Pasien Corona Mencapai 19 Orang, Jangan Anggap Remeh
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah perlu bekerja ekstrakeras dalam menangani penyebaran virus corona (Covid-19). Hal ini terkait dengan lonjakan jumlah pasien positif corona, dari 6 orang menjadi 19 orang.
Berdasar data yang disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto, pasien baru positif terjangkit corona karena tertular dari pasien sebelumnya. Bahkan ditemukan pula kasus positif corona yang terjadi dari kasus imported case. Kondisi ini menegaskan virus corona sudah menyebar di Tanah Air.
Merespons perkembangan terakhir corona, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menandaskan pentingnya melakukan introspeksi atas berbagai upaya yang telah dilakukan untuk menghadapi dan mengantisipasi penyebaran virus corona.
“Apa yang kita lakukan belum mencerminkan suasana menghadapi kondisi yang masif. Kita dilahirkan untuk melihat situasi yang terburuk. Secara jujur kita perlu menginventarisasi kekuatan,” ujar dia dalam rilisnya tadi malam.
Moeldoko juga menegaskan perlunya dilakukan inventarisasi berbagai potensi yang bisa digerakkan. “Kita juga perlu membuat proyeksi penyebaran kasus Covid-19. Dengan begitu kita bisa membuat prioritas-prioritas yang harus dilakukan,” tegas Moeldoko. (Baca: Wabah Corona, Pengawasan Bandara dan Pelabuhan Harus Diperketat Lagi)
Wakil Presiden Ma`ruf Amin menegaskan pemerintah sudah berjuang untuk mengatasi dengan semaksimal mungkin, termasuk mencegah masuknya orang-orang yang diduga misalnya dicurigai membawa pengaruh corona. Selain itu pemerintah juga menyiapkan penanganan terhadap pasien corona.
“Orang yang sakit jangan didekatkan, didatangkan kepada orang yang sehat. Orang yang sehat jangan didekatkan kepada orang yang sakit. Jadi ini namanya harus ada isolasi. Maka kita menjaga supaya tidak terjadi,” ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jakarta, kemarin.
Dalam jumpa pers, Achmad Yurianto mengungkapkan, pasien yang tercatat tertular di Tanah Air adalah pasien nomor 10 laki-laki warga negara asing (WNA) berusia 29 tahun; pasien nomor 11 WNA perempuan berusia 54 tahun; dan pasien nomor 12 laki-laki berusia 31 tahun. Kondisi mereka saat ini sakit ringan sedang. "Ini merupakan hasil tracing pasien nomor 1," ujar dia di Kantor Presiden kemarin.
Sebagai informasi, pasien nomor satu merupakan warga Depok yang tertular corona dari WN Jepang. Selain tiga kasus tersebut, ada satu lagi pasien nomor 13 yang merupakan perempuan berusia 13 tahun yang ditemukan dari tracing dari subkluster pasien nomor 3.
Ada pula pasien nomor 8 berusia 56 tahun yang tertular pasien nomor 7 karena posisi mereka suami istri. “Sekarang kondisinya menggunakan beberapa peralatan infus, oksigen, karena sebelum kontak dengan pasien nomor 7, pasien nomor 8 sudah sakit duluan. Tapi bukan sakit Covid-19, (dia) sakit diare ditambah riwayat diabetes. Sekarang sakit karena (pasien nomor) 7 sakit sedang berat,” tuturnya.
Pasien nomor 7 ini diidentifikasi sebagai perempuan berusia 59 tahun yang merupakan imported case. Kondisinya ringan sedang dan stabil. "Di mana yang bersangkutan baru kembali dari luar negeri dan menunjukkan gejala, lalu dilakukan pemeriksaan PRC 4 hari lalu dan genome sequencing 4 hari lalu, hasilnya hari ini positif,” papar.
Imported case yang kemudian menyebar juga terjadi pada pasien nomor 16 yang merupakan perempuan berusia 17 tahun. Dia terjangkit corona karena memiliki kontak dekat dengan pasien nomor 15.
