Arsitek penembakan di Aceh ingin ciptakan konflik horizontal

Senin, 02 Januari 2012 - 00:02 WIB
Arsitek penembakan di Aceh ingin ciptakan konflik horizontal
Arsitek penembakan di Aceh ingin ciptakan konflik horizontal
A A A
Sindonews.com - Penembakan yang menewaskan empat orang dari pekerja penggali kabel Telkom dan penjaga toko boneka di Aceh, diduga ada yang merancang. Sasarannya jelas untuk mengaburkan konflik vertikal yang terjadi antara rakyat dengan pemerintah dan konflik horizontal antar rakyat.

Koordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie M Massardi mengatakan, penembakan di Aceh terjadi tidak lama setelah tragedi kemanusiaan yang menimpa petani di Mesuji, Lampung dan Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bahkan, sebelum penembakan di Aceh terjadi, sang arsitek coba memecah pesatuan umat Islam dengan bentrok Islam Suni dan Syiah, di Madura, Jawa Timur.

"Ini merupakan upaya untuk mengaburkan konflik yang terjadi di sejumlah daerah, dari konflik vertikal antara rakyat dengan tenaga pengamanan yang di-backup pemerintah dengan konflik horizontal," ujarnya saat berbincang dengan Sindonews, di Jakarta, Minggu (1/1/2012).

Korban penembakan di Aceh, semua berasal dari Jawa. Dengan adanya serangan itu, para pendatang Jawa di Aceh akan menjadi resah. Konflik antara warga dengan sesamanya pun akan semakin mudah dibakar. "Akan muncul lagi konflik horizontal sesama umat beragama, begitupun dengan konflik antar suku," terang mantan juru bicara presiden era Gus Dur ini.

Masyarakat harus bisa bersikap lebih kritis dalam melihat kasus yang terjadi di daerah. "Ada arsitek yang mau mengaburkan konflik vertikal di sejumlah daerah, antara rakyat dan pemerintah daerah, seperti di Kalimantan dan Sulawesi dengan dibuatnya keadaan seolah-olah ada kekerasan di masyarakat," tambahnya.

Lebih lanjut, Adhie menjelaskan, arsitek yang dimaksud adalah pemerintah pusat. Mereka sengaja menyewa orang yang profesional untuk menimbulkan keresahan di tengah masyarakat sipil. Karena adanya ketakutan berlebihan bahwa di tahun 2012 akan terjadi ledakan ketidakpuasan masyarakat di sejumlah daerah yang akan menusuk pemerintah pusat.

"Ketika para pemuka agama menyerukan dan mendeklarasikan Pemerintah SBY penuh kebohongan, beberapa hari kemudian muncul konflik Cikeusik. Jika tujuannya untuk mengaburkan konflik vertikal, jelas arsiteknya adalah pemerintah pusat. Faktanya, pemerintah tidak sanggup lagi melindungi warga negaranya. Karena mereka sibuk memperkaya dirinya sendiri," jelasnya.

Sementara itu, Juru Bicara Presiden SBY Julian Pasha masih belum bisa dihubungi dan dimintai komentarnya, terkait tudingan Adhie yang menyatakan, perancang pembantaian buruh di Aceh adalah SBY. Bahkan, setelah tiga kali dihubungi Julian tidak mengangkat telepon genggamnya.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 11 orang pekerja di dua tempat terpisah dibantai dengan menggunakan AK-47 oleh orang tidak dikenal, pada Sabtu, 31 Desember 2011. Pembantaian pertama terjadi di depan sebuah toko boneka di kawasan Ilie, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, sekira pukul 21.00 WIB dengan sasaran penjaga toko boneka.

Penembakan kedua terjadi 45 menit kemudian, di mess pekerja Telkom di Desa Blang Cot, Kecamatan Jeumpa, Bireuen, Aceh. Diduga dilakukan oleh orang yang sama, dengan sasaran tembak para buruh penggali kabel Telkom. Mereka dibantai saat sedang tertidur pulas, sedikitnya, tiga orang buruh tewas, dan tujuh orang lainnya menderita luka-luka.

Kapolres Bireun AKBP Yuri Karsono mengatakan, dari tempat kejadian polisi berhasil mengamankan barang bukti 10 selongsong peluru dan tiga peluru aktif. Polisi juga telah melakukan pemeriksaan kepada 30 orang dari 47 orang saksi yang sudah didata.

"Dari keterangan saksi sampai sekarang belum mengarah, belum ada yang dicurigai. Tujuh saksi kunci yang jadi korban penembakan belum bisa dimintai keterangan karena masih dalam proses perawatan intensif. Satu diantaranya yakni Hasan hingga hari ini masih kritis," terangnya. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5009 seconds (0.1#10.140)