Batavia layani angkutan haji
A
A
A
Sindonews.com - Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya maskapai Batavia Air bisa mendampingi Garuda Indonesia (GI) dan Saudia Arabia Airlines (SAA) melayani angkutan haji tahun ini.
Selama ini penerbangan swasta nasional hanya bisa gigit jari menyaksikan dominasi GI dan SAA menikmati lezatnya angkutan haji reguler meski secara administrasi dan teknis sudah dikantongi. Penetapan maskapai swasta nasional itu melalui tender dengan lebih dari 30 persyaratan yang harus dipenuhi. Pada 3 April lalu pemerintah akhirnya menetapkan ketiga maskapai penerbangan tersebut sebagai maskapai resmi angkutan haji.
Sepanjang ini penerbangan haji sudah menjadi hak eksklusif GI melalui penunjukan langsung, sedangkan keterlibatan SAA adalah kewajiban Pemerintah Indonesia memberikan kesempatan berpartisipasi pada maskapai tersebut sebagai wujud dari asas reprosikal, dalam artian negara tujuan berhak mengambil porsi penerbangan. Dengan masuknya pemain baru tersebut, kue penerbangan pun harus dibagi tiga.
Secara garis besar,maskapai SAA mendapat jatah 48persen, sedangkan GI dan Batavia akan melayani 52 persen. Kementerian Agama belum mengumumkan berapa kuota haji tahun ini, tetapi yang pasti kuota tahun lalu mencapai 221.000 orang dan akan mengusulkan penambahan kuota sebesar 30.000 orang tahun ini.
Keseriusan pemerintah melibatkan perusahaan penerbangan swasta untuk layanan angkutan haji memang sudah mengerucut sejak tiga tahun lalu, namun ada berbagai kendala di lapangan yang harus diselesaikan.Bukan hanya menyangkut kesiapan dari pihak maskapai, melainkan juga menyangkut pihak lain, termasuk otoritas bandara di Arab Saudi.
Sementara tuntutan dari berbagai kalangan terutama dari wakil rakyat yang bermarkas di Senayan begitu gencar untuk mematahkan monopoli GI dan SAA yang ditengarai sebagai sumber kendala pemerintah untuk menurunkan ongkos naik haji. Kedua maskapai tersebut tidak punya pesaing menetapkan harga tiket, jadi harga cenderung ditetapkan sepihak.
Ketika keran angkutan haji mulai dibuka pemerintah untuk pengangkutan haji tahun ini, tercatat enam maskapai mengikuti tender, namun dalam perjalanannya hanya tiga perusahaan yang mengembalikan berkas pendaftaran tender, salah satunya Batavia Air. Lolosnya Batavia tersebut sempat menimbulkan bisik-bisik di masyarakat, kok bisa? Benarkah tender tersebut sudah melalui proses yang seharusnya.
Apakah tidak ada permainan dibalik tender tersebut? Suara miring tersebut wajar saja mengingat jam “terbang” Batavia masih di bawah Lion Air yang menguasai pangsa pasar penerbangan domestik. Ternyata, ketidakikutsertaan maskapai berlambang kepala singa itu yang sudah memiliki jadwal penerbangan tetap ke Arab Saudi memang belum berminat untuk tahun ini.
Sebagaimana diungkapkan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S Gumay, sejak awal Lion Air memang tidak berminat mengikuti tender angkutan haji karena manajemen maskapai yang dipimpin Rusdi Kirana itu merasa belum sanggup memenuhi persyaratan yang diajukan pemerintah.
Sementara itu,manajemen Batavia sudah menganggarkan sebesar USD50 juta untuk menyewa enam pesawat yang akan dipakai melayani angkutan haji tahun ini. Keberanian Batavia untuk berpartisipasi dalam angkutan haji memang sudah dirintis sejak lama. Diawali dengan melayani penerbangan haji nonreguler dan umrah.
Selama ini kontribusi angkutan umrah memang belum besar, baru berkisar 10 persen hingga 20 persen dari total penumpang.Namun,dari sisi pendapatan bisa menyumbang sekitar 30 persen dari total pendapatan Batavia. Kita berharap keterlibatan Batavia tidak hanya berhasil menghapus monopoli di industri penerbangan, tetapi juga hendaknya betul-betul memenuhi harapan sehingga tidak akan mengganggu proses ibadah masyarakat.(azh)
Selama ini penerbangan swasta nasional hanya bisa gigit jari menyaksikan dominasi GI dan SAA menikmati lezatnya angkutan haji reguler meski secara administrasi dan teknis sudah dikantongi. Penetapan maskapai swasta nasional itu melalui tender dengan lebih dari 30 persyaratan yang harus dipenuhi. Pada 3 April lalu pemerintah akhirnya menetapkan ketiga maskapai penerbangan tersebut sebagai maskapai resmi angkutan haji.
Sepanjang ini penerbangan haji sudah menjadi hak eksklusif GI melalui penunjukan langsung, sedangkan keterlibatan SAA adalah kewajiban Pemerintah Indonesia memberikan kesempatan berpartisipasi pada maskapai tersebut sebagai wujud dari asas reprosikal, dalam artian negara tujuan berhak mengambil porsi penerbangan. Dengan masuknya pemain baru tersebut, kue penerbangan pun harus dibagi tiga.
Secara garis besar,maskapai SAA mendapat jatah 48persen, sedangkan GI dan Batavia akan melayani 52 persen. Kementerian Agama belum mengumumkan berapa kuota haji tahun ini, tetapi yang pasti kuota tahun lalu mencapai 221.000 orang dan akan mengusulkan penambahan kuota sebesar 30.000 orang tahun ini.
Keseriusan pemerintah melibatkan perusahaan penerbangan swasta untuk layanan angkutan haji memang sudah mengerucut sejak tiga tahun lalu, namun ada berbagai kendala di lapangan yang harus diselesaikan.Bukan hanya menyangkut kesiapan dari pihak maskapai, melainkan juga menyangkut pihak lain, termasuk otoritas bandara di Arab Saudi.
Sementara tuntutan dari berbagai kalangan terutama dari wakil rakyat yang bermarkas di Senayan begitu gencar untuk mematahkan monopoli GI dan SAA yang ditengarai sebagai sumber kendala pemerintah untuk menurunkan ongkos naik haji. Kedua maskapai tersebut tidak punya pesaing menetapkan harga tiket, jadi harga cenderung ditetapkan sepihak.
Ketika keran angkutan haji mulai dibuka pemerintah untuk pengangkutan haji tahun ini, tercatat enam maskapai mengikuti tender, namun dalam perjalanannya hanya tiga perusahaan yang mengembalikan berkas pendaftaran tender, salah satunya Batavia Air. Lolosnya Batavia tersebut sempat menimbulkan bisik-bisik di masyarakat, kok bisa? Benarkah tender tersebut sudah melalui proses yang seharusnya.
Apakah tidak ada permainan dibalik tender tersebut? Suara miring tersebut wajar saja mengingat jam “terbang” Batavia masih di bawah Lion Air yang menguasai pangsa pasar penerbangan domestik. Ternyata, ketidakikutsertaan maskapai berlambang kepala singa itu yang sudah memiliki jadwal penerbangan tetap ke Arab Saudi memang belum berminat untuk tahun ini.
Sebagaimana diungkapkan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S Gumay, sejak awal Lion Air memang tidak berminat mengikuti tender angkutan haji karena manajemen maskapai yang dipimpin Rusdi Kirana itu merasa belum sanggup memenuhi persyaratan yang diajukan pemerintah.
Sementara itu,manajemen Batavia sudah menganggarkan sebesar USD50 juta untuk menyewa enam pesawat yang akan dipakai melayani angkutan haji tahun ini. Keberanian Batavia untuk berpartisipasi dalam angkutan haji memang sudah dirintis sejak lama. Diawali dengan melayani penerbangan haji nonreguler dan umrah.
Selama ini kontribusi angkutan umrah memang belum besar, baru berkisar 10 persen hingga 20 persen dari total penumpang.Namun,dari sisi pendapatan bisa menyumbang sekitar 30 persen dari total pendapatan Batavia. Kita berharap keterlibatan Batavia tidak hanya berhasil menghapus monopoli di industri penerbangan, tetapi juga hendaknya betul-betul memenuhi harapan sehingga tidak akan mengganggu proses ibadah masyarakat.(azh)
()