Parpol masih dinilai terapkan politik daur ulang
A
A
A
Sindonews.com – Partai politik (parpol) dinilai gagal membangun regenerasi kepemimpinan. Hal itu terbukti dengan masih mendominasinya tokoh lama dalam berbagai survei terkait figur calon pemimpin nasional mendatang.
“Nama-nama capres dan cawapres yang akan berkibar pada 2014 hanya daur ulang nama-nama lama yang tidak akan membawa perubahan terhadap Indonesia,” ungkap Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti di Jakarta, Rabu (6/6/2012). Menurut Ray, hasil survei seperti itu menunjukkan bahwa pentas politik nasional masih mendasarkan diri pada cara-cara yang feodal dan oligarkis.
“Padahal, kita jelas membutuhkan tokoh baru yang lebih muda dan fresh. Dengan beban bangsa yang makin berat, seharusnya kita lebih mengedepankan tokoh baru,” ujarnya. Para pemimpin muda, tandasnya, sebenarnya memiliki banyak kelebihan dan lebih cocok untuk bangsa Indonesia. Kondisi bangsa semakin berat dengan berbagai masalah yang dihadapi. Dengan kondisi ini, tidak mungkin tongkat kepemimpinan diberikan pada tokoh lama yang jelas-jelas stamina dan keberaniannya sudah terukur.
Pendapat senada disampaikan pengamat politik dari Formappi, Sebastian Salang. Dia menyatakan, sudah saatnya survei-survei menutup pintu bagi nama-nama capres tua dalam survei mereka. Menurut dia, munculnya tokoh-tokoh tua dalam bursa capres dan cawapres di dalam survei adalah hasil dari desain survei yang masih mengikutsertakan nama mereka di dalam proses penelitian.
Jika survei masih mengikutsertakan nama tokoh tua sebagai capres dan cawapres, ujarnya, pastilah nama yang muncul di hasil survei adalah nama-nama lama itu juga. (lil)
“Nama-nama capres dan cawapres yang akan berkibar pada 2014 hanya daur ulang nama-nama lama yang tidak akan membawa perubahan terhadap Indonesia,” ungkap Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti di Jakarta, Rabu (6/6/2012). Menurut Ray, hasil survei seperti itu menunjukkan bahwa pentas politik nasional masih mendasarkan diri pada cara-cara yang feodal dan oligarkis.
“Padahal, kita jelas membutuhkan tokoh baru yang lebih muda dan fresh. Dengan beban bangsa yang makin berat, seharusnya kita lebih mengedepankan tokoh baru,” ujarnya. Para pemimpin muda, tandasnya, sebenarnya memiliki banyak kelebihan dan lebih cocok untuk bangsa Indonesia. Kondisi bangsa semakin berat dengan berbagai masalah yang dihadapi. Dengan kondisi ini, tidak mungkin tongkat kepemimpinan diberikan pada tokoh lama yang jelas-jelas stamina dan keberaniannya sudah terukur.
Pendapat senada disampaikan pengamat politik dari Formappi, Sebastian Salang. Dia menyatakan, sudah saatnya survei-survei menutup pintu bagi nama-nama capres tua dalam survei mereka. Menurut dia, munculnya tokoh-tokoh tua dalam bursa capres dan cawapres di dalam survei adalah hasil dari desain survei yang masih mengikutsertakan nama mereka di dalam proses penelitian.
Jika survei masih mengikutsertakan nama tokoh tua sebagai capres dan cawapres, ujarnya, pastilah nama yang muncul di hasil survei adalah nama-nama lama itu juga. (lil)
()