Ternyata Tingkat Kesembuhan Pasien Virus Corona Cukup Tinggi
A
A
A
JAKARTA - Walaupun mengkhawatirkan, masyarakat tidak perlu merespons wabah virus corona (Covid-19) dengan cara berlebihan. Pasalnya, sakit akibat virus tersebut bisa disembuhkan. Berdasar fakta, potensi kesembuhan pasien pun terbilang tinggi.
Hasil studi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) China menemukan, angka kematian akibat Covid-19 di China sekitar 2,3%. Di dunia, angka kematian juga rendah. Sebagai pembanding, angka kematian akibat penyakit flu ialah 0,1%.
Sebagian besar pasien corona dengan gejala ringan juga dapat sembuh, walaupun di sisi lain penderita akut atau kritis lebih lama dan sekitar 49% berujung pada kematian. Ada 32.495 dari 78.487 pasien di China sampai 27 Februari juga telah sembuh. Saat itu angka kematiannya masih sekitar 2.700 dan pasien kritis 8.300.
CDC juga menemukan, sekitar 36.000 dari 44.672 atau 81% pasien virus corona sampai 11 Februari lalu mengalami gejala ringan. Kondisi seseorang dapat dikatakan ringan jika tidak mengalami pneumonia (gangguan pernafasan) atau penyakit berat lain.
Berdasarkan fakta demikian, Presiden Jokowi meminta masyarakat tetap tenang dan waspada serta melakukan aktivitas seperti biasa. Dia pun menunjukkan fakta, hampir sebagian besar pasien virus corona di China, Jepang, Iran, dan Italia dapat kembali sembuh. "Jadi kita tidak perlu terlalu ketakutan masalah ini, tetapi harus hati-hati dan waspada dalam setiap aktivitas. Kita meyakini bahwa ini bisa ditangani," kata Presiden dalam jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Sekretaris Ditjen P2P Kementerian Kesehatan sekaligus juru bicara pemerintah terkait virus corona, Achmad Yurianto, juga memastikan bahwa penyakit akibat Covid-19 bisa disembuhkan. Tingkat kesembuhannya pun tinggi. “Bahkan kita melihat rumah sakit sementara di China juga sudah mulai dibongkar. Yang sembuh semakin banyak, kemudian angka yang dengan kasus berat juga semakin turun angkanya,’’ ujarnya di Jakarta kemarin.
Perkembangan terakhir wabah corona sudah bisa dikendalikan. Achmad menunjukkan wabah di China daratan sudah cenderung menurun. Bahkan penambahan kasus hari ini adalah penambahan rekor terendah dalam kasus ini sejak Januari. ‘Sekarang makin turun, makin turun, makin turun,” katanya.
Di sisi lain, dia mengakui perluasan wabah di luar China justru mengalami peningkatan seperti di Korea Selatan, Jepang, Iran, dan Italia. Namun, dia mengidentifikasi adanya kemungkinan virus korona yang menyebar di luar China itu mengalami perubahan dan tidak menyebabkan kematian. “Gejala yang dimunculkan saat ini bisa berubah, tidak menyebabkan kematian seperti di Wuhan. Meski sekarang justru tidak ada gejalanya,” ungkap Achmad.
Dia menuturkan, virus corona bisa seperti penyakit SARS dan H1N1 (flu babi) yang dulu mematikan namun kini berubah menjadi flu biasa. “Sama dengan virus H1N1, flu babi. Sadis sekali, tapi lama-lama hanya menjadi flu biasa. Berati ada kemungkinan sifat virusnya ini berubah, bukan orangnya yang berubah. Namanya tetap, tipikal virusnya berubah tidak mematikan,” tambah Achmad.
Dari penjelasan itu Achmad yakin virus corona bisa disembuhkan. Dia menunjuk kondisi dua pasien positif virus korona yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso yang kian baik. “Hari ini saya telepon Direktur RSPI Sulianti Saroso, kondisinya (pasien) lebih bagus. Tanpa keluhan apa pun, tapi tetap harus diisolasi karena kemarin positif,” tuturnya.
Dokter Jin Dongyan, ahli virus dari Universitas Hong Kong, juga menegaskan bahwa tingkat kesembuhan penyakit korona tinggi. Dia pun memprihatinkan banyak pemberitaan yang cenderung membesar-besarkan fakta sehingga memicu kepanikan. “Saat ini banyak orang yang panik karena beberapa orang melebih-lebihkan risiko Covid-19,” sambung Dongyan. “Pemerintah dan ahli kesehatan tidak hanya perlu menangkal wabah Covid-19, tapi juga masalah informasi karena dampaknya lebih besar dari virus.”
Koordinator tim respons penyebaran virus Covid-19 UGM, Riris Andono Ahmad, menilai penemuan adanya kasus korona yang terkonfirmasi menunjukkan kapasitas deteksi sistem kesehatan Indonesia cukup mumpuni. Di sisi lain, hal itu menenangkan masyarakat karena korona bisa dicegah dan tingkat fatalitasnya juga rendah. “Kunci pencegahan penularan virus ini terletak pada perilaku hidup
sehat yang sebenarnya telah kerap dikampanyekan sebelum kemunculan virus ini, seperti mencuci tangan, konsumsi makanan sehat, serta olahraga dan istirahat yang cukup,” kata dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM saat konferensi pers merespons Covid-19 di UGM, Yogyakarta, kemarin.
Dia menandaskan, dibandingkan beberapa penyakit yang juga disebabkan oleh virus corona seperti SARS dan MERS-Cov, Covid-19 memiliki tingkat fatalitas yang lebih rendah, yaitu sekitar 2%, jauh lebih rendah dibandingkan SARS
yang bisa mencapai 10%. “Untuk itu, masyarakat tidak perlu panik. Terlebih sistem kesehatan Indonesia dinilai cukup mumpuni dalam mendeteksi dan menangani penyakit ini,” urainya.
Tetap Waspada
Walaupun ada tren positif terkait wabah corona, Presiden Jokowi tetap meminta jajarannya siaga. Untuk itu, dia telah menginstruksikan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto maksimal mengantisipasi dan bersiaga menangkal penyebaran wabah virus corona. "Yang paling penting, kita waspada, hati-hati. Saya sudah perintahkan ke Menteri Kesehatan untuk diawasi secara detail," ujarnya.
Kesiagaan dimaksud di antaranya menyiapkan skenario penanganan virus corona. Hal ini harus dipersiapkan agar tidak tergagap dalam penanganan bencana nonalam tersebut. “Ini bencana nonalam. Hati-hati dengan ini. Kita harus punya skenario kalau itu terjadi. Mudah-mudahan tidak terjadi di negara kita,” kata Presiden.
Dengan adanya skenario akan jelas tahapan-tahapan apa saja yang harus dilakukan. “Kalau terjadi harus punya skenario apa, penyiapan apa, di mana, apa yang harus dikerjakan. Step by step itu harus kita miliki karena kalau tidak kita akan tergagap-gagap,” ungkapnya.
Masih terkait kesiagaan menghadapi korona, pemerintah memastikan akan menambah 10 laboratorium untuk melakukan uji spesimen virus korona. Laboratorium itu nantinya akan melakukan pemeriksaan secara polymerase chain reaction (PCR).
Sebagai informasi, laboratorium tersebut tersebar di Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan (BBTKL) yang berada di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Banjarbaru. Selanjutnya ada Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan (BTKL) yang berada di Batam, Medan, Palembang, Makassar, Manado, dan Ambon. “Dengan ditemukan kasus positif korona di Indonesia, kita harus mulai berpikir untuk respons cepat,” ujar Achmad Yurianto kemarin.
Di 10 balai ini akan ditempatkan supervisor yang sudah terlatih. Menurut Achmad, Kemenkes sudah melatih tenaga dimaksud. Namun, dia memastikan tetap ada supervisi dari Litbang Kemenkes yang menempatkan supervisornya di 10 tempat ini. “Sehingga kalau misalkan ada spesimen dari Ambon, tidak usah dikirim ke Jakarta. Tujuannya satu agar responsnya lebih cepat. Satu respons lebih cepat, kedua saya mumet nunggu laporannya. Tetapi, tetap sistem sudah jalan karena ini by system untuk update,” jaminnya.
Hingga saat ini Kemenkes telah menerima 155 spesimen yang terkait virus corona. Spesimen tersebut dikirim dari 35 rumah sakit di 23 provinsi di Indonesia. Dari data tersebut, dua orang terkonfirmasi virus korona, yakni ibu berusia 64 tahun dan anaknya, 31, yang tengah dirawat di RSPI Sulianti Saroso. “Masih ada lagi beberapa spesimen yang masih didalami pemerintah,” katanya. (Binti Mufaridah/Priyo Setyawan/Muh Shamil)
Hasil studi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) China menemukan, angka kematian akibat Covid-19 di China sekitar 2,3%. Di dunia, angka kematian juga rendah. Sebagai pembanding, angka kematian akibat penyakit flu ialah 0,1%.
Sebagian besar pasien corona dengan gejala ringan juga dapat sembuh, walaupun di sisi lain penderita akut atau kritis lebih lama dan sekitar 49% berujung pada kematian. Ada 32.495 dari 78.487 pasien di China sampai 27 Februari juga telah sembuh. Saat itu angka kematiannya masih sekitar 2.700 dan pasien kritis 8.300.
CDC juga menemukan, sekitar 36.000 dari 44.672 atau 81% pasien virus corona sampai 11 Februari lalu mengalami gejala ringan. Kondisi seseorang dapat dikatakan ringan jika tidak mengalami pneumonia (gangguan pernafasan) atau penyakit berat lain.
Berdasarkan fakta demikian, Presiden Jokowi meminta masyarakat tetap tenang dan waspada serta melakukan aktivitas seperti biasa. Dia pun menunjukkan fakta, hampir sebagian besar pasien virus corona di China, Jepang, Iran, dan Italia dapat kembali sembuh. "Jadi kita tidak perlu terlalu ketakutan masalah ini, tetapi harus hati-hati dan waspada dalam setiap aktivitas. Kita meyakini bahwa ini bisa ditangani," kata Presiden dalam jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Sekretaris Ditjen P2P Kementerian Kesehatan sekaligus juru bicara pemerintah terkait virus corona, Achmad Yurianto, juga memastikan bahwa penyakit akibat Covid-19 bisa disembuhkan. Tingkat kesembuhannya pun tinggi. “Bahkan kita melihat rumah sakit sementara di China juga sudah mulai dibongkar. Yang sembuh semakin banyak, kemudian angka yang dengan kasus berat juga semakin turun angkanya,’’ ujarnya di Jakarta kemarin.
Perkembangan terakhir wabah corona sudah bisa dikendalikan. Achmad menunjukkan wabah di China daratan sudah cenderung menurun. Bahkan penambahan kasus hari ini adalah penambahan rekor terendah dalam kasus ini sejak Januari. ‘Sekarang makin turun, makin turun, makin turun,” katanya.
Di sisi lain, dia mengakui perluasan wabah di luar China justru mengalami peningkatan seperti di Korea Selatan, Jepang, Iran, dan Italia. Namun, dia mengidentifikasi adanya kemungkinan virus korona yang menyebar di luar China itu mengalami perubahan dan tidak menyebabkan kematian. “Gejala yang dimunculkan saat ini bisa berubah, tidak menyebabkan kematian seperti di Wuhan. Meski sekarang justru tidak ada gejalanya,” ungkap Achmad.
Dia menuturkan, virus corona bisa seperti penyakit SARS dan H1N1 (flu babi) yang dulu mematikan namun kini berubah menjadi flu biasa. “Sama dengan virus H1N1, flu babi. Sadis sekali, tapi lama-lama hanya menjadi flu biasa. Berati ada kemungkinan sifat virusnya ini berubah, bukan orangnya yang berubah. Namanya tetap, tipikal virusnya berubah tidak mematikan,” tambah Achmad.
Dari penjelasan itu Achmad yakin virus corona bisa disembuhkan. Dia menunjuk kondisi dua pasien positif virus korona yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso yang kian baik. “Hari ini saya telepon Direktur RSPI Sulianti Saroso, kondisinya (pasien) lebih bagus. Tanpa keluhan apa pun, tapi tetap harus diisolasi karena kemarin positif,” tuturnya.
Dokter Jin Dongyan, ahli virus dari Universitas Hong Kong, juga menegaskan bahwa tingkat kesembuhan penyakit korona tinggi. Dia pun memprihatinkan banyak pemberitaan yang cenderung membesar-besarkan fakta sehingga memicu kepanikan. “Saat ini banyak orang yang panik karena beberapa orang melebih-lebihkan risiko Covid-19,” sambung Dongyan. “Pemerintah dan ahli kesehatan tidak hanya perlu menangkal wabah Covid-19, tapi juga masalah informasi karena dampaknya lebih besar dari virus.”
Koordinator tim respons penyebaran virus Covid-19 UGM, Riris Andono Ahmad, menilai penemuan adanya kasus korona yang terkonfirmasi menunjukkan kapasitas deteksi sistem kesehatan Indonesia cukup mumpuni. Di sisi lain, hal itu menenangkan masyarakat karena korona bisa dicegah dan tingkat fatalitasnya juga rendah. “Kunci pencegahan penularan virus ini terletak pada perilaku hidup
sehat yang sebenarnya telah kerap dikampanyekan sebelum kemunculan virus ini, seperti mencuci tangan, konsumsi makanan sehat, serta olahraga dan istirahat yang cukup,” kata dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM saat konferensi pers merespons Covid-19 di UGM, Yogyakarta, kemarin.
Dia menandaskan, dibandingkan beberapa penyakit yang juga disebabkan oleh virus corona seperti SARS dan MERS-Cov, Covid-19 memiliki tingkat fatalitas yang lebih rendah, yaitu sekitar 2%, jauh lebih rendah dibandingkan SARS
yang bisa mencapai 10%. “Untuk itu, masyarakat tidak perlu panik. Terlebih sistem kesehatan Indonesia dinilai cukup mumpuni dalam mendeteksi dan menangani penyakit ini,” urainya.
Tetap Waspada
Walaupun ada tren positif terkait wabah corona, Presiden Jokowi tetap meminta jajarannya siaga. Untuk itu, dia telah menginstruksikan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto maksimal mengantisipasi dan bersiaga menangkal penyebaran wabah virus corona. "Yang paling penting, kita waspada, hati-hati. Saya sudah perintahkan ke Menteri Kesehatan untuk diawasi secara detail," ujarnya.
Kesiagaan dimaksud di antaranya menyiapkan skenario penanganan virus corona. Hal ini harus dipersiapkan agar tidak tergagap dalam penanganan bencana nonalam tersebut. “Ini bencana nonalam. Hati-hati dengan ini. Kita harus punya skenario kalau itu terjadi. Mudah-mudahan tidak terjadi di negara kita,” kata Presiden.
Dengan adanya skenario akan jelas tahapan-tahapan apa saja yang harus dilakukan. “Kalau terjadi harus punya skenario apa, penyiapan apa, di mana, apa yang harus dikerjakan. Step by step itu harus kita miliki karena kalau tidak kita akan tergagap-gagap,” ungkapnya.
Masih terkait kesiagaan menghadapi korona, pemerintah memastikan akan menambah 10 laboratorium untuk melakukan uji spesimen virus korona. Laboratorium itu nantinya akan melakukan pemeriksaan secara polymerase chain reaction (PCR).
Sebagai informasi, laboratorium tersebut tersebar di Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan (BBTKL) yang berada di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Banjarbaru. Selanjutnya ada Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan (BTKL) yang berada di Batam, Medan, Palembang, Makassar, Manado, dan Ambon. “Dengan ditemukan kasus positif korona di Indonesia, kita harus mulai berpikir untuk respons cepat,” ujar Achmad Yurianto kemarin.
Di 10 balai ini akan ditempatkan supervisor yang sudah terlatih. Menurut Achmad, Kemenkes sudah melatih tenaga dimaksud. Namun, dia memastikan tetap ada supervisi dari Litbang Kemenkes yang menempatkan supervisornya di 10 tempat ini. “Sehingga kalau misalkan ada spesimen dari Ambon, tidak usah dikirim ke Jakarta. Tujuannya satu agar responsnya lebih cepat. Satu respons lebih cepat, kedua saya mumet nunggu laporannya. Tetapi, tetap sistem sudah jalan karena ini by system untuk update,” jaminnya.
Hingga saat ini Kemenkes telah menerima 155 spesimen yang terkait virus corona. Spesimen tersebut dikirim dari 35 rumah sakit di 23 provinsi di Indonesia. Dari data tersebut, dua orang terkonfirmasi virus korona, yakni ibu berusia 64 tahun dan anaknya, 31, yang tengah dirawat di RSPI Sulianti Saroso. “Masih ada lagi beberapa spesimen yang masih didalami pemerintah,” katanya. (Binti Mufaridah/Priyo Setyawan/Muh Shamil)
(ysw)