Golkar naik, NasDem mengejutkan
A
A
A
Sindonews.com - Kabar baik bagi Partai Golkar dan Partai NasDem. Survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, elektabilitas Partai Golkar terus meningkat, sedangkan Partai NasDem secara mengejutkan menempati urutan keempat.
Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi menuturkan, dari survei yang dilakukan pada 25 Februari–5 Maret 2012 terhadap 2.418 responden di 33 provinsi,Partai Golkar menempati urutan teratas dengan 17,7% suara, diikuti PDIP 13,6%, dan Partai Demokrat 13,4%.
Partai NasDem berada di urutan keempat dengan 5,9% suara, mengungguli perolehan partai-partai menengah seperti PKB 5,3%,PPP 5,3%,PKS 4,2%, Partai Gerindra 3,7%, PAN 2,7%,Partai Hanura 0,9%,dan Partai Nasional Republik (Nasrep) 0,5%.
"Yang mengejutkan adalah dukungan terhadap Partai NasDem yang mencapai 5,9%. Kalau dihitung secara pesimistis atau minus margin of error 2%, NasDem sudah mendapat 3,9%. Tapi kalau dihitung optimistis, NasDem sekarang sudah mendapat dukungan 7,9%," ujar Dodi Ambardi saat merilis hasil survei Media Massa dan Sentimen terhadap Partai Politik Menjelang Pemilu 2014 di Kantor LSI, Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan,fenomena Partai NasDem menarik lantaran sudah berada di partai papan tengah, padahal pengesahan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) terhadap partai ini belum dilakukan.
Menurutnya, jika melihat pengalaman Partai Demokrat dan PKS yang mengalami kemajuan pesat sejak didirikan menjelang Pemilu 2004, Demokrat baru mendapatkan dukungan 3% dan PKS 4% sekitar enam bulan sebelum Pemilu 2004.
"Sedangkan bila dilihat dari hasil survei saat ini,Partai NasDem sudah mencapai angka yang lebih baik ketika Pemilu 2014 masih dua tahun lagi," paparnya.
Dodi mengutarakan, untuk sementara ini dukungan terhadap Partai NasDem belum mengganggu partai-partai yang sudah memiliki wakil di DPR. Dari hasil survei bisa disimpulkan, suara Partai NasDem tidak berasal dari tiga partai besar, begitu pula bukan dari suara partai menengah.
"Partai NasDem diperkirakan baru mengumpulkan suara dari partai-partai kecil yang tidak lolos parliamentary threshold pada Pemilu 2009 yang jumlahnya 29 partai," tandasnya.
Namun, menurut Dodi, dengan modal yang sudah cukup besar sekarang ini,Partai Nas- Dem dalam dua tahun ke depan diprediksi berpotensi mengubah peta kekuatan partai di tingkat nasional. Partai Nas- Dem bisa mengubah komposisi suara yang selama ini terjadi.
Direktur Komunikasi Publik LSI Burhanuddin Muhtadi mengemukakan, jika dilihat dari peta pemilih partai menurut sosio-demografi, Partai NasDem memang dilihat positif oleh pemilih dengan kategori gender laki-laki, kalangan pemilih berpendidikan tinggi, dan pemilih dewasa muda berusia 21–25 tahun. Partai NasDem menempati posisi empat besar dari kalangan pemilih bergender lakilaki.
Dalam kategori ini,Partai Golkar tercatat mendapatkan dukungan 16,8% suara,disusul PDIP 15,5%,Partai Demokrat 12,8%, dan Partai NasDem 7,7%.
Posisi empat besar juga diraih Partai NasDem pada kategori pemilih berpendidikan tinggi. Bahkan pada kategori ini suara Partai NasDem menyamai perolehan Partai Demokrat. Posisi pertama ditempati Partai Golkar dengan 16,1% suara, disusul PKS 14,4%, serta Partai Demokrat dan NasDem yang memiliki suara sama,yakni 8,9%.
"Kategori pemilih dewasa muda juga menempatkan Partai NasDem di posisi empat besar. Pada kategori ini Partai Demokrat menempati posisi pertama dengan 18,1% suara, disusul PDIP 15,5%, Partai Golkar 14,8%, dan Partai NasDem 13,5%," imbuhnya.
Burhanuddin menyebutkan, pemilih Partai NasDem cenderung dari kaum lakilaki, lebih muda, dan lebih terpelajar. Karakteristik demografi seperti ini cenderung kritis dan lebih punya preferensi terhadap pemberitaan partai yang kritis di media massa.
Dia mengemukakan, pada survei LSI kali ini, pihaknya tidak menguji iklan partai politik yang ditayangkan media massa kepada pemilih. LSI menguji elektabilitas partai politik melalui program acara dan pemberitaan di media massa, baik elektronik maupun cetak.
Dia mengemukakan,pihaknya pernah merilis survei soal silent revolution dan keterkaitannya dengan iklan partai politik. Menurut dia, pemilih yang tidak terikat parpol mana pun jumlahnya mencapai 80%. Karena itu, kendati ada silent revolution dan iklan, pemilih tetap galau dan mudah sekali berpindah.
