SBY: Jauhkan peluru dari demonstran!
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengecam tindakan aparat kepolisian yang menembaki demonstran layaknya menembak seorang perampok. Presiden meminta polisi tidak menyamakan demonstran dengan pelaku kriminal.
"Aksi anarkistis sebenarnya bisa dihentikan dan dicegah jatuhnya korban yang tak perlu. Jauhkan peluru dan jangan mudah gunakan peluru dalam setiap tindakan pengendalian. Yakinkan itu!" ujar SBY dalam Rapim Polri TNI di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (17/1/2012).
Hal itu, kata SBY, menunjukkan sikap tidak profesional dari Polri. Seharusnya, polisi bisa lebih profesional dalam menghadapi aksi demonstrasi. Polisi juga diminta lebih menggunakan taktik dalam menghadapi aksi massa agar tidak ada korban jiwa.
"Kapolri harus lebih meningkatkan pengawasan senjata yang digunakan oleh para personelnya. Hal tersebut demi mengantisipasi jatuhnya korban yang tidak perlu. Tidak dilarang seorang jenderal periksa laras senjata anggota Polri, sebagaimana jajaran TNI memeriksa senjata yang dipegang prajuritnya," terangnya.
Ditambahkan SBY, dalam setiap aksi massa, tindak anarkistis menjadi sangat rawan. "Meski mereka melakukan kerusuhan, mereka adalah rakyat kita. Cegah jatuhnya korban jiwa lagi, bedakan cara saudara menghadapi demonstran dengan saudara menangani perampokan dan terorisme," tegasnya.
Seperti yang terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat dan Papua misalkan. Menurut Presiden, jika saat itu polisi bisa lebih bersikap profesional dan menggunakan taktik dalam mengatasi aksi unjuk rasa, maka korban nyawa bisa dihindarkan. (san)
"Aksi anarkistis sebenarnya bisa dihentikan dan dicegah jatuhnya korban yang tak perlu. Jauhkan peluru dan jangan mudah gunakan peluru dalam setiap tindakan pengendalian. Yakinkan itu!" ujar SBY dalam Rapim Polri TNI di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (17/1/2012).
Hal itu, kata SBY, menunjukkan sikap tidak profesional dari Polri. Seharusnya, polisi bisa lebih profesional dalam menghadapi aksi demonstrasi. Polisi juga diminta lebih menggunakan taktik dalam menghadapi aksi massa agar tidak ada korban jiwa.
"Kapolri harus lebih meningkatkan pengawasan senjata yang digunakan oleh para personelnya. Hal tersebut demi mengantisipasi jatuhnya korban yang tidak perlu. Tidak dilarang seorang jenderal periksa laras senjata anggota Polri, sebagaimana jajaran TNI memeriksa senjata yang dipegang prajuritnya," terangnya.
Ditambahkan SBY, dalam setiap aksi massa, tindak anarkistis menjadi sangat rawan. "Meski mereka melakukan kerusuhan, mereka adalah rakyat kita. Cegah jatuhnya korban jiwa lagi, bedakan cara saudara menghadapi demonstran dengan saudara menangani perampokan dan terorisme," tegasnya.
Seperti yang terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat dan Papua misalkan. Menurut Presiden, jika saat itu polisi bisa lebih bersikap profesional dan menggunakan taktik dalam mengatasi aksi unjuk rasa, maka korban nyawa bisa dihindarkan. (san)
()