Adapun kasus lainnya adalah imported case, yakni yang menimpa pasien nomor 17 laki-laki berusia 56 tahun, pasien nomor 18 laki-laki usia 55 tahun, dan pasien nomor 19 laki-laki 40 tahun. Namun Achmad Yurianto tidak menyebut secara spesifik negara-negara mana saja yang dikunjungi pasien-pasien corona tersebut. Dia hanya mengatakan pemerintah telah menelusuri. “Sudah ditelusuri. Ada tiga negara. Yang pasti negara yang terinfeksi,” ungkapnya.
Dengan adanya pasien baru tersebut, jumlah suspect virus corona berkurang menjadi 8 dari sebelumnya 21 orang. Namun di sisi lain pemerintah juga masih menunggu laporan mengenai suspect corona yang baru. Hal ini juga terkait dengan jumlah spesimen yang diperiksa Kementerian Kesehatan. “Saya menunggu spesimen laporannya hari ini. Saya laporkan besok saja. Termasuk dengan itu (suspect),” kata Yuri. (Baca juga: Jadi 19 Orang, DPR Minta Pemerintah Investigasi Pasien Corona)
Dari kalangan DPR, anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati meminta lonjakan pasien positif corona menjadi kewaspadaan baru dari pemerintah untuk mengeluarkan travel warning atau travel band. ”Itu sebenarnya Komisi IX sudah teriak lama, sejak Januari akhir sudah mengingatkan untuk itu begitu Singapura level 3. Travel warning seharusnya direkomendasikan oleh Kemenkes ke Kemlu,” katanya kemarin.
Dia juga menekankan perlunya pengetatan tracing dan screening, terutama kepada masyarakat yang baru pulang dari luar negeri atau mengunjungi daerah atau negara yang sudah positif terdapat Covid-19. ”Itu harus ditelusuri. Kan ada datanya dari Imigrasi,” katanya.
DPR, lanjut dia, juga meminta pemerintah bisa memastikan ketersediaan ruangan untuk menangani penambahan jumlah pasien corona. Rumah sakit yang sudah ditunjuk sebagai tempat rujukan pasien korona juga harus dipastikan ketersediaan ruangan, alat kesehatan, termasuk alat pelindung diri.
Anggota Komisi III DPR Ahmad Sahroni meyakini penanggulangan penyebaran dampak virus conona akan optimal jika pemerintah dan seluruh elemen masyarakat berperan aktif bersinergi memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Oleh karenanya Sahroni mendorong dunia usaha, terkhusus para pengusaha, turut ambil bagian membantu pemerintah melalui dana corporate social and responsibility (CSR) dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang Covid-19 serta bantuan alat kesehatan seperti masker dan alat-alat kesehatan pendukung lainnya.
“Saya mengajak seluruh anak bangsa tergerak hatinya bersatu dan bersinergi menjadi bagian dari upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19,” kata Sahroni kemarin.
Di sisi lain dia meyakini Polri, TNI dan team kesehatan mampu bersinergi sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam upaya mengatasi dampak corona. "Kita pasti mampu keluar dari masalah ini. Indonesia mampu,” seru Sahroni.
Italia Siap Terapi Kejut Besar-besaran
Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte berjanji akan melaksanakan terapi kejut besar-besaran untuk membendung virus corona. Dia juga meminta Eropa bertindak cepat untuk menyelamatkan pasar dan perekonomian blok tersebut ketika Italia telah mengisolasi kawasan industri di utara negara itu.
“Kita tidak akan berhenti di sini,” kata Conte kepada harian La Repubblica. “Kita akan menggunakan terapi kejut luar biasa. Itu dilaksanakan untuk mengatasi situasi darurat sehingga memanfaatkan semua sumber daya manusia dan ekonomi,” katanya.
Kasus virus corona telah mewabah di 20 wilayah Italia dengan jumlah kasus mencapai 6.387 dan jumlah korban tewas mencapai 366 orang. Akibat kondisi tersebut Italia telah mengisolasi Lombardy, kawasan terkaya dan paling produktif di negeri itu, termasuk Milan di dalamnya.
