Pilpres 2014, publik jenuh dengan figur lama

Rabu, 29 Februari 2012 - 08:48 WIB
Pilpres 2014, publik jenuh dengan figur lama
Pilpres 2014, publik jenuh dengan figur lama
A A A
Sindonews.com - Tingkat elektabilitas para politikus senior yang berpotensi menjadi bakal calon presiden (capres) dinilai relatif rendah dan pada dasarnya kurang dikehendaki publik.

Sekjen DPP Partai Nasdem Ahmad Rofiq mengatakan, hasil survei dan analisis para pengamat soal jenuhnya publik terhadap figur lama dan peluang figur alternatif pada 2014 ada benarnya. Partai Nasdem pun, kata dia, berharap 2014 nanti muncul tokoh baru yang belum terkontaminasi politik lama.

"Yang sekarang kan yang ditawarkan itu gagasan dan cara lama sehingga aspek perubahan yang jadi keinginan masyarakat akan alami kegagaan," kata Rofiq di Jakarta kemarin.

Menurut dia, sudah tentu kepemimpinan ke depan adalah agar Indonesia lebih baik. Karenanya, pemimpin ke depan harus punya jiwa nasionalisme autentik, bukan kamuflase nasionalisme atau hanya artifisial yang tidak membumi atau tidak sesuai dengan pesan konstitusi.

"Kita rindukan kepemimpinan yang mau berbuat, yang memahami bahwa kekuasaan itu untuk mengabdi dan berbuat, bukan untuk eksploitasi kekuasaan," ujarnya.

Pemimpin dengan kriteria seperti itu, lanjut Rofiq, tidak akan bisa jika mengandalkan figur yang saat ini sudah bermunculan. "Mereka kebanyakan tersandera oleh kepentingan diri, keluarga, dan kelompoknya," terangnya.

Menurut Rofiq, pemimpin yang bisa menjadi alternatif pada 2014 juga harus punya loyalitas dan integritas tinggi. Artinya, ketika pemimpin memberikan perintah atau telah ada putusan kebijakan, rakyat memberikan dukungan dan tidak apriori.
"Sekarang yang terjadi kan tidak seperti itu. Sudah ada keputusan, tetapi rakyat berpangku tangan karena merasa bukan untuk mereka," jelasnya.

Direktur Ekskutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto mengakui, ada kecenderungan tren popular vote tokoh-tokoh lama, terutama yang pernah diusung partai politik,kian lemah. Menurut Gun Gun, rendahnya elektabilitas para tokoh lama disebabkan rentang waktu dari Pemilu 2009 hingga kini belum tampak kiprah politik transformasional yang dilakukan oleh mereka.

Hal tersebut, diperparah kinerja partaipartai dalam kekuasaan eksekutif dan di DPR yang kurang menunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal. Partaipartai di parlemen bahkan cenderung membangun relasi antagonistis dengan ekspektasi publik.

Menurut dia, pengulangan mencalonkan figur, apalagi lebih dari dua kali dalam pemilu, membuat publik mengalami titik jenuh pada figur yang bersangkutan. Terlebih jika si figur tidak memiliki performa yang memberi impresi kuat baik dalam konteks community relation, community services, dan community empowerment.

Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo mengungkapkan, yang menjadi pertimbangan PDIP dalam menentukan capres tidak hanya survei meski pada akhir tahun ini juga akan melakukan survei eksternal dan internal untuk mengukur elektabilitas figur.

Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan mengatakan partainya sampai hari ini belum berpikir untuk mengusung figur mana sehingga tidak terlalu risau dengan hasil-hasil survei. Dia yakin pada saatnya nanti, ketika sudah ditetapkan, figur yang diusung Demokrat akan diterima publik dan elektabilitasnya juga tinggi. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6939 seconds (0.1#10.140)