akan tetapi, menurut Wiendu, dalam mendaftarkan warisan budaya bukan perkara mudah, dan butuh waktu lama. Terlebih, sekarang Unesco punya aturan baru, menerima satu budaya pernegara pertahun.
“Kalau ke Unesco, mereka kan punya mekanisme, per tahun itu tiga, sekarang ini karena ada pengurangan anggaran di Unesco, itu maksimum 1 per tahun per negara,” kata dia.
Sehingga, Kemendikbud bisa mendaftarkan budaya Indonesia secara bergilir satu persatu, mengingat budaya Indonesia cukup banyak. “Ini sedang kita perjuangakan, kita kan budayanya banyak sekali, negara lain mungkin satu sudah cukup banyak, tapi kita 3 saja kurang,” pungkasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, pengajuan pendaftaran ke Unesco bisa dilakukan setiap bulan Maret, dan melalui proses yang ketat.
"Tidak mengajukan lalu diterima, tapi harus ada penelitiannya, membuat filmnya, harus punya data lengkap, tidak tiba-tiba pemerintah mengajukan begitu saja. Belum lagi persyaratan sudah lebih tidak otomatis diterima," paparnya.(lin)
()