Negara tetangga Italia seperti Swiss dan Austria telah memberlakukan pengecekan kesehatan bagi warga Italia yang melintasi perbatasan. Pemerintah Swiss menyatakan orang Italia yang bekerja di negara tersebut harus menunjukkan dokumen kalau mereka memiliki pekerjaan di Swiss. Adapun Pemerintah Australia menyiagakan petugas kesehatan untuk memeriksa kesehatan warga Italia yang melintasi perbatasan. (Baca juga: Dua Pasien Positif Virus Corona Alami Beban Psikologis)
Virus corona yang awalnya menyebar di China pada Desember lalu kini sudah menyebar ke seluruh dunia. Penerbangan dibatalkan, kapal pesiar diisolasi, konser, pameran dagang, hingga pesta olah raga dibatalkan. Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo pun masih diwarnai keraguan. Lebih dari 110.000 orang terinfeksi virus corona di 105 negara dan teritorial. Sebanyak 3.800 orang tewas, sebagian besar di China.
Di China dan Korea Selatan (Korsel), dua negara yang paling parah dilanda virus corona, laporkan penurunan jumlah kasus. Di China, di luar episentrum Provinsi Hubei, dilaporkan tidak ada penularan virus corona, tetapi para pejabat Partai Komunis menyatakan mereka tetap siaga.
Arab Saudi juga turut kelabakan terdampak corona. Untuk meminimalkan penyebaran, Pemerintah Arab Saudi memberlakukan denda hingga 500.000 riyal atau USD133.000 (Rp1,9 miliar) bagi orang yang tidak mengungkapkan informasi kesehatan dan informasi detail perjalanan ketika memasuki negara tersebut.
Upaya itu dilakukan Saudi setelah pemerintah memberlakukan isolasi sementara di Provinsi Qatif, kawasan penghasil minyak di timur Saudi. Langkah tersebut setelah ditemukan empat kasus warga terinfeksi virus corona di Qatif setelah menjalin kontak dan pergi ke Iran. Namun empat warga tersebut tidak mengungkapkan detail informasi perjalanan kepada otoritas. Jumlah kasus virus corona di Saudi mencapai 11 orang, termasuk 4 orang di Qatif.
Saudi juga mengungkapkan, langkah hukum penalti itu akan diberlakukan untuk melarang warganya bepergian ke Iran di mana 237 orang di Iran sudah meninggal akibat terinfeksi virus corona. Provinsi Qatif dikenal memiliki penganut Syiah terbesar di Saudi. Mereka juga terbiasa pergi berziarah ke Iran dan berinteraksi dengan orang Iran. (Dita Angga/Abdul Rochim/Andika H Mustaqim)
Berdasar data yang disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto, pasien baru positif terjangkit corona karena tertular dari pasien sebelumnya. Bahkan ditemukan pula kasus positif corona yang terjadi dari kasus imported case. Kondisi ini menegaskan virus corona sudah menyebar di Tanah Air.
Merespons perkembangan terakhir corona, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menandaskan pentingnya melakukan introspeksi atas berbagai upaya yang telah dilakukan untuk menghadapi dan mengantisipasi penyebaran virus corona.
“Apa yang kita lakukan belum mencerminkan suasana menghadapi kondisi yang masif. Kita dilahirkan untuk melihat situasi yang terburuk. Secara jujur kita perlu menginventarisasi kekuatan,” ujar dia dalam rilisnya tadi malam.
Moeldoko juga menegaskan perlunya dilakukan inventarisasi berbagai potensi yang bisa digerakkan. “Kita juga perlu membuat proyeksi penyebaran kasus Covid-19. Dengan begitu kita bisa membuat prioritas-prioritas yang harus dilakukan,” tegas Moeldoko. (Baca: Wabah Corona, Pengawasan Bandara dan Pelabuhan Harus Diperketat Lagi)
Wakil Presiden Ma`ruf Amin menegaskan pemerintah sudah berjuang untuk mengatasi dengan semaksimal mungkin, termasuk mencegah masuknya orang-orang yang diduga misalnya dicurigai membawa pengaruh corona. Selain itu pemerintah juga menyiapkan penanganan terhadap pasien corona.
“Orang yang sakit jangan didekatkan, didatangkan kepada orang yang sehat. Orang yang sehat jangan didekatkan kepada orang yang sakit. Jadi ini namanya harus ada isolasi. Maka kita menjaga supaya tidak terjadi,” ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jakarta, kemarin.
