Anas sedang dizalimi kekuatan besar
A
A
A
Sindonews.com - Spekulasi pelengseran Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat semakin mengemuka pasca digelarnya pertemuan Ketua DPD se-Indonesia dan Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat (FKPD) dua hari berturut-turut.
Namun, rumor pelengseran Anas dari kursi Ketum itu terus dibantah sejumlah elit politik Partai Demokrat.
Menurut pengamat politik Charta Politica Yunarto Wijaya, Anas seakan sedang dizalimi oleh kekuatan besar dalam tubuh Demokrat. "Dan ini sangat membahayakan bagi internal Partai Demokrat sendiri," ujar Yunarto Wijaya saat dihubungi wartawan, Kamis (14/6/2012).
Jika memang Partai Demokrat ingin bersih-bersih, maka harus dilakukan secara sistemik, bukan justru mencari siapa yang harus korbankan. Pasalnya, mengorbankan satu atau dua nama tidak menyelesaikan persoalan.
Kata Yunarto, Februari lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mengatakan, partainya tidak akan mendahului proses hukum, jadi sangat blunder ketika SBY berubah sikap.
"Yang disebut bukan hanya Anas, Andi, dan yang lain, saya pikir tidak tepat kalau cuma mengorbankan satu orang," ujarnya.
Selama ini, meski Anas sering disebut terlibat dalam sejumlah kasus korupsi, belum ada fakta hukum menyatakannya bersalah. Sejauh ini isu hukum terkesan dimanfaatkan untuk menggeser Anas dari pucuk pimpinan partai, tapi hal itu sangat susah sekali terwujud karena bertentangan dengan aturan partai.
"Seperti dalam Rakornas di Sentul, di sana ada mekanisme baru dalam AD/ART partai, kalau jadi tersangka baru bisa dipecat dari kepengurusan partai," ucapnya.
Kalaupun Anas mendapat tekanan dari DPD, belum tentu seluruh anggotanya kompak. Jika hal itu dipaksakan, sangat besar risikonya terhadap Partai Demokrat sendiri.
"Apakah DPD ini juga satu suara, nampaknya SBY sedang berhitung. Kalau terjadi maka perpecahan akan terjadi secara masif dan akan memecah belah di internal Demokrat sendiri," tukasnya.(lin)
Namun, rumor pelengseran Anas dari kursi Ketum itu terus dibantah sejumlah elit politik Partai Demokrat.
Menurut pengamat politik Charta Politica Yunarto Wijaya, Anas seakan sedang dizalimi oleh kekuatan besar dalam tubuh Demokrat. "Dan ini sangat membahayakan bagi internal Partai Demokrat sendiri," ujar Yunarto Wijaya saat dihubungi wartawan, Kamis (14/6/2012).
Jika memang Partai Demokrat ingin bersih-bersih, maka harus dilakukan secara sistemik, bukan justru mencari siapa yang harus korbankan. Pasalnya, mengorbankan satu atau dua nama tidak menyelesaikan persoalan.
Kata Yunarto, Februari lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mengatakan, partainya tidak akan mendahului proses hukum, jadi sangat blunder ketika SBY berubah sikap.
"Yang disebut bukan hanya Anas, Andi, dan yang lain, saya pikir tidak tepat kalau cuma mengorbankan satu orang," ujarnya.
Selama ini, meski Anas sering disebut terlibat dalam sejumlah kasus korupsi, belum ada fakta hukum menyatakannya bersalah. Sejauh ini isu hukum terkesan dimanfaatkan untuk menggeser Anas dari pucuk pimpinan partai, tapi hal itu sangat susah sekali terwujud karena bertentangan dengan aturan partai.
"Seperti dalam Rakornas di Sentul, di sana ada mekanisme baru dalam AD/ART partai, kalau jadi tersangka baru bisa dipecat dari kepengurusan partai," ucapnya.
Kalaupun Anas mendapat tekanan dari DPD, belum tentu seluruh anggotanya kompak. Jika hal itu dipaksakan, sangat besar risikonya terhadap Partai Demokrat sendiri.
"Apakah DPD ini juga satu suara, nampaknya SBY sedang berhitung. Kalau terjadi maka perpecahan akan terjadi secara masif dan akan memecah belah di internal Demokrat sendiri," tukasnya.(lin)
()