Ramadhan Pohan: Tudingan Nazar & Rosa rusak Demokrat
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Ramadhan Pohan mengaku, tudingan Muhammad Nazaruddin dan Mindo Rosalina kepada sejumlah tokoh Demokrat menjadi pembahasan penting dalam pertemuan di Cikeas.
"Celotehan M Nazaruddin dan Rosa yang suka menyebut-nyebut tokoh Demokrat merusak partai Demokrat. Itu kan realita yang sedang kita dengarkan, terhadap realitas itu apa yang harus kita lakukan," ujarnya kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (25/1/2012).
Ditambahkan dia, tidak bisa dipungkiri tudingan Nazaruddin dan Rosa sangat mengganggu dan merusak nama Partai Demokrat. "Siapapun pasti terganggu lah ya dengan sebutan-sebutan afiliasi terhadap Partai Demokrat seperti itu. Tetapi yang pasti bahwa solidaritas internal Partai Demokrat ini kokoh," terangnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pertemuan kemarin malam di Cikeas itu sebagai bagian dari pengokohan Partai Demokrat. "Karena selain ada dewan pimpinan, ada juga dewan kehormatan, ada juga dewan pimpinan pusat. Nah ini kan harus satu bahasa," imbuhnya.
Jika dalam konteks DPP, dirinya akan bekerja seperti biasa. Beberapa waktu lalu, kata dia, bersama Ketua Umum Anas dan Sekjen Partai Demokrat, mereka pergi ke Palembang. Di sana, mereka disambut 150 ribu rakyat Palembang. Namun, di sisi lain memang ada persoalan. "Memang kita tidak bisa pungkiri. Nah ini lah yang kita atasi permasalahan itu," imbuhnya.
Menurutnya, apapun celotehan Nazaruddin dan Rosa di persidangan akan berdampak buruk terhadap Partai Demokrat. Apalagi dalam sidang, mereka selalu menyebut-nyebut Anas sebagai "Ketua dan Bos Besar" dalam kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games.
Seperti diketahui, istilah "Ketua Besar" hadir pertama kali dalam berkas berita acara pemeriksaan (BAP) milik Rosa, salah satu terpidana kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games di Palembang yang sudah divonis 2,5 tahun oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Rosa, sebagaimana dikutip dari BAP, melakukan percakapan dengan anggota DPR dari Partai Demokrat Angelina Sondakh. Berikut potongan percakapan mereka, "... jadi kalau boleh disediakan apel malang yang seger ya. Kalau ketua besar kenyang, kita kan enak."
Rahasia di balik pemilik julukan itu sebenarnya sudah diungkap oleh Nazar dalam sidang. Menurutnya, pemilik julukan "Ketua Besar" itu adalah Ketua Badan Anggaran Melchias Markus Mekeng dan sedang "Bos Besar" yang sering disebutnya adalah Anas Urbaningrum. (san)
"Celotehan M Nazaruddin dan Rosa yang suka menyebut-nyebut tokoh Demokrat merusak partai Demokrat. Itu kan realita yang sedang kita dengarkan, terhadap realitas itu apa yang harus kita lakukan," ujarnya kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (25/1/2012).
Ditambahkan dia, tidak bisa dipungkiri tudingan Nazaruddin dan Rosa sangat mengganggu dan merusak nama Partai Demokrat. "Siapapun pasti terganggu lah ya dengan sebutan-sebutan afiliasi terhadap Partai Demokrat seperti itu. Tetapi yang pasti bahwa solidaritas internal Partai Demokrat ini kokoh," terangnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pertemuan kemarin malam di Cikeas itu sebagai bagian dari pengokohan Partai Demokrat. "Karena selain ada dewan pimpinan, ada juga dewan kehormatan, ada juga dewan pimpinan pusat. Nah ini kan harus satu bahasa," imbuhnya.
Jika dalam konteks DPP, dirinya akan bekerja seperti biasa. Beberapa waktu lalu, kata dia, bersama Ketua Umum Anas dan Sekjen Partai Demokrat, mereka pergi ke Palembang. Di sana, mereka disambut 150 ribu rakyat Palembang. Namun, di sisi lain memang ada persoalan. "Memang kita tidak bisa pungkiri. Nah ini lah yang kita atasi permasalahan itu," imbuhnya.
Menurutnya, apapun celotehan Nazaruddin dan Rosa di persidangan akan berdampak buruk terhadap Partai Demokrat. Apalagi dalam sidang, mereka selalu menyebut-nyebut Anas sebagai "Ketua dan Bos Besar" dalam kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games.
Seperti diketahui, istilah "Ketua Besar" hadir pertama kali dalam berkas berita acara pemeriksaan (BAP) milik Rosa, salah satu terpidana kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games di Palembang yang sudah divonis 2,5 tahun oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Rosa, sebagaimana dikutip dari BAP, melakukan percakapan dengan anggota DPR dari Partai Demokrat Angelina Sondakh. Berikut potongan percakapan mereka, "... jadi kalau boleh disediakan apel malang yang seger ya. Kalau ketua besar kenyang, kita kan enak."
Rahasia di balik pemilik julukan itu sebenarnya sudah diungkap oleh Nazar dalam sidang. Menurutnya, pemilik julukan "Ketua Besar" itu adalah Ketua Badan Anggaran Melchias Markus Mekeng dan sedang "Bos Besar" yang sering disebutnya adalah Anas Urbaningrum. (san)
()