Pemimpin muda
A
A
A
Sindonews.com - Ketua MPR Taufiq Kiemas (TK) menyerukan agar pada suksesi di 2014 nanti ada regenerasi kepemimpinan. Maksud regenerasi dalam konteks TK adalah munculnya pemuda-pemuda untuk memimpin negeri ini.
TK berharap, para tokoh senior atau mungkin bisa dikatakan tua legawa untuk lebih memberikan kesempatan kepada para tokoh muda. Untuk mendukung pendapat ini,TK mengatakan bahwa keinginan untuk melakukan regenerasi ini berasal dari masyarakat. Bursa pemimpin di 2014 memang telah bermunculan. Sebagian masih terasa malu-malu untuk muncul, tetapi ada pula yang terang-terangan ingin memimpin negeri ini. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie adalah salah satu tokoh yang secara terang-terangan akan bertarung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 nanti.
Adapun tokoh sentral Partai Gerindra Prabowo Subianto belum secara jelas menyatakan kesanggupannya untuk bertarung pada Pilpres 2014. Tokohtokoh lain seperti Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri, Wiranto tampak masih malu-malu dan terkesan menunggu atau menciptakan keadaan agar bisa mengutarakan keinginan bertarung pada Pilpres 2014. Regulasi yang ada memang tidak melarang para tokoh senior untuk kembali bertarung pada Pilpres 2014. Begitu pula tidak dilarang generasi atau tokoh muda untuk ikut bertarung.Yang menjadi pertanyaan adalah apakah memang negara ini sudah benar-benar membutuhkan tenaga muda untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini?
Atau memang harus tokoh senior kembali diberi kesempatan untuk membawa bangsa ini lepas dari beragam persoalannya? Sulit untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut karena kompleksitas kepentingan yang ada di negeri ini. Harus diakui bahwa sistem politik di negeri ini lebih diwarnai kepentingan kelompok, bukan kepentingan bangsa dan negara. Tingginya kepentingan kelompok inilah yang digunakan dalam memandang persoalan bangsa. Hasilnya pun jadi bias. Itu pada tataran memandang (problem identifying), belum pada tataran menyelesaikan persoalan (problem solving).
Akan semakin parah jika dalam menyelesaikan sebuah masalah, kepentingan kelompok politik yang lebih ditinggikan dan dikedepankan dan ini yang terjadi di negeri ini. Nah,hal di atas berkaitan dengan regenerasi kepemimpinan di 2014 nanti. Regenerasi kepemimpinan di 2014 sangat bergantung pada para partai politik melihatnya, sama dengan cara mereka melihat persoalan bangsa. Jika partai politik lebih meninggikan kepentingan kelompok, regenerasi kepemimpinan ke tokoh muda akan sulit dilakukan.
Kenapa? Karena masih banyak partai politik harus dipimpin mereka yang memiliki modal finansial lebih dan kepopuleran seorang tokoh. Ini terkait dengan pertarungan kepentingan di dalam partai politik itu sendiri. Belum ada partai politik yang benar-benar tulus mengusung tokoh sentral atau “jagoannya” berdasarkan kapabilitas atau kemampuan. Roda politik sebuah partai belum bisa digerakkan kapabilitas seseorang,tapi lebih pada ketokohan dan pundi-pundi finansial tokoh sentralnya. Partai politik takut menampilkan tokoh yang benar-benar memiliki kapabilitas karena akan berimbas signifikan terhadap roda politik mereka.
