Fenomena Lady Gaga dan sukses konser musik
A
A
A
Lady Gaga menjadi sebuah fenomena di Indonesia. Terlebih mendekati kedatangan penyanyi asal Amerika Serikat (AS) itu dalam rangka menggelar konser perdananya di Jakarta pada 3 Juni mendatang.
Saat penjualan tiket pertama pada Sabtu (10/3), 35.000 dari 40.000 tiket yang disediakan panitia ludes. Yang lebih menarik lagi, mereka rela antre semalam suntuk karena takut tidak mendapatkan tiket Lady Gaga. Fenomena membludaknya penonton acara musik ini bukan kali ini saja.
Sebelumnya sejumlah agenda konser musik berkualitas juga mendapat tanggapan antusias yang besar dari masyarakat. Java Jazz Festival begitu menarik perhatian. Konser penyanyi Katy Perry dan Justin Bieber juga mendapat sambutan luar biasa. Penampilan Katy Perry, Justin Bieber, termasuk para artis pengisi Java Jazz Festival, benar-benar membius masyarakat Indonesia.
Tak mengherankan bila penonton festival jazz yang diprakarsai Peter Gontha itu begitu fenomenal. Java Jazz pun sukses besar. Begitu juga konser Katy Perry, Justin Bieber, dan Lady Gaga. Fenomena itu bukan tanpa sebab. Kesuksesan mereka terjadi lantaran para musisi kelas dunia itu menyajikan pertunjukan yang berkualitas, baik secara tata panggung, koreografi, lagu-lagunya maupun penampilan para penyanyinya sendiri.
Masyarakat Indonesia yang semakin mapan secara ekonomi dan makin terdidik secara intelektual memang membutuhkan sajian musik yang benar-benar berkelas seperti Java Jazz, Katy Perry maupun Justin Bieber. Mereka tidak lagi mempersoalkan harga tiket untuk memperoleh pertunjukkan yang berkualitas. Mendatangkan artis kelas dunia ke Indonesia bisa dibilang strategi jitu. Karena masyarakat Indonesia yang mapan dan haus hiburan berkualitas akan ke luar negeri seperti ke Singapura atau Malaysia untuk mencari tontonan yang bagus.
Dengan mereka diundang ke sini, masyarakat Indonesia tak lagi harus berbondong-bondong ke luar negeri untuk menikmati sajian musik bermutu. Suksesnya tontonan musik berkelas dunia ini tentu sangat berbeda dengan tontonan sepak bola kita yang masih memiliki kelas di bawah konser para musisi dunia. Tontonan bola yang tidak berkualitas membuat hal itu kurang dilirik. Lihat saja bagaimana masyarakat Indonesia begitu menggemari Liga Inggris atau Liga Italia yang sebagian besar hanya mampu ditonton lewat tayangan televisi.
Keberhasilan Liga Inggris maupun Liga Italia itu karena mereka mampu menyuguhkan pertunjukan sepakbola yang berkelas. Karena itu, jika sepakbola kita bisa menyuguhkan tontonan yang menarik, sudah pasti akan mendapat dukungan besar dari masyarakat Indonesia. Selain di dunia olahraga, masyarakat Indonesia seharusnya juga diberi suguhan berkelas di bidang politik. Dalam arti bahwa politisi harus benar-benar berpolitik secara sehat dan bermartabat. Buang jauh-jauh politik kotor sehingga mereka sekaligus memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat kita.
Begitu pun di bidang hukum. Masyarakat kita yang kian cerdas membutuhkan tontonan hukum yang berkelas, yakni hukum yang benar-benar ditegakkan. Hukum yang tidak pilih kasih atau pandang bulu. Dengan menyuguhkan permainan politik dan hukum yang berkualitas dan bermartabat, cita-cita founding fathers kita agar Indonesia menjadi negara yang adil dan sejahtera tentu bukan sekadar mimpi. Sudah saatnya kita harus belajar banyak dari fenomena di atas.
Tidak saja swasta yang berhasil menyajikan pertunjukan musik berkelas dunia, tetapi pemerintah dan kelompok-kelompok yang berkompeten juga harus menyajikan pertunjukan yang berkualitas sesuai dengan bidang mereka masing-masing.Jika semua menyadari hal itu dan mau melakukannya, tentu kesuksesan akan bisa tercapai. Semoga.
