Golkar belum pasti Capreskan Ical
A
A
A
Sindonews.com– Partai Golkar belum tentu mengusung ketua umumnya, Aburizal Bakrie atau Ical, sebagai bakal calon presiden (Capres) pada 2014. Bakal capres resmi akan diputuskan dalam Rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Oktober 2012.
Ical mengakui bahwa dia belum 100% menjadi bakal Capres yang akan diusung Golkar. Menurut dia,semua tokoh baik internal maupun eksternal memiliki kesempatan sama untuk diusung Golkar.
Semua bergantung keinginan masyarakat. “Belum tentu saya yang dideklarasikan sebagai bakal capres. Golkar punya mekanisme dalam mengusung bakal capres yaitu melalui survei internal. Kita lihat hasilnya nanti,” ungkap Ical seusai menyampaikan pidato awal tahun Fraksi Partai Golkar DPR di Jakarta, Rabu, 18 Januari 2012.
Ical menjelaskan, Golkar saat ini masih fokus mempersiapkan pemenangan pemilu legislatif dengan target meraup 30-35% suara. Kalaupun target itu tercapai dan Golkar memenangi pemilu legislatif, dia belum pasti juga menjadi bakal capres.
“Semua bergantung hasil survei yang menggambarkan keinginan rakyat. Siapa pun figurnya, calon dari Golkar adalah putra terbaik atau putri terbaik bangsa dan kita yakini mampu memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” katanya.
Ical mengungkapkan, Golkar sudah menyusun konsep pembangunan Indonesia hingga 2045 atau seabad kemerdekaan. Konsep ini akan dijalankan jika Golkar berhasil menjadi pemenang pemilu.
Kalaupun tidak, konsep ini bisa diadopsi oleh siapa pun. Ketua Badan Litbang DPP Partai Golkar Indra Jaya Piliang menambahkan, kemungkinan Golkar mengusung bakal capres lain memang terbuka.
Semuanya bergantung hasil rangkaian survei internal tentang elektabilitas Ical dan beberapa figur lain yang dijagokan.“ Berdasarkan mekanisme organisasi, kepastiannya memang pada saat rapimnas.
Jadi memang belum 100%,”ujar Indra. Dia mengakui, mayoritas DPD Partai Golkar dan tokoh Golkar baik di pusat maupun daerah telah memberi dukungan kepada Ical untuk maju di pemilihan presiden (pilpres) mendatang.
Hasil survei internal Golkar pun menunjukkan bahwa tren elektabilitas dan popularitas Ical terus meningkat. Namun,bila hasil akhir survei berbicara lain, Ical telah menyatakan bahwa dirinya tidakakanmemaksakandiri.
Saat ini Golkar terus berusaha menggenjot elektabilitas Ical agar minimal mencapai 20%.Mesin politik dari pusat hingga pelosok dikerahkan dengan segala daya. Bila angka tersebut tercapai, Golkar akan mantap dan bulat mengusung Ical.
“Kalau tidak, Golkar tentu akan buka alternatif lain.Artinya, tokoh lain baik dari internal maupun eksternal punya kesempatan,” ujar mantan peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) ini.
Terkait figur lain yang menjadi alternatif, Indra menyatakan bahwa Golkar akan mempertimbangkannya sematang mungkin.
Beberapa nama memang sudah digodok,namun sejauh ini baru menjadi wacana bakal cawapres. Figur itu memiliki elektabilitas kuat serta memiliki komitmen kebangsaan dan memajukan masyarakat.
Jawa-luar Jawa
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung Dede Mariana mengingatkan Golkar agar mempertimbangkan faktor etnisitas sebelum mengusung Ical.
Dede menilai masyarakat Indonesia masih kuat primordialismenya sehingga faktor kesukuan dan budaya tidak bisa dilepaskan dalam memilih calon pemimpin. “Di sinilah Ical diuji. Isu Jawa dan luar Jawa mesti diperhatikan. Apalagi nama Ical sering dikaitkan dengan kasus Lumpur Lapindo.Menurut saya, ini sangat berat,” kata Dede.
Bila Golkar tetap mempertahankan sang ketua umum menjadi bakal capres, kata dia, sangat mungkin figur pendampingnya dari Jawa. Itu pun kecil potensi untuk menang karena masyarakat pemilih akan lebih melihat sosok Capres.
Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, TB Massa Djafar, mengakui bahwa Ical dan Golkar memiliki modal besar untuk memenangi pilpres serta mengendalikan sejumlah sumber ekonomi melalui berbagai perusahaannya.
Namun,dia meragukan Ical dapat memenangi pilpres meski parpol besar yang diusungnya memenangi pemilu legislatif.
“Hari ini politik kita belum lepas dari primordialisme. Di situlah letak masalahnya dan itu tidak bisa dipungkiri.Apalagi kasus Lumpur Lapindo yang besar kemungkinan akan menghambatnya menguasai perolehan suara pilpres di Pulau Jawa,khususnya Jawa Timur. Padahal Jawa adalah lumbung suara terbesar,” kata Massa.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris, menilai kecil kemungkinan Golkar mengusung figur selain Ical. Selain menempati posisi ketua umum, Ical juga memiliki modal yang besar. Namun, Syamsuddin tidak membantah bila faktor etnisitas sangat memengaruhi pertarungan dalam pilpres. “Nanti akan diuji publik,” katanya.
Menanggapi hal itu, Indra J Piliang berterus terang bahwa Golkar tidak mempertimbangkan faktor etnisitas kebudayaan dalam menetapkan bakal capres. Sebaliknya,dia menuding isu tersebut terkesan dipaksakan sejumlah pengamat dan tokoh.
“ Dulu orang menganggap mustahil Obama sebagai Presiden Amerika Serikat. Faktanya, dia diterima masyarakat AS meski berkulit hitam. Masyarakat kita jauh lebih rasional dan objektif,” tandas Indra.
Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham menambahkan, desakan agar Ical segera mendeklarasikan diri sebagai bakal capres Golkar sebenarnya kian kencang dari daerah-daerah.
Hal ini sejalan dengan kerja pengurus Golkar di semua level yang menyosialisasikan sosok Ical segencar mungkin ke tengah masyarakat di setiap waktu dan kesempatan.
“Kita sudah kewalahan menghadapi desakan pengurus di daerah agar Pak Ical segera dideklarasikan jadi capres. Ini sejalan dengan hasil survei kalau pemilu dilakukan sekarang. Golkar dan Pak Ical pasti menang,” kata Idrus.
Ical mengakui bahwa dia belum 100% menjadi bakal Capres yang akan diusung Golkar. Menurut dia,semua tokoh baik internal maupun eksternal memiliki kesempatan sama untuk diusung Golkar.
Semua bergantung keinginan masyarakat. “Belum tentu saya yang dideklarasikan sebagai bakal capres. Golkar punya mekanisme dalam mengusung bakal capres yaitu melalui survei internal. Kita lihat hasilnya nanti,” ungkap Ical seusai menyampaikan pidato awal tahun Fraksi Partai Golkar DPR di Jakarta, Rabu, 18 Januari 2012.
Ical menjelaskan, Golkar saat ini masih fokus mempersiapkan pemenangan pemilu legislatif dengan target meraup 30-35% suara. Kalaupun target itu tercapai dan Golkar memenangi pemilu legislatif, dia belum pasti juga menjadi bakal capres.
“Semua bergantung hasil survei yang menggambarkan keinginan rakyat. Siapa pun figurnya, calon dari Golkar adalah putra terbaik atau putri terbaik bangsa dan kita yakini mampu memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” katanya.
Ical mengungkapkan, Golkar sudah menyusun konsep pembangunan Indonesia hingga 2045 atau seabad kemerdekaan. Konsep ini akan dijalankan jika Golkar berhasil menjadi pemenang pemilu.
Kalaupun tidak, konsep ini bisa diadopsi oleh siapa pun. Ketua Badan Litbang DPP Partai Golkar Indra Jaya Piliang menambahkan, kemungkinan Golkar mengusung bakal capres lain memang terbuka.
Semuanya bergantung hasil rangkaian survei internal tentang elektabilitas Ical dan beberapa figur lain yang dijagokan.“ Berdasarkan mekanisme organisasi, kepastiannya memang pada saat rapimnas.
Jadi memang belum 100%,”ujar Indra. Dia mengakui, mayoritas DPD Partai Golkar dan tokoh Golkar baik di pusat maupun daerah telah memberi dukungan kepada Ical untuk maju di pemilihan presiden (pilpres) mendatang.
