Ani diklaim sejajar dengan Benazir Bhutto
A
A
A
Sindonews.com - Ibu Negara Ani Yudhoyono diklaim sangat layak memimpin bangsa ini karena memiliki latar belakang pendorong kuat seperti halnya para tokoh perempuan di Asia. Partai Demokrat terus mendorong agar Majelis Tinggi serius mempertimbangkan Ibu Negara Ani Yudhoyono sebagai calon presiden (capres) 2014.
Menurut anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani Leimena Suharli, para tokoh perempuan pemimpin di Asia selalu ada latar belakang perjuangan keluarga. Di Thailand, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra merupakan adik perdana menteri terdahulu.
Di Pakistan, ada almarhumah Benazir Bhutto yang merupakan putri sulung dari Perdana Menteri Pakistan yang digulingkan, Zulfikar Ali Bhutto. Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri juga merupakan putri Presiden I RI Soekarno. "Nah, di Indonesia, ya Bu Ani. Beliau pendorongnya di Partai Demokrat," kata Melani di Gedung MPR/DPR/Senat, Jakarta, Rabu 24 Mei 2012 kemarin.
Wakil Ketua MPR itu memaparkan, Ani bukan sekadar memiliki pengalaman mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintah selama dua periode. Putri almarhum Letnan Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo ini, kata Melani, juga memiliki perjalanan politik tersendiri sebagai salah satu pendiri Partai Demokrat dan pernah menjadi wakil ketua umum.
Fakta itulah yang membuat Ani Yudhoyono memiliki peluang besar untuk diusung sebagai capres. Meski begitu, semuanya tetap akan bergantung pada keputusan Majelis Tinggi di mana SBY menjadi ketuanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie memandang wacana mencalonkan Ani baru sebatas aspirasi kader secara pribadi. Karena itu, kata Ketua DPR ini, tidak serta-merta Partai Demokrat nantinya akan mengusung Ani Yudhoyono.
"Aspirasi silakan. Kita tidak bisa melarang orang dan masyarakat untuk mengusulkan. Semuanya berhak untuk mengusulkan, kalau mereka menginginkan silakan saja. Tapi yang akan menentukan, prosesnya di Majelis Tinggi," ungkapnya.
Saat ini, kata dia, Majelis Tinggi belum sekali pun membicarakan masalah capres-cawapres. SBY selaku ketua Majelis Tinggi selalu menekankan agar sekarang fokus mengurus negara ini.
"SBY berkali-kali menyampaikan dalam pidatonya agar kader Partai Demokrat lebih mementingkan bekerja dan tidak sibuk membicarakan capres. Kita tidak membicarakan masalah presiden atau cawapres karena masih terlalu jauh waktunya," jelasnya.
Pakar komunikasi politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, membandingkan Ani Yudhoyono dengan tokoh perempuan Asia terlalu berlebihan.
Menurut dia, dari aspek kapabilitas justru figur Ani masih banyak yang meragukannya sebagai pemimpin.Karena selama ini, pemikiran-pemikiran kebangsaan dan jaringan internasionalnya tidak tampak selain sebagai pendamping Presiden SBY. "Wajar jika kita bertanya, apakah popularitasnya karena dia memiliki potensi sebagai pemimpin atau karena terdongkrak oleh sosok suaminya, yakni SBY," ungkapnya.
Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti mengingatkan, di Partai Demokrat hanya Majelis Tinggi atau Dewan Pembina yang bisa menentukan sosok capres. Iklim yang kurang terbuka ini akan terus dipelihara hingga saat-saat terakhir pencapresan, bahkan bisa satu atau dua hari sebelum pengumuman calon.
"Kemungkinan nama Ani Yudhoyono akan muncul di menit- menit terakhir sebagai capres dari Demokrat. Ini bisa dikondisikan sebelum pendaftaran ke KPU (Komisi Pemilihan Umum)," ujarnya.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro pesimistis Demokrat akan mengusung Ani. Siti yakin SBY bakal memegang teguh janji dan tekadnya untuk tidak mendorong dan merestui anggota keluarga, apalagi istrinya, menjadi capres atau cawapres.
Dia juga tidak yakin Demokrat akan mengusung mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang juga sempat mencuat sebagai bakal capres potensial Demokrat selain Ani dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Siti menerangkan, meski elektabilitasnya sangat kuat, pada 2014 mendatang Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu sudah memasuki usia 74 tahun. Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari Dwipayana menilai Demokrat memang membutuhkan figur yang kuat untuk menjaga perolehan suara pada 2014.
