Kantor Staf Presiden Sebut Hoaks Seputar Virus Corona Marak

Sabtu, 08 Februari 2020 - 15:26 WIB
Kantor Staf Presiden Sebut Hoaks Seputar Virus Corona Marak
Kantor Staf Presiden Sebut Hoaks Seputar Virus Corona Marak