Cegah bentrok TNI-Polri perlu kegiatan sosial
A
A
A
Sindonews.com - Bentrok TNI-Polri makin sering terjadi. Padahal ini bisa dicegah, salah satunya mengaktifkan kegiatan sosial melibatkan kedua institusi keamanan itu. Para petinggi dari dua lembaga juga perlu intensif melakukan pembinaan kepada anggota, terutama mereka yang masih berjiwa muda.
Pengamat militer Muhajir Effendi mengatakan, lembaga TNI dan Polri harus segera bertindak. Agar bentrok seperti terjadi di Gorontalo melibatkan anggota TNI AD dan Brimob tidak terulang di daerah lainnya.
"Institusi keamanan terdapat apa yang disebut dengan jiwa forsa yaitu semacam solidaritas. Nah, yang muda-muda biasanya salah dalam penerapan makna jiwa forsa itu," kata Muhajir yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, Selasa (24/4/2012).
Pria yang pernah mengenyam kursus pendek Universitas Pertahanan Nasional AS di Pentagon ini mengimbau agar para pimpinan dua lembaga itu mengintruksikan kepada jajaran di bawah dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial bersama.
"Agar tidak ada bentrok lagi, harus ada kegiatan sosial yang bersifat gabungan di masing-masing wilayah. Terutama anggota-anggota yang berusia muda harus ikut," usulnya.
Dengan adanya kegiatan gabungan itu, tentunya kedua institusi keamanan ini lebih terbuka. Sehingga, kedepan kejadian bentrok antar aparat tidak akan terulang lagi.
Menurut Mujahir, insiden bentrok antara anggota TNI AD Batalyon Infanteri 221 Gorontalo dengan anggota Brimob Kepolisian Daerah Gorontalo terjadi Minggu 22 April lalu pemicunya bukan soal kesenjangan. Tapi, lebih pada salah dalam menerapkan semangat jiwa forsa atau rasa solidaritas.
"Tidak ada kaitannya dengan kesenjangan. Lebih pada rasa solidaritas yang salah penerapannya," ujarnya. Pada prinsipnya, hanya karena gengsi dari masing-masing anggota muda itu.
Sebelumnya diberitakan, bentrok antara Korps berseragam coklat dengan korps berseragam doreng ini mengakibatkan enam orang luka-luka. Empat korban tembak dari TNI, yakni Prada Firman di bagian tangan kiri, Prajurit Dua (Prada) Apriadi di bagian punggung, Prada Yanris di bagian mata kaki sebelah kanan, dan Prada Tiflif di bagian paha kanan.
Sementara anggota TNI lainnya, yakni Prada Adrian dan Prada Rahim, terluka akibat sabetan senjata tajam di baian pelipis dan lengan.(lin)
Pengamat militer Muhajir Effendi mengatakan, lembaga TNI dan Polri harus segera bertindak. Agar bentrok seperti terjadi di Gorontalo melibatkan anggota TNI AD dan Brimob tidak terulang di daerah lainnya.
"Institusi keamanan terdapat apa yang disebut dengan jiwa forsa yaitu semacam solidaritas. Nah, yang muda-muda biasanya salah dalam penerapan makna jiwa forsa itu," kata Muhajir yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, Selasa (24/4/2012).
Pria yang pernah mengenyam kursus pendek Universitas Pertahanan Nasional AS di Pentagon ini mengimbau agar para pimpinan dua lembaga itu mengintruksikan kepada jajaran di bawah dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial bersama.
"Agar tidak ada bentrok lagi, harus ada kegiatan sosial yang bersifat gabungan di masing-masing wilayah. Terutama anggota-anggota yang berusia muda harus ikut," usulnya.
Dengan adanya kegiatan gabungan itu, tentunya kedua institusi keamanan ini lebih terbuka. Sehingga, kedepan kejadian bentrok antar aparat tidak akan terulang lagi.
Menurut Mujahir, insiden bentrok antara anggota TNI AD Batalyon Infanteri 221 Gorontalo dengan anggota Brimob Kepolisian Daerah Gorontalo terjadi Minggu 22 April lalu pemicunya bukan soal kesenjangan. Tapi, lebih pada salah dalam menerapkan semangat jiwa forsa atau rasa solidaritas.
"Tidak ada kaitannya dengan kesenjangan. Lebih pada rasa solidaritas yang salah penerapannya," ujarnya. Pada prinsipnya, hanya karena gengsi dari masing-masing anggota muda itu.
Sebelumnya diberitakan, bentrok antara Korps berseragam coklat dengan korps berseragam doreng ini mengakibatkan enam orang luka-luka. Empat korban tembak dari TNI, yakni Prada Firman di bagian tangan kiri, Prajurit Dua (Prada) Apriadi di bagian punggung, Prada Yanris di bagian mata kaki sebelah kanan, dan Prada Tiflif di bagian paha kanan.
Sementara anggota TNI lainnya, yakni Prada Adrian dan Prada Rahim, terluka akibat sabetan senjata tajam di baian pelipis dan lengan.(lin)
()