Hasil survei internal Golkar pun menunjukkan bahwa tren elektabilitas dan popularitas Ical terus meningkat. Namun,bila hasil akhir survei berbicara lain, Ical telah menyatakan bahwa dirinya tidakakanmemaksakandiri.
Saat ini Golkar terus berusaha menggenjot elektabilitas Ical agar minimal mencapai 20%.Mesin politik dari pusat hingga pelosok dikerahkan dengan segala daya. Bila angka tersebut tercapai, Golkar akan mantap dan bulat mengusung Ical.
“Kalau tidak, Golkar tentu akan buka alternatif lain.Artinya, tokoh lain baik dari internal maupun eksternal punya kesempatan,” ujar mantan peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) ini.
Terkait figur lain yang menjadi alternatif, Indra menyatakan bahwa Golkar akan mempertimbangkannya sematang mungkin.
Beberapa nama memang sudah digodok,namun sejauh ini baru menjadi wacana bakal cawapres. Figur itu memiliki elektabilitas kuat serta memiliki komitmen kebangsaan dan memajukan masyarakat.
Jawa-luar Jawa
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung Dede Mariana mengingatkan Golkar agar mempertimbangkan faktor etnisitas sebelum mengusung Ical.
Dede menilai masyarakat Indonesia masih kuat primordialismenya sehingga faktor kesukuan dan budaya tidak bisa dilepaskan dalam memilih calon pemimpin. “Di sinilah Ical diuji. Isu Jawa dan luar Jawa mesti diperhatikan. Apalagi nama Ical sering dikaitkan dengan kasus Lumpur Lapindo.Menurut saya, ini sangat berat,” kata Dede.
Bila Golkar tetap mempertahankan sang ketua umum menjadi bakal capres, kata dia, sangat mungkin figur pendampingnya dari Jawa. Itu pun kecil potensi untuk menang karena masyarakat pemilih akan lebih melihat sosok Capres.
Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, TB Massa Djafar, mengakui bahwa Ical dan Golkar memiliki modal besar untuk memenangi pilpres serta mengendalikan sejumlah sumber ekonomi melalui berbagai perusahaannya.
Namun,dia meragukan Ical dapat memenangi pilpres meski parpol besar yang diusungnya memenangi pemilu legislatif.
“Hari ini politik kita belum lepas dari primordialisme. Di situlah letak masalahnya dan itu tidak bisa dipungkiri.Apalagi kasus Lumpur Lapindo yang besar kemungkinan akan menghambatnya menguasai perolehan suara pilpres di Pulau Jawa,khususnya Jawa Timur. Padahal Jawa adalah lumbung suara terbesar,” kata Massa.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris, menilai kecil kemungkinan Golkar mengusung figur selain Ical. Selain menempati posisi ketua umum, Ical juga memiliki modal yang besar. Namun, Syamsuddin tidak membantah bila faktor etnisitas sangat memengaruhi pertarungan dalam pilpres. “Nanti akan diuji publik,” katanya.
Menanggapi hal itu, Indra J Piliang berterus terang bahwa Golkar tidak mempertimbangkan faktor etnisitas kebudayaan dalam menetapkan bakal capres. Sebaliknya,dia menuding isu tersebut terkesan dipaksakan sejumlah pengamat dan tokoh.
“ Dulu orang menganggap mustahil Obama sebagai Presiden Amerika Serikat. Faktanya, dia diterima masyarakat AS meski berkulit hitam. Masyarakat kita jauh lebih rasional dan objektif,” tandas Indra.
Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham menambahkan, desakan agar Ical segera mendeklarasikan diri sebagai bakal capres Golkar sebenarnya kian kencang dari daerah-daerah.
Hal ini sejalan dengan kerja pengurus Golkar di semua level yang menyosialisasikan sosok Ical segencar mungkin ke tengah masyarakat di setiap waktu dan kesempatan.
“Kita sudah kewalahan menghadapi desakan pengurus di daerah agar Pak Ical segera dideklarasikan jadi capres. Ini sejalan dengan hasil survei kalau pemilu dilakukan sekarang. Golkar dan Pak Ical pasti menang,” kata Idrus.
()