Sudut Pandang tentang Guru Besar UI yang Meninggal di RS Persahabatan

Rabu, 25 Maret 2020 - 05:02 WIB
Sudut Pandang tentang Guru Besar UI yang Meninggal di RS Persahabatan
Sudut Pandang tentang Guru Besar UI yang Meninggal di RS Persahabatan
A A A
DEPOK - Sosok Bambang Sutrisna memiliki kenangan sendiri di kalangan mahasiswa dan rekan kerja. Sebagai guru besar UI, Bambang sangat dikenal rendah hati sehingga banyak mahasiswa yang kehilangan sosok Profesor nanti bersahaja tersebut.

Kevin Sidharta, salah satu mahasiswa almarhum mengatakan, sangat kehilangan Bambang. Bagaimana tidak, karena almarhum adalah dosen pembimbingnya di UI. "Prof. Bambang itu orangnya baik banget gitu dan perhatian. Saya merasa kehilangan sekali," kata Kevin, Selasa (24/3/2020).

(Baca juga: Guru Besar Epidemiologi UI Meninggal di RS Persahabatan)

Di mata mahasiswa, dosen epidemiologi itu dikenal tidak pernah marah dan sangat baik hati. "Teman-teman saya juga bilang bahwa Prof. Bambang ini sangat baik dan tidak pernah marah," kenang Kevin.

Dia mengaku beruntung bisa diajar oleh sosok Profesor yang sangat baik hati. Tatap muka terakhir sebelum diberlakukan PJJ adalah pada Jumat (13/3). Setelah itu kampus memberlakukan PJJ. Terakhir kali, almarhum mengajar dengan sistem jarak jauh pada Jumat (20/3).

Kevin tak menyangka kalau itu adalah perkuliahan terakhir almarhum. "Orangnya suka sharing-sharing pengetahuan. Misalnya saat awal-awal Covid-19 di Cina, di Wuhan, Prof ngasih kami jurnal tentang apakah Covid-19 bisa transmisi dari ibu hamil ke janinnya," ucapnya.

Bambang dikenal sangat loyal terhadap ilmu dan pengetahuan. Dia juga senang diskusi dengan mahasiswa di kelas. Ketika belajar online pun dia meminta mahasiswa berdiskusi. Bambang juga dikenal senang mengapresiasi seseorang. Tak heran Bambang dijadikan dosen favorit mahasiswa.

"Setiap saya mengirim tugas satu kelas atau apa pun itu, Prof Bambang suka balas e-mail saya. Ia bilang, 'Sukses terus, ya, Kevin'..." kenangnya.

Bahkan terakhir kali mengajar pun almarhum masih sempat menyemangati mahasiswa. Saat itu dia hanya mengajar 30 menit saja. "Terakhir mengajar pada Jumat (20/3). Mestinya jam 08.00-09.40, tapi saat itu hanya setengah jam saja kelasnya," ujar Kevin.

Kata terakhir yang terucap saat itu adalah "terimakasih". Kevin pun masih mengenang betul sosok Profesor rendah hati itu. "Seusai kelas, via WhatsApp Prof bilang, nih, terima kasih banyak, ya, Kevin dan kawan-kawan atas partisipasinya," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4958 seconds (0.1#10.140)