Sistem politik memang membuat bola regenerasi kepemimpinan ada di tangan partai politik. Jika memang secara tulus bangsa ini butuh tokoh muda untuk tampil di depan, seharusnya mereka menyiapkan kader-kader muda untuk tampil. Sangat banyak negeri ini menyimpan tokoh-tokoh muda. Namun, banyak dari mereka yang memilih sembunyi karena politik kepentingan kelompok lebih dikedepankan daripada politik kepentingan bangsa. Dan sudah saatnya regenerasi ini dilakukan demi sebuah asa baru bagi negeri ini.(azh)
TK berharap, para tokoh senior atau mungkin bisa dikatakan tua legawa untuk lebih memberikan kesempatan kepada para tokoh muda. Untuk mendukung pendapat ini,TK mengatakan bahwa keinginan untuk melakukan regenerasi ini berasal dari masyarakat. Bursa pemimpin di 2014 memang telah bermunculan. Sebagian masih terasa malu-malu untuk muncul, tetapi ada pula yang terang-terangan ingin memimpin negeri ini. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie adalah salah satu tokoh yang secara terang-terangan akan bertarung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 nanti.
Adapun tokoh sentral Partai Gerindra Prabowo Subianto belum secara jelas menyatakan kesanggupannya untuk bertarung pada Pilpres 2014. Tokohtokoh lain seperti Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri, Wiranto tampak masih malu-malu dan terkesan menunggu atau menciptakan keadaan agar bisa mengutarakan keinginan bertarung pada Pilpres 2014. Regulasi yang ada memang tidak melarang para tokoh senior untuk kembali bertarung pada Pilpres 2014. Begitu pula tidak dilarang generasi atau tokoh muda untuk ikut bertarung.Yang menjadi pertanyaan adalah apakah memang negara ini sudah benar-benar membutuhkan tenaga muda untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini?
Atau memang harus tokoh senior kembali diberi kesempatan untuk membawa bangsa ini lepas dari beragam persoalannya? Sulit untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut karena kompleksitas kepentingan yang ada di negeri ini. Harus diakui bahwa sistem politik di negeri ini lebih diwarnai kepentingan kelompok, bukan kepentingan bangsa dan negara. Tingginya kepentingan kelompok inilah yang digunakan dalam memandang persoalan bangsa. Hasilnya pun jadi bias. Itu pada tataran memandang (problem identifying), belum pada tataran menyelesaikan persoalan (problem solving).
Akan semakin parah jika dalam menyelesaikan sebuah masalah, kepentingan kelompok politik yang lebih ditinggikan dan dikedepankan dan ini yang terjadi di negeri ini. Nah,hal di atas berkaitan dengan regenerasi kepemimpinan di 2014 nanti. Regenerasi kepemimpinan di 2014 sangat bergantung pada para partai politik melihatnya, sama dengan cara mereka melihat persoalan bangsa. Jika partai politik lebih meninggikan kepentingan kelompok, regenerasi kepemimpinan ke tokoh muda akan sulit dilakukan.
Kenapa? Karena masih banyak partai politik harus dipimpin mereka yang memiliki modal finansial lebih dan kepopuleran seorang tokoh. Ini terkait dengan pertarungan kepentingan di dalam partai politik itu sendiri. Belum ada partai politik yang benar-benar tulus mengusung tokoh sentral atau “jagoannya” berdasarkan kapabilitas atau kemampuan. Roda politik sebuah partai belum bisa digerakkan kapabilitas seseorang,tapi lebih pada ketokohan dan pundi-pundi finansial tokoh sentralnya. Partai politik takut menampilkan tokoh yang benar-benar memiliki kapabilitas karena akan berimbas signifikan terhadap roda politik mereka.
Sistem politik memang membuat bola regenerasi kepemimpinan ada di tangan partai politik. Jika memang secara tulus bangsa ini butuh tokoh muda untuk tampil di depan, seharusnya mereka menyiapkan kader-kader muda untuk tampil. Sangat banyak negeri ini menyimpan tokoh-tokoh muda. Namun, banyak dari mereka yang memilih sembunyi karena politik kepentingan kelompok lebih dikedepankan daripada politik kepentingan bangsa. Dan sudah saatnya regenerasi ini dilakukan demi sebuah asa baru bagi negeri ini.(azh)
()