Pemerintah gagal bangun kesetaraan di Papua
A
A
A
Sindonews.com - Terus berlanjutnya konflik di Papua disebabkan gagalnya pemerintah dalam membangun semangat kesetaraan masyarakat Papua dengan masyarakat Indonesia lainnya.
Intelektual muda asal Papua Natalis Pigay mengatakan, Pemerintah selama in tidak serius dalam menyetarakan derajat seluruh masyarakat Indonesia. Hal itu terus berkembang menjadi faktor penyulut budaya konflik yang selama ini terjadi.
"Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut hanya beberapa orang meninggal di Papua tidak perlu dibesar-besarkan, contoh bagaimana pemerintah mengabaikan masyarakat Papua. Setiap nyawa itu berharga dan itu milik Tuhan," katanya dalam diskusi Polemik Sindo Radio di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (16/6/2012).
Dia mengungkapkan, pemerintah juga sering kali menyepelekan yang terjadi di Papua dengan mengeluarkan pernyataan yang menyakiti masyarakat Papua. "Pernyataan Gubernur Sulawesi Selatan yang bilang Papua itu suku pemberontak, dan Menkopolhukam yang menyudutkan rakyat Papua sebagai pelaku kekerasan telah menimbulkan sentimen kesukuan yang mendalam," ujarnya.
Menurutnya, faktor lain penyebab konflik di Papua, adalah persoalan integrasi yang meninggalkan penderitaan bagi rakyat Papua. Kemudian, ditambah dengan pembangunan yang gagal sampai saat ini.
"Rakyat Papua menjadi melawan dan melawan, mereka menampilkan simbol-simbol kebangsaan, lagu kebangsaan, menunjukkan mereka menggugat proses integrasi," tukasnya. (lil)
Intelektual muda asal Papua Natalis Pigay mengatakan, Pemerintah selama in tidak serius dalam menyetarakan derajat seluruh masyarakat Indonesia. Hal itu terus berkembang menjadi faktor penyulut budaya konflik yang selama ini terjadi.
"Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut hanya beberapa orang meninggal di Papua tidak perlu dibesar-besarkan, contoh bagaimana pemerintah mengabaikan masyarakat Papua. Setiap nyawa itu berharga dan itu milik Tuhan," katanya dalam diskusi Polemik Sindo Radio di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (16/6/2012).
Dia mengungkapkan, pemerintah juga sering kali menyepelekan yang terjadi di Papua dengan mengeluarkan pernyataan yang menyakiti masyarakat Papua. "Pernyataan Gubernur Sulawesi Selatan yang bilang Papua itu suku pemberontak, dan Menkopolhukam yang menyudutkan rakyat Papua sebagai pelaku kekerasan telah menimbulkan sentimen kesukuan yang mendalam," ujarnya.
Menurutnya, faktor lain penyebab konflik di Papua, adalah persoalan integrasi yang meninggalkan penderitaan bagi rakyat Papua. Kemudian, ditambah dengan pembangunan yang gagal sampai saat ini.
"Rakyat Papua menjadi melawan dan melawan, mereka menampilkan simbol-simbol kebangsaan, lagu kebangsaan, menunjukkan mereka menggugat proses integrasi," tukasnya. (lil)
()