Capres 2014, timses Ani harus agresif
A
A
A
Sindonews.com - Para pendukung pencapresan Ibu Negara Ani Yudhoyono perlu segera menyusun strategi pemenangan. Aksi pencitraan harus digencarkan secara masif agar elektabilitasnya bisa meningkat.
Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi mengatakan, elektabilitas Ani di pasar survei bakal calon presiden (capres) 2014 masih sangat lemah. Karena itu, bila serius akan mengusung Ani sebagai capres, Partai Demokrat harus segera membentuk tim pemenangan yang terstruktur hingga ke tingkat bawah.
Tim inilah yang akan bekerja keras dan berupaya mendongkrak elektabilitas Ani. "Sikap sejumlah kader Demokrat yang terus menyuarakan pencapresan Ani bisa jadi bersifat testing the water. Tapi memang hanya publik yang menentukan laku atau tidak lakunya capres pilihan parpol di rezim demokrasi ini," ujar Burhan di Jakarta kemarin.
Karena itu, kata dia, elektabilitas Ani harus terus ditingkatkan dan dipantau secara rutin hingga dianggap mampu bersaing dengan para tokoh lain yang kemungkinan besar juga menjadi capres atau calon wakil presiden (cawapres).
Menurut Burhan, wajar saja bila saat ini Ani populer sehubungan dengan statusnya sebagai ibu negara. Namun, dalam konteks pemilihan presiden, elektabilitas yang lebih berbicara. Sejumlah lembaga survei telah memasukkan nama perempuan kelahiran Yogya-karta, 6 Juli 1952, ini sebagai salah satu tokoh potensial capres.
Berdasarkan hasil survei Jaringan Suara Indonesia (JSI) yang dilakukan pada 10–15 Oktober 2011,elektabilitas Ani hanya berada di angka 1,6%.
Hasil survei Sugeng Sarjadi Syndicate (SSS) pada 3–8 Oktober 2011 menunjukkan elektabilitas Ani 1,0%.Hasil survei CSIS pada 16–24 Januari 2012 menunjukkan elektabilitas Ani 62%. Adapun Lembaga Survei Indonesia pada November 2010 mengungkapkan bahwa elektabilitas Ani sekitar 75%.
Pada 12–24 September 2011, Reform Institute juga melakukan survei pencapresan. Hasilnya, elektabilitas Ani 4,13%.Indo Barometer pernah pula mengekspos elektabilitas Ani berdasarkan hasil survei per 9–20 Agustus 2012, yakni 3,4%.
Secara umum, elektabilitas Ani masih di bawah elektabi-litas Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical), Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa, dan para tokoh nasional lain.
Burhan melanjutkan, para pendukung Ani dan Partai Demokrat jangan hanya memunculkan nama tanpa ada aksi. Ani pun didorong untuk lebih banyak turun bertemu dengan masyarakat. Dengan skenario penokohan ini, elektabilitas Ani bisa meningkat dan sangat mungkin dicalonkan Majelis Tinggi Partai Demokrat.
"Ingat, SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sudah bilang tidak akan mencalonkan Ani. Bisa saja Ani dicapreskan kalau peluang menangnya sangat tinggi. SBY tentu tak mau kehilangan muka," kata Burhan.
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman meminta agar khalayak tidak terus-menerus menggoda Presiden SBY untuk menganulir keputusannya yang tidak akan merestui pencalonan keluarga, terutama Ani Yudhoyono. Hayono meyakini bahwa komitmen demokrasi SBY sangat positif.
"Jangan coba-coba lagi untuk diubah. Keputusan itu harus dihormati. Apalagi capres dari Partai Demokrat baru akan dibahas pada 2013," katanya.
Meski begitu, Hayono kembali mengakui pandangannya bahwa saat ini memang hanya Ani yang paling siap maju sebagai capres di antara para kader Partai Demokrat. Sementara itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani Leimena Suharli membantah dirinya telah ditegur Majelis Tinggi Demokrat lantaran mewacanakan Ani sebagai capres.