"Mau tidak mau harus mencari tokoh yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi. Sebagai parpol besar, mereka harus benar-benar selektif memilih calon. Harus lebih populer dari Megawati dan calon dari Partai Golkar. Saya kira Prabowo punya itu," terangnya. (san)
Menurut anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani Leimena Suharli, para tokoh perempuan pemimpin di Asia selalu ada latar belakang perjuangan keluarga. Di Thailand, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra merupakan adik perdana menteri terdahulu.
Di Pakistan, ada almarhumah Benazir Bhutto yang merupakan putri sulung dari Perdana Menteri Pakistan yang digulingkan, Zulfikar Ali Bhutto. Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri juga merupakan putri Presiden I RI Soekarno. "Nah, di Indonesia, ya Bu Ani. Beliau pendorongnya di Partai Demokrat," kata Melani di Gedung MPR/DPR/Senat, Jakarta, Rabu 24 Mei 2012 kemarin.
Wakil Ketua MPR itu memaparkan, Ani bukan sekadar memiliki pengalaman mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintah selama dua periode. Putri almarhum Letnan Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo ini, kata Melani, juga memiliki perjalanan politik tersendiri sebagai salah satu pendiri Partai Demokrat dan pernah menjadi wakil ketua umum.
Fakta itulah yang membuat Ani Yudhoyono memiliki peluang besar untuk diusung sebagai capres. Meski begitu, semuanya tetap akan bergantung pada keputusan Majelis Tinggi di mana SBY menjadi ketuanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie memandang wacana mencalonkan Ani baru sebatas aspirasi kader secara pribadi. Karena itu, kata Ketua DPR ini, tidak serta-merta Partai Demokrat nantinya akan mengusung Ani Yudhoyono.
"Aspirasi silakan. Kita tidak bisa melarang orang dan masyarakat untuk mengusulkan. Semuanya berhak untuk mengusulkan, kalau mereka menginginkan silakan saja. Tapi yang akan menentukan, prosesnya di Majelis Tinggi," ungkapnya.
Saat ini, kata dia, Majelis Tinggi belum sekali pun membicarakan masalah capres-cawapres. SBY selaku ketua Majelis Tinggi selalu menekankan agar sekarang fokus mengurus negara ini.
"SBY berkali-kali menyampaikan dalam pidatonya agar kader Partai Demokrat lebih mementingkan bekerja dan tidak sibuk membicarakan capres. Kita tidak membicarakan masalah presiden atau cawapres karena masih terlalu jauh waktunya," jelasnya.
Pakar komunikasi politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, membandingkan Ani Yudhoyono dengan tokoh perempuan Asia terlalu berlebihan.
Menurut dia, dari aspek kapabilitas justru figur Ani masih banyak yang meragukannya sebagai pemimpin.Karena selama ini, pemikiran-pemikiran kebangsaan dan jaringan internasionalnya tidak tampak selain sebagai pendamping Presiden SBY. "Wajar jika kita bertanya, apakah popularitasnya karena dia memiliki potensi sebagai pemimpin atau karena terdongkrak oleh sosok suaminya, yakni SBY," ungkapnya.
Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti mengingatkan, di Partai Demokrat hanya Majelis Tinggi atau Dewan Pembina yang bisa menentukan sosok capres. Iklim yang kurang terbuka ini akan terus dipelihara hingga saat-saat terakhir pencapresan, bahkan bisa satu atau dua hari sebelum pengumuman calon.
"Kemungkinan nama Ani Yudhoyono akan muncul di menit- menit terakhir sebagai capres dari Demokrat. Ini bisa dikondisikan sebelum pendaftaran ke KPU (Komisi Pemilihan Umum)," ujarnya.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro pesimistis Demokrat akan mengusung Ani. Siti yakin SBY bakal memegang teguh janji dan tekadnya untuk tidak mendorong dan merestui anggota keluarga, apalagi istrinya, menjadi capres atau cawapres.
Dia juga tidak yakin Demokrat akan mengusung mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang juga sempat mencuat sebagai bakal capres potensial Demokrat selain Ani dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Siti menerangkan, meski elektabilitasnya sangat kuat, pada 2014 mendatang Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu sudah memasuki usia 74 tahun. Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari Dwipayana menilai Demokrat memang membutuhkan figur yang kuat untuk menjaga perolehan suara pada 2014.
"Mau tidak mau harus mencari tokoh yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi. Sebagai parpol besar, mereka harus benar-benar selektif memilih calon. Harus lebih populer dari Megawati dan calon dari Partai Golkar. Saya kira Prabowo punya itu," terangnya. (san)
()