Skenario asing di balik rentetan insiden Papua
A
A
A
Sindonews.com - Insiden penembakan dan aksi kekerasan di Papua yang terus terjadi belakangan ini mendapat perhatian serius dari kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sebab insiden itu terus terjadi dan selalu menelan korban jiwa.
Bahkan, Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin menduga dari rentetan gejolak di wilayah Indonesia paling timur itu ada peran tangan asing.
"Jika melihat wilayah penyebaran dan waktu kejadiannya, terlihat jelas kasus itu sepertinya terorganisir dengan rapi, sistematis dalam memilih sasaran, direncanakan dengan baik dan dengan biaya yang cukup besar melalui 'operator lokal' di lapangan," ujar Hasanudin melalui rilisnya, Minggu (10/6/2012).
Dari data yang diperolehnya, dalam 18 bulan terakhir ini insiden itu terjadi hampir di semua kota di wilayah Papua. Dan hampir setiap kejadian itu terdapat korban jiwa.
"Di Sorong misalnya, satu orang warga sipil meninggal, di Puncak Jaya tujuh orang aparat meninggal dan satu luka, warga sipil yang ikut jadi korban meninggal lima orang dan luka dua orang, di Mulia satu orang aparat meninggal, di Wamena satu orang aparat meninggal," papar Hasanudin.
Selain itu, insiden di Abepura juga menewaskan empat warga sipil. Sedangkan di Jayapura, satu aparat meninggal, lima warga sipil meninggal.
Di Merauke dua aparat meninggal, di Timika/Mimika tiga aparat meninggal dan satu luka, korban dari warga sipil tiga luka, di Paniai satu warga sipil meninggal dan empat luka.
Menurut dia, tujuan dari aksi-aksi itu untuk menciptakan instabilitas dan mendorong serta mempercepat Papua keluar dari wilayah NKRI.
Ketika skenario itu muncul, maka yang diharapkan pemerintah dan aparat daerah dalam kondisi tidak solid. "Pemda tidak efektif sama sekali, disusul dengan riuh rendahnya pilkada yang menimbulkan ketegangan-ketegangan baru," ungkapnya.
Sementara itu, aparat intelijen hampir tak berdaya mengungkap dalang dari semua kejadian-kejadian di atas. "Malah terkesan saling curiga satu sama lain," ujar politikus Partai Demokrasi Indonesa Perjuangan (PDIP).(lin)
Bahkan, Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin menduga dari rentetan gejolak di wilayah Indonesia paling timur itu ada peran tangan asing.
"Jika melihat wilayah penyebaran dan waktu kejadiannya, terlihat jelas kasus itu sepertinya terorganisir dengan rapi, sistematis dalam memilih sasaran, direncanakan dengan baik dan dengan biaya yang cukup besar melalui 'operator lokal' di lapangan," ujar Hasanudin melalui rilisnya, Minggu (10/6/2012).
Dari data yang diperolehnya, dalam 18 bulan terakhir ini insiden itu terjadi hampir di semua kota di wilayah Papua. Dan hampir setiap kejadian itu terdapat korban jiwa.
"Di Sorong misalnya, satu orang warga sipil meninggal, di Puncak Jaya tujuh orang aparat meninggal dan satu luka, warga sipil yang ikut jadi korban meninggal lima orang dan luka dua orang, di Mulia satu orang aparat meninggal, di Wamena satu orang aparat meninggal," papar Hasanudin.
Selain itu, insiden di Abepura juga menewaskan empat warga sipil. Sedangkan di Jayapura, satu aparat meninggal, lima warga sipil meninggal.
Di Merauke dua aparat meninggal, di Timika/Mimika tiga aparat meninggal dan satu luka, korban dari warga sipil tiga luka, di Paniai satu warga sipil meninggal dan empat luka.
Menurut dia, tujuan dari aksi-aksi itu untuk menciptakan instabilitas dan mendorong serta mempercepat Papua keluar dari wilayah NKRI.
Ketika skenario itu muncul, maka yang diharapkan pemerintah dan aparat daerah dalam kondisi tidak solid. "Pemda tidak efektif sama sekali, disusul dengan riuh rendahnya pilkada yang menimbulkan ketegangan-ketegangan baru," ungkapnya.
Sementara itu, aparat intelijen hampir tak berdaya mengungkap dalang dari semua kejadian-kejadian di atas. "Malah terkesan saling curiga satu sama lain," ujar politikus Partai Demokrasi Indonesa Perjuangan (PDIP).(lin)
()