Dalam jumpa pers, Achmad Yurianto mengungkapkan, pasien yang tercatat tertular di Tanah Air adalah pasien nomor 10 laki-laki warga negara asing (WNA) berusia 29 tahun; pasien nomor 11 WNA perempuan berusia 54 tahun; dan pasien nomor 12 laki-laki berusia 31 tahun. Kondisi mereka saat ini sakit ringan sedang. "Ini merupakan hasil tracing pasien nomor 1," ujar dia di Kantor Presiden kemarin.
Sebagai informasi, pasien nomor satu merupakan warga Depok yang tertular corona dari WN Jepang. Selain tiga kasus tersebut, ada satu lagi pasien nomor 13 yang merupakan perempuan berusia 13 tahun yang ditemukan dari tracing dari subkluster pasien nomor 3.
Ada pula pasien nomor 8 berusia 56 tahun yang tertular pasien nomor 7 karena posisi mereka suami istri. “Sekarang kondisinya menggunakan beberapa peralatan infus, oksigen, karena sebelum kontak dengan pasien nomor 7, pasien nomor 8 sudah sakit duluan. Tapi bukan sakit Covid-19, (dia) sakit diare ditambah riwayat diabetes. Sekarang sakit karena (pasien nomor) 7 sakit sedang berat,” tuturnya.
Pasien nomor 7 ini diidentifikasi sebagai perempuan berusia 59 tahun yang merupakan imported case. Kondisinya ringan sedang dan stabil. "Di mana yang bersangkutan baru kembali dari luar negeri dan menunjukkan gejala, lalu dilakukan pemeriksaan PRC 4 hari lalu dan genome sequencing 4 hari lalu, hasilnya hari ini positif,” papar.
Imported case yang kemudian menyebar juga terjadi pada pasien nomor 16 yang merupakan perempuan berusia 17 tahun. Dia terjangkit corona karena memiliki kontak dekat dengan pasien nomor 15.
Adapun kasus lainnya adalah imported case, yakni yang menimpa pasien nomor 17 laki-laki berusia 56 tahun, pasien nomor 18 laki-laki usia 55 tahun, dan pasien nomor 19 laki-laki 40 tahun. Namun Achmad Yurianto tidak menyebut secara spesifik negara-negara mana saja yang dikunjungi pasien-pasien corona tersebut. Dia hanya mengatakan pemerintah telah menelusuri. “Sudah ditelusuri. Ada tiga negara. Yang pasti negara yang terinfeksi,” ungkapnya.
Dengan adanya pasien baru tersebut, jumlah suspect virus corona berkurang menjadi 8 dari sebelumnya 21 orang. Namun di sisi lain pemerintah juga masih menunggu laporan mengenai suspect corona yang baru. Hal ini juga terkait dengan jumlah spesimen yang diperiksa Kementerian Kesehatan. “Saya menunggu spesimen laporannya hari ini. Saya laporkan besok saja. Termasuk dengan itu (suspect),” kata Yuri. (Baca juga: Jadi 19 Orang, DPR Minta Pemerintah Investigasi Pasien Corona)
Dari kalangan DPR, anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati meminta lonjakan pasien positif corona menjadi kewaspadaan baru dari pemerintah untuk mengeluarkan travel warning atau travel band. ”Itu sebenarnya Komisi IX sudah teriak lama, sejak Januari akhir sudah mengingatkan untuk itu begitu Singapura level 3. Travel warning seharusnya direkomendasikan oleh Kemenkes ke Kemlu,” katanya kemarin.
Dia juga menekankan perlunya pengetatan tracing dan screening, terutama kepada masyarakat yang baru pulang dari luar negeri atau mengunjungi daerah atau negara yang sudah positif terdapat Covid-19. ”Itu harus ditelusuri. Kan ada datanya dari Imigrasi,” katanya.
DPR, lanjut dia, juga meminta pemerintah bisa memastikan ketersediaan ruangan untuk menangani penambahan jumlah pasien corona. Rumah sakit yang sudah ditunjuk sebagai tempat rujukan pasien korona juga harus dipastikan ketersediaan ruangan, alat kesehatan, termasuk alat pelindung diri.
Anggota Komisi III DPR Ahmad Sahroni meyakini penanggulangan penyebaran dampak virus conona akan optimal jika pemerintah dan seluruh elemen masyarakat berperan aktif bersinergi memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Oleh karenanya Sahroni mendorong dunia usaha, terkhusus para pengusaha, turut ambil bagian membantu pemerintah melalui dana corporate social and responsibility (CSR) dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang Covid-19 serta bantuan alat kesehatan seperti masker dan alat-alat kesehatan pendukung lainnya.
“Saya mengajak seluruh anak bangsa tergerak hatinya bersatu dan bersinergi menjadi bagian dari upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19,” kata Sahroni kemarin.
Di sisi lain dia meyakini Polri, TNI dan team kesehatan mampu bersinergi sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam upaya mengatasi dampak corona. "Kita pasti mampu keluar dari masalah ini. Indonesia mampu,” seru Sahroni.
Italia Siap Terapi Kejut Besar-besaran
Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte berjanji akan melaksanakan terapi kejut besar-besaran untuk membendung virus corona. Dia juga meminta Eropa bertindak cepat untuk menyelamatkan pasar dan perekonomian blok tersebut ketika Italia telah mengisolasi kawasan industri di utara negara itu.
“Kita tidak akan berhenti di sini,” kata Conte kepada harian La Repubblica. “Kita akan menggunakan terapi kejut luar biasa. Itu dilaksanakan untuk mengatasi situasi darurat sehingga memanfaatkan semua sumber daya manusia dan ekonomi,” katanya.
Kasus virus corona telah mewabah di 20 wilayah Italia dengan jumlah kasus mencapai 6.387 dan jumlah korban tewas mencapai 366 orang. Akibat kondisi tersebut Italia telah mengisolasi Lombardy, kawasan terkaya dan paling produktif di negeri itu, termasuk Milan di dalamnya.
Negara tetangga Italia seperti Swiss dan Austria telah memberlakukan pengecekan kesehatan bagi warga Italia yang melintasi perbatasan. Pemerintah Swiss menyatakan orang Italia yang bekerja di negara tersebut harus menunjukkan dokumen kalau mereka memiliki pekerjaan di Swiss. Adapun Pemerintah Australia menyiagakan petugas kesehatan untuk memeriksa kesehatan warga Italia yang melintasi perbatasan. (Baca juga: Dua Pasien Positif Virus Corona Alami Beban Psikologis)
Virus corona yang awalnya menyebar di China pada Desember lalu kini sudah menyebar ke seluruh dunia. Penerbangan dibatalkan, kapal pesiar diisolasi, konser, pameran dagang, hingga pesta olah raga dibatalkan. Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo pun masih diwarnai keraguan. Lebih dari 110.000 orang terinfeksi virus corona di 105 negara dan teritorial. Sebanyak 3.800 orang tewas, sebagian besar di China.
Di China dan Korea Selatan (Korsel), dua negara yang paling parah dilanda virus corona, laporkan penurunan jumlah kasus. Di China, di luar episentrum Provinsi Hubei, dilaporkan tidak ada penularan virus corona, tetapi para pejabat Partai Komunis menyatakan mereka tetap siaga.
Arab Saudi juga turut kelabakan terdampak corona. Untuk meminimalkan penyebaran, Pemerintah Arab Saudi memberlakukan denda hingga 500.000 riyal atau USD133.000 (Rp1,9 miliar) bagi orang yang tidak mengungkapkan informasi kesehatan dan informasi detail perjalanan ketika memasuki negara tersebut.
Upaya itu dilakukan Saudi setelah pemerintah memberlakukan isolasi sementara di Provinsi Qatif, kawasan penghasil minyak di timur Saudi. Langkah tersebut setelah ditemukan empat kasus warga terinfeksi virus corona di Qatif setelah menjalin kontak dan pergi ke Iran. Namun empat warga tersebut tidak mengungkapkan detail informasi perjalanan kepada otoritas. Jumlah kasus virus corona di Saudi mencapai 11 orang, termasuk 4 orang di Qatif.
Saudi juga mengungkapkan, langkah hukum penalti itu akan diberlakukan untuk melarang warganya bepergian ke Iran di mana 237 orang di Iran sudah meninggal akibat terinfeksi virus corona. Provinsi Qatif dikenal memiliki penganut Syiah terbesar di Saudi. Mereka juga terbiasa pergi berziarah ke Iran dan berinteraksi dengan orang Iran. (Dita Angga/Abdul Rochim/Andika H Mustaqim)
(ysw)