"Jadi yang bisa kami tarik dari kenaikan suara Golkar dan NasDem ini karena berkurangnya undecided voters. Di antara sekian banyak partai, dalam beberapa tahun terakhir, Golkar dan NasDem paling masif sosialisasinya. Tapi untuk suara NasDem itu ada dua hal yang mepengaruhi kenaikannya, yakni suara pemilih yang tidak lolos PT dan pemilih yang tidak menyalurkan suaranya pada Pemilu 2009," ujarnya. (san)
Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi menuturkan, dari survei yang dilakukan pada 25 Februari–5 Maret 2012 terhadap 2.418 responden di 33 provinsi,Partai Golkar menempati urutan teratas dengan 17,7% suara, diikuti PDIP 13,6%, dan Partai Demokrat 13,4%.
Partai NasDem berada di urutan keempat dengan 5,9% suara, mengungguli perolehan partai-partai menengah seperti PKB 5,3%,PPP 5,3%,PKS 4,2%, Partai Gerindra 3,7%, PAN 2,7%,Partai Hanura 0,9%,dan Partai Nasional Republik (Nasrep) 0,5%.
"Yang mengejutkan adalah dukungan terhadap Partai NasDem yang mencapai 5,9%. Kalau dihitung secara pesimistis atau minus margin of error 2%, NasDem sudah mendapat 3,9%. Tapi kalau dihitung optimistis, NasDem sekarang sudah mendapat dukungan 7,9%," ujar Dodi Ambardi saat merilis hasil survei Media Massa dan Sentimen terhadap Partai Politik Menjelang Pemilu 2014 di Kantor LSI, Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan,fenomena Partai NasDem menarik lantaran sudah berada di partai papan tengah, padahal pengesahan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) terhadap partai ini belum dilakukan.
Menurutnya, jika melihat pengalaman Partai Demokrat dan PKS yang mengalami kemajuan pesat sejak didirikan menjelang Pemilu 2004, Demokrat baru mendapatkan dukungan 3% dan PKS 4% sekitar enam bulan sebelum Pemilu 2004.
"Sedangkan bila dilihat dari hasil survei saat ini,Partai NasDem sudah mencapai angka yang lebih baik ketika Pemilu 2014 masih dua tahun lagi," paparnya.
Dodi mengutarakan, untuk sementara ini dukungan terhadap Partai NasDem belum mengganggu partai-partai yang sudah memiliki wakil di DPR. Dari hasil survei bisa disimpulkan, suara Partai NasDem tidak berasal dari tiga partai besar, begitu pula bukan dari suara partai menengah.
"Partai NasDem diperkirakan baru mengumpulkan suara dari partai-partai kecil yang tidak lolos parliamentary threshold pada Pemilu 2009 yang jumlahnya 29 partai," tandasnya.
Namun, menurut Dodi, dengan modal yang sudah cukup besar sekarang ini,Partai Nas- Dem dalam dua tahun ke depan diprediksi berpotensi mengubah peta kekuatan partai di tingkat nasional. Partai Nas- Dem bisa mengubah komposisi suara yang selama ini terjadi.
Direktur Komunikasi Publik LSI Burhanuddin Muhtadi mengemukakan, jika dilihat dari peta pemilih partai menurut sosio-demografi, Partai NasDem memang dilihat positif oleh pemilih dengan kategori gender laki-laki, kalangan pemilih berpendidikan tinggi, dan pemilih dewasa muda berusia 21–25 tahun. Partai NasDem menempati posisi empat besar dari kalangan pemilih bergender lakilaki.
Dalam kategori ini,Partai Golkar tercatat mendapatkan dukungan 16,8% suara,disusul PDIP 15,5%,Partai Demokrat 12,8%, dan Partai NasDem 7,7%.
Posisi empat besar juga diraih Partai NasDem pada kategori pemilih berpendidikan tinggi. Bahkan pada kategori ini suara Partai NasDem menyamai perolehan Partai Demokrat. Posisi pertama ditempati Partai Golkar dengan 16,1% suara, disusul PKS 14,4%, serta Partai Demokrat dan NasDem yang memiliki suara sama,yakni 8,9%.
"Kategori pemilih dewasa muda juga menempatkan Partai NasDem di posisi empat besar. Pada kategori ini Partai Demokrat menempati posisi pertama dengan 18,1% suara, disusul PDIP 15,5%, Partai Golkar 14,8%, dan Partai NasDem 13,5%," imbuhnya.
Burhanuddin menyebutkan, pemilih Partai NasDem cenderung dari kaum lakilaki, lebih muda, dan lebih terpelajar. Karakteristik demografi seperti ini cenderung kritis dan lebih punya preferensi terhadap pemberitaan partai yang kritis di media massa.
Dia mengemukakan, pada survei LSI kali ini, pihaknya tidak menguji iklan partai politik yang ditayangkan media massa kepada pemilih. LSI menguji elektabilitas partai politik melalui program acara dan pemberitaan di media massa, baik elektronik maupun cetak.
Dia mengemukakan,pihaknya pernah merilis survei soal silent revolution dan keterkaitannya dengan iklan partai politik. Menurut dia, pemilih yang tidak terikat parpol mana pun jumlahnya mencapai 80%. Karena itu, kendati ada silent revolution dan iklan, pemilih tetap galau dan mudah sekali berpindah.
"Jadi yang bisa kami tarik dari kenaikan suara Golkar dan NasDem ini karena berkurangnya undecided voters. Di antara sekian banyak partai, dalam beberapa tahun terakhir, Golkar dan NasDem paling masif sosialisasinya. Tapi untuk suara NasDem itu ada dua hal yang mepengaruhi kenaikannya, yakni suara pemilih yang tidak lolos PT dan pemilih yang tidak menyalurkan suaranya pada Pemilu 2009," ujarnya. (san)
()