Saat penjualan tiket pertama pada Sabtu (10/3), 35.000 dari 40.000 tiket yang disediakan panitia ludes. Yang lebih menarik lagi, mereka rela antre semalam suntuk karena takut tidak mendapatkan tiket Lady Gaga. Fenomena membludaknya penonton acara musik ini bukan kali ini saja.
Sebelumnya sejumlah agenda konser musik berkualitas juga mendapat tanggapan antusias yang besar dari masyarakat. Java Jazz Festival begitu menarik perhatian. Konser penyanyi Katy Perry dan Justin Bieber juga mendapat sambutan luar biasa. Penampilan Katy Perry, Justin Bieber, termasuk para artis pengisi Java Jazz Festival, benar-benar membius masyarakat Indonesia.
Tak mengherankan bila penonton festival jazz yang diprakarsai Peter Gontha itu begitu fenomenal. Java Jazz pun sukses besar. Begitu juga konser Katy Perry, Justin Bieber, dan Lady Gaga. Fenomena itu bukan tanpa sebab. Kesuksesan mereka terjadi lantaran para musisi kelas dunia itu menyajikan pertunjukan yang berkualitas, baik secara tata panggung, koreografi, lagu-lagunya maupun penampilan para penyanyinya sendiri.
Masyarakat Indonesia yang semakin mapan secara ekonomi dan makin terdidik secara intelektual memang membutuhkan sajian musik yang benar-benar berkelas seperti Java Jazz, Katy Perry maupun Justin Bieber. Mereka tidak lagi mempersoalkan harga tiket untuk memperoleh pertunjukkan yang berkualitas. Mendatangkan artis kelas dunia ke Indonesia bisa dibilang strategi jitu. Karena masyarakat Indonesia yang mapan dan haus hiburan berkualitas akan ke luar negeri seperti ke Singapura atau Malaysia untuk mencari tontonan yang bagus.
Dengan mereka diundang ke sini, masyarakat Indonesia tak lagi harus berbondong-bondong ke luar negeri untuk menikmati sajian musik bermutu. Suksesnya tontonan musik berkelas dunia ini tentu sangat berbeda dengan tontonan sepak bola kita yang masih memiliki kelas di bawah konser para musisi dunia. Tontonan bola yang tidak berkualitas membuat hal itu kurang dilirik. Lihat saja bagaimana masyarakat Indonesia begitu menggemari Liga Inggris atau Liga Italia yang sebagian besar hanya mampu ditonton lewat tayangan televisi.
Keberhasilan Liga Inggris maupun Liga Italia itu karena mereka mampu menyuguhkan pertunjukan sepakbola yang berkelas. Karena itu, jika sepakbola kita bisa menyuguhkan tontonan yang menarik, sudah pasti akan mendapat dukungan besar dari masyarakat Indonesia. Selain di dunia olahraga, masyarakat Indonesia seharusnya juga diberi suguhan berkelas di bidang politik. Dalam arti bahwa politisi harus benar-benar berpolitik secara sehat dan bermartabat. Buang jauh-jauh politik kotor sehingga mereka sekaligus memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat kita.
Begitu pun di bidang hukum. Masyarakat kita yang kian cerdas membutuhkan tontonan hukum yang berkelas, yakni hukum yang benar-benar ditegakkan. Hukum yang tidak pilih kasih atau pandang bulu. Dengan menyuguhkan permainan politik dan hukum yang berkualitas dan bermartabat, cita-cita founding fathers kita agar Indonesia menjadi negara yang adil dan sejahtera tentu bukan sekadar mimpi. Sudah saatnya kita harus belajar banyak dari fenomena di atas.
Tidak saja swasta yang berhasil menyajikan pertunjukan musik berkelas dunia, tetapi pemerintah dan kelompok-kelompok yang berkompeten juga harus menyajikan pertunjukan yang berkualitas sesuai dengan bidang mereka masing-masing.Jika semua menyadari hal itu dan mau melakukannya, tentu kesuksesan akan bisa tercapai. Semoga.
()