Berusaha Tetap Bahagia di tengah Bencana Wabah Corona

Senin, 30 Maret 2020 - 16:32 WIB
Berusaha Tetap Bahagia di tengah Bencana Wabah Corona
Berusaha Tetap Bahagia di tengah Bencana Wabah Corona
A A A
JAKARTA - Pandemi virus Corona melanda berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Virus asal Wuhan, China ini telah menelan banyak korban jiwa.

Kondisi tersebut dinilai telah memengaruhi tingkat kebahagiaan masyarakat. Menyikapi kondisi ini United In Diversity Foundation (UID) pun kembali menginisiasi Happiness Festival untuk mengajak masyarakat Indonesia mewujudkan dan merasakan kebahagiaan seutuhnya.

Tak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga bagi orang lain dan lingkungan. Tema tahun ini mengusung Indonesia Bahagia Lestari dengan tujuan mewujudkan Indonesia bersatu dan bergotong-royong, memegang teguh kesejahteraan dan kebahagiaan untuk semua tanpa terkecuali.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, penyelenggaraan Happiness Festival di tahun ketiga ini dilakukan secara daring (online). Tujuannya untuk berpartisipasi dalam pencegahan penyebaran virus Corona.

Melalui kegiatan #temanbahagia, masyarakat diajak untuk tetap terhubung secara sosial meskipun berjauhan secara fisik pada 28 Maret 2020.

Founder Spedagi Movement, Singgih Kartono, mengatakan masa depan yang bahagia itu bisa dimulai dari sekitar seperti di lingkungan rumah.

Misalnya melalui kegiatan pengolahan sampah, pemanfaatan halaman rumah, dan lainnya. “Di masa depan masyarakat kembali memilih tinggal di komunitas kecil, hidup dari sumber-sumber lokal namun terbuka dan terhubung secara global, atau yang disebut dengan slow, open, local, dan connected atau SLOC. Kualitas hidup di kita itu banyak sekali. Kita bisa bikin sesuatu yang berkualitas di desa dengan segala kesederhaaannya,” tuturnya.

Staf Khusus Presiden, Ayu Kartika Dewi menyebutkan masyarakat Indonesia masih memiliki definisi toleransi berbeda-beda berdasarkan jenis tingkat keaktifan.

Tingkatan-tingkatan itu, yaitu merasa normal dengan adanya perbedaan, bahagia dengan perbedaan, merayakan perbedaan, dan melindungi perbedaan di level toleransi tertinggi.

“Skill toleransi itu dibutuhkan untuk bisa berkolaborasi dengan kelompok lain. Toleransi itu gabungan teori dan pengalaman. Oleh karena itu, pentingnya mengalami perbedaan. Nilai kemanusiaan adalah nilai universal yang mempersatukan kita,” tutur Ayu.

Kebahagian pun tak sekadar untuk manusia, melainkan juga untuk alam. Pola produksi, distribusi, dan konsumsi barang saat ini juga ikut berkontribusi pada kerusakan flora dan fauna di dunia.

Public Campaign Specialist World Wildlife Fund for Nature Indonesia (WWF-Indonesia), Margareth Meutia mengatakan, satu cara yang bisa dilakukan untuk mencapai kebahagiaan, yaitu menerapkan pola sustainable consumption dalam hidup. Langkah itu bisa dijalankan dengan memahami setiap barang yang dibeli.

Ada enam pesan WWF-Indonesia dalam kampanye “beli yang baik”, yaitu membeli yang perlu, beli yang lokal, beli yang alami, beli yang awet, beli yang ecoable, dan tahu mau dibawa kemana limbahnya.

Konsumen diajak untuk rajin, cermat, dan proaktif saat membeli setiap barang dengan cara membaca petunjuk pemakaian dan keterangan pada kemasan barang.

Menilik laporan yang diterbitkan World Happiness Report (WHR), beberapa negara Eropa menempati posisi teratas dalam indeks tingkat kebahagiaan negara-negara secara global. Tahun ini, Finlandia, Denmark, Switzerland, Islandia dan Norwegia adalah 5 negara paling bahagia dari 153 negara yang disurvey.

Sementara untuk Indonesia, jika mengambil rata-rata nilai indeks kebahagiaan dari periode 2017-2019, posisinya berada di urutan ke-84. Masih tertinggal dari negara tetangga Singapura, Filipina, Malaysia dan Vietnam.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5712 seconds (0.1#10.140)