Menurut Melani, sebagai kader, dirinya berhak mengutarakan ide, termasuk sosok capres. "Menurut saya, kaum perempuan dari Demokrat yang layak jadi capres hanya Bu Ani Yudhoyono. Tidak mungkin saya sebut Bu Mega (Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri)," katanya. (san)
Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi mengatakan, elektabilitas Ani di pasar survei bakal calon presiden (capres) 2014 masih sangat lemah. Karena itu, bila serius akan mengusung Ani sebagai capres, Partai Demokrat harus segera membentuk tim pemenangan yang terstruktur hingga ke tingkat bawah.
Tim inilah yang akan bekerja keras dan berupaya mendongkrak elektabilitas Ani. "Sikap sejumlah kader Demokrat yang terus menyuarakan pencapresan Ani bisa jadi bersifat testing the water. Tapi memang hanya publik yang menentukan laku atau tidak lakunya capres pilihan parpol di rezim demokrasi ini," ujar Burhan di Jakarta kemarin.
Karena itu, kata dia, elektabilitas Ani harus terus ditingkatkan dan dipantau secara rutin hingga dianggap mampu bersaing dengan para tokoh lain yang kemungkinan besar juga menjadi capres atau calon wakil presiden (cawapres).
Menurut Burhan, wajar saja bila saat ini Ani populer sehubungan dengan statusnya sebagai ibu negara. Namun, dalam konteks pemilihan presiden, elektabilitas yang lebih berbicara. Sejumlah lembaga survei telah memasukkan nama perempuan kelahiran Yogya-karta, 6 Juli 1952, ini sebagai salah satu tokoh potensial capres.
Berdasarkan hasil survei Jaringan Suara Indonesia (JSI) yang dilakukan pada 10–15 Oktober 2011,elektabilitas Ani hanya berada di angka 1,6%.
Hasil survei Sugeng Sarjadi Syndicate (SSS) pada 3–8 Oktober 2011 menunjukkan elektabilitas Ani 1,0%.Hasil survei CSIS pada 16–24 Januari 2012 menunjukkan elektabilitas Ani 62%. Adapun Lembaga Survei Indonesia pada November 2010 mengungkapkan bahwa elektabilitas Ani sekitar 75%.
Pada 12–24 September 2011, Reform Institute juga melakukan survei pencapresan. Hasilnya, elektabilitas Ani 4,13%.Indo Barometer pernah pula mengekspos elektabilitas Ani berdasarkan hasil survei per 9–20 Agustus 2012, yakni 3,4%.
Secara umum, elektabilitas Ani masih di bawah elektabi-litas Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical), Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa, dan para tokoh nasional lain.
Burhan melanjutkan, para pendukung Ani dan Partai Demokrat jangan hanya memunculkan nama tanpa ada aksi. Ani pun didorong untuk lebih banyak turun bertemu dengan masyarakat. Dengan skenario penokohan ini, elektabilitas Ani bisa meningkat dan sangat mungkin dicalonkan Majelis Tinggi Partai Demokrat.
"Ingat, SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sudah bilang tidak akan mencalonkan Ani. Bisa saja Ani dicapreskan kalau peluang menangnya sangat tinggi. SBY tentu tak mau kehilangan muka," kata Burhan.
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman meminta agar khalayak tidak terus-menerus menggoda Presiden SBY untuk menganulir keputusannya yang tidak akan merestui pencalonan keluarga, terutama Ani Yudhoyono. Hayono meyakini bahwa komitmen demokrasi SBY sangat positif.
"Jangan coba-coba lagi untuk diubah. Keputusan itu harus dihormati. Apalagi capres dari Partai Demokrat baru akan dibahas pada 2013," katanya.
Meski begitu, Hayono kembali mengakui pandangannya bahwa saat ini memang hanya Ani yang paling siap maju sebagai capres di antara para kader Partai Demokrat. Sementara itu, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani Leimena Suharli membantah dirinya telah ditegur Majelis Tinggi Demokrat lantaran mewacanakan Ani sebagai capres.
Menurut Melani, sebagai kader, dirinya berhak mengutarakan ide, termasuk sosok capres. "Menurut saya, kaum perempuan dari Demokrat yang layak jadi capres hanya Bu Ani Yudhoyono. Tidak mungkin saya sebut Bu Mega (Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri)," katanya. (san)
()