Cegah Penyebaran Corona, Ini Saran KPAI kepada Kemendikbud
A
A
A
JAKARTA - Komisi Perlindugan Anak Indonesia (KPAI) meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membuat instruksi meliburkan seluruh sekolah di Indonesia. Hal ini, kata Komisioner KPAI Retno Listiarty, sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona (COVID-19).
Apalagi, kata Retno bahwa Presiden Joko Widodo juga telah mengimbau untuk bekerja, belajar, dan ibadah di rumah. "Tentunya KPAI mendukung apa yang sudah ditetapkan oleh Presiden Jokowi untuk belajar dari rumah. Dan seharusnya Kemendikbud mengeluarkan instruksi berupa edaran untuk meliburkan dengan catatan anak tetap belajar di rumah dengan metode daring misalnya," katanya dalam keterangannya kepada SINDO, Senin (16/3/2020).
Retno mengatakan, dengan instruksi Kemendikbud untuk meliburkan sekolah, hal ini sebagai upaya melindungi anak Indonesia dari virus corona. "Namun saya agak kecewa dengan Kemendikbud jika semua diserahkan kepada daerah. Apalagi dalam pendidikan kita saat ini, ada lebih dari 79,5 juta anak yang bersekolah, artinya kita seharusnya memiliki sistem perlindungan untuk anak-anak ini."
"Jadi sebenarnya dengan libur ini Kemendikbud membantu upaya pemerintah. Dengan tetap bersekolah maka anak-anak, guru dan semua pihak sekolah juga bisa berpotensi terjadi penularan. Apalagi anak ini bersekolah selama berjam-jam di lingkungan sekolah. Kami berharap ada kebijakan dari Kemendikbud untuk melindugi anak Indonesia," tambah Retno.
Retno mengatakan bahwa potensi penularan di daerah juga sama besarnya seperti di Jakarta. "Walaupun kebanyakan penyebaran dari Jakarta, tapi potensi orang terkena di daerah juga besar. Mobilitas orang dari Jakarta juga sangat besar," jelasnya.
"Jadi ini kan sebenarnya libur 14 hari adalah upaya untuk memotong rantai penularan, ini akan berhasil jika orang akan tetap di rumah selama 14 hari termasuk juga anak-anak. Dalam 14 hari ini kan kita saling pantau, jika ada yang mengalami gejala COVID-19, maka kita bisa tangani karena tidak kontak dengan orang lain," tambah Retno.
Retno juga mengatakan, kebijakan untuk meliburkan sekolah ini seharusnya tidak lagi kewenangan daerah. "Tidak apa-apa Kemendikbud membuat edaran untuk sekolah libur. Artinya lebih bijak bagi kita adalah lebih baik mencegah daripada mengobati, dan daripada kewalahan seperti di Italia. Nah jangan sampai kita juga menyesal, jadi 14 hari ini penting."
Kegiatan belajar di rumah ini, kata Retno, bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi chatting seperti WhatsApp. "Jika suatu daerah sulit akses internetnya, maka bisa menggunakan cara bisa menggunakan aplikasi WhatsApp. Pasti guru-guru di sekolah ini punya group dengan siswanya. Jadi bisa untuk komunikasi antara guru dan murid. Selain itu, edukasi juga kepada orang tua juga penting untuk tidak mengajak anak-anak keluar rumah, ini mesti juga dicegah."
Apalagi, kata Retno bahwa Presiden Joko Widodo juga telah mengimbau untuk bekerja, belajar, dan ibadah di rumah. "Tentunya KPAI mendukung apa yang sudah ditetapkan oleh Presiden Jokowi untuk belajar dari rumah. Dan seharusnya Kemendikbud mengeluarkan instruksi berupa edaran untuk meliburkan dengan catatan anak tetap belajar di rumah dengan metode daring misalnya," katanya dalam keterangannya kepada SINDO, Senin (16/3/2020).
Retno mengatakan, dengan instruksi Kemendikbud untuk meliburkan sekolah, hal ini sebagai upaya melindungi anak Indonesia dari virus corona. "Namun saya agak kecewa dengan Kemendikbud jika semua diserahkan kepada daerah. Apalagi dalam pendidikan kita saat ini, ada lebih dari 79,5 juta anak yang bersekolah, artinya kita seharusnya memiliki sistem perlindungan untuk anak-anak ini."
"Jadi sebenarnya dengan libur ini Kemendikbud membantu upaya pemerintah. Dengan tetap bersekolah maka anak-anak, guru dan semua pihak sekolah juga bisa berpotensi terjadi penularan. Apalagi anak ini bersekolah selama berjam-jam di lingkungan sekolah. Kami berharap ada kebijakan dari Kemendikbud untuk melindugi anak Indonesia," tambah Retno.
Retno mengatakan bahwa potensi penularan di daerah juga sama besarnya seperti di Jakarta. "Walaupun kebanyakan penyebaran dari Jakarta, tapi potensi orang terkena di daerah juga besar. Mobilitas orang dari Jakarta juga sangat besar," jelasnya.
"Jadi ini kan sebenarnya libur 14 hari adalah upaya untuk memotong rantai penularan, ini akan berhasil jika orang akan tetap di rumah selama 14 hari termasuk juga anak-anak. Dalam 14 hari ini kan kita saling pantau, jika ada yang mengalami gejala COVID-19, maka kita bisa tangani karena tidak kontak dengan orang lain," tambah Retno.
Retno juga mengatakan, kebijakan untuk meliburkan sekolah ini seharusnya tidak lagi kewenangan daerah. "Tidak apa-apa Kemendikbud membuat edaran untuk sekolah libur. Artinya lebih bijak bagi kita adalah lebih baik mencegah daripada mengobati, dan daripada kewalahan seperti di Italia. Nah jangan sampai kita juga menyesal, jadi 14 hari ini penting."
Kegiatan belajar di rumah ini, kata Retno, bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi chatting seperti WhatsApp. "Jika suatu daerah sulit akses internetnya, maka bisa menggunakan cara bisa menggunakan aplikasi WhatsApp. Pasti guru-guru di sekolah ini punya group dengan siswanya. Jadi bisa untuk komunikasi antara guru dan murid. Selain itu, edukasi juga kepada orang tua juga penting untuk tidak mengajak anak-anak keluar rumah, ini mesti juga dicegah."
(zik)