Upaya Bangkitkan Kembali Kekaisaran Ottoman di Turki

Kamis, 13 Februari 2020 - 19:15 WIB
Upaya Bangkitkan Kembali Kekaisaran Ottoman di Turki
Upaya Bangkitkan Kembali Kekaisaran Ottoman di Turki
A A A
JAKARTA - Lembaga Fatwa Mesir Dar al-Ifta al-Mishriyyah‎ melarang masyarakat menyaksikan tayangan sinema di Netflix Turki berjudul "Resurrection: Ertugrul" dan "Valley of the Woods".

Kedua tayangan ini dinilai menjadi sarana propaganda Presiden Recep Tayyip Erdogan mencitrakan diri sebagai pemimpin muslim di dunia dan mimpi untuk membangkitkan kekaisaran Ottoman.

"Tayangan itu juga menggiring penonton untuk menghidupkan kembali masa-masa Kekaisaran Ottoman yang tidak pernah akan terjadi," ungkap fatwa tersebut mengutip Tele1 News, Kamir (13/2/2020).

Fatwa dari otoritas keagamaan di Mesir ini menjadi salah satu rujukan hukum bagi masyarakat tentang masalah bersinggungan dengan agama dari otoritas Islam yang diakui.

Peringatan para mufti di Mesir ini diterbitkan di situs web Dar Al Ifta.Fatwa tersebut menyatakan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan tengah bermimpi untuk menghidupkan kembali Kekaisaran Ottoman, dan bahwa serial televisi di Netflix Turki "Resurrection: Ertugrul" and "Valley of the Woods" adalah alat propaganda untuk membantu Erdogan mencapai tujuan ini.

Tayangan itu menjadi sarana pendekatan persuasif dan membangun opini masyarakat. Tujuannya untuk membenarkan berbagai kebijakan yang dilakukan Turki saat ini.

"(Erdogan) tidak akan gagal untuk mewujudkan mimpinya … melalui kekuatan persuasifnya, melalui karya seni dan budaya. Bukti terbaik dari ini adalah serial televisi tersebut," tulis fatwa itu.

"Resurrection: Ertugrul menggambarkan kehidupan masyarakat Muslim nomaden Turki, khususnya Ertugrul, ayah dari pendiri Kekaisaran Ottoman, Osman I. Sedangkan tayangan "Valley of the Wolves," berupaya menggiring penonton untuk 'membenarkan' petualangan militer dan kebijakan keamanan nasional Turki saat ini.

Dar Al Ifta mengatakan, tayangan itu menampilkan "wacana menyesatkan" yang menafsirkan teks-teks Islam secara pragmatis untuk membenarkan kekerasan dan pembunuhan. Hal itu juga berupaya mencitrakan positif dari tindakan yang salah."

Sementara itu, para penggemar acara ini di Mesir menyuarakan protes mereka ke media sosial atas fatwa ini. Mereka menilai fatwa Dar Al Ifta kontroversial.

"Dar Al Ifta melarang serial tayangan dari Turki. Tapi mengapa Mesir masih menayangkan acara yang memiliki konten Non-Muslim?" protes seorang pengguna.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4274 seconds (0.1#10.140)