Bertindak represif, polisi overacting di depan TNI
A
A
A
Sindonews.com - Tindakan berlebihan yang ditunjukkan aparat kepolisian saat menangani massa pengunjuk rasa penolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) kemarin, dinilai aneh oleh Indonesia Police Watch (IPW).
Lembaga pemantau kinerja kepolisian ini menilai, tindakan represif dan arogan hingga tidak mematuhi hak asasi manusia (HAM) yang ditunjukkan kepolisian merupakan unjuk kekuatan atau show of force terhadap personel TNI yang ikut disiagakan di depan Markas Kostrad TNI AD.
“Kami dari IPW berkesimpulan polisi sengaja hendak show of force di depan markas Kostrad,” ujar Presidium IPW Neta S Pane, melalui rilis yang diterima Sindonews, Rabu (28/3/2012).
Aksi overacting itu bisa dinilai dengan cara aparat yang membiarkan massa merangsek hingga depan Istana Negara. Namun setelah berada tepat di depan di Jalan Medan Merdeka Timur, massa mendapat perlakuan yang represif. Bahkan polisi melakukan tindakan provokasi hingga mahasiswa berbuat anarkis.
Jika cara-cara seperti ini terus dilakukan polisi, kata Neta, sama artinya Polri sengaja memancing kemarahan banyak pihak, baik mahasiswa, rakyat dan TNI. Akibatnya, perlawanan terhadap polisi akan kian tinggi.
Pada akhirnya, Neta mendesak, publik harus sepakat ramai-ramai mendorong institusi Polri berada di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri. Ini bertujuan agar Polri tidak semakin lepas kontrol atau brutal.
IPW juga mendesak agar polisi segera membebaskan 34 mahasiswa yang mereka tahan. Sebab sesungguhnya para mahasiswa itu adalah korban kebiadaban polisi dalam menangani aksi demo.
“Dari pantauan IPW, sebagian besar mahasiswa yang ditahan itu disiksa dan diinjak-injak polisi di lokasi demo hingga mahasiswa yang ditahan itu menderita luka dan memar-memar,” jelasnya. (wbs)
Lembaga pemantau kinerja kepolisian ini menilai, tindakan represif dan arogan hingga tidak mematuhi hak asasi manusia (HAM) yang ditunjukkan kepolisian merupakan unjuk kekuatan atau show of force terhadap personel TNI yang ikut disiagakan di depan Markas Kostrad TNI AD.
“Kami dari IPW berkesimpulan polisi sengaja hendak show of force di depan markas Kostrad,” ujar Presidium IPW Neta S Pane, melalui rilis yang diterima Sindonews, Rabu (28/3/2012).
Aksi overacting itu bisa dinilai dengan cara aparat yang membiarkan massa merangsek hingga depan Istana Negara. Namun setelah berada tepat di depan di Jalan Medan Merdeka Timur, massa mendapat perlakuan yang represif. Bahkan polisi melakukan tindakan provokasi hingga mahasiswa berbuat anarkis.
Jika cara-cara seperti ini terus dilakukan polisi, kata Neta, sama artinya Polri sengaja memancing kemarahan banyak pihak, baik mahasiswa, rakyat dan TNI. Akibatnya, perlawanan terhadap polisi akan kian tinggi.
Pada akhirnya, Neta mendesak, publik harus sepakat ramai-ramai mendorong institusi Polri berada di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri. Ini bertujuan agar Polri tidak semakin lepas kontrol atau brutal.
IPW juga mendesak agar polisi segera membebaskan 34 mahasiswa yang mereka tahan. Sebab sesungguhnya para mahasiswa itu adalah korban kebiadaban polisi dalam menangani aksi demo.
“Dari pantauan IPW, sebagian besar mahasiswa yang ditahan itu disiksa dan diinjak-injak polisi di lokasi demo hingga mahasiswa yang ditahan itu menderita luka dan memar-memar,” jelasnya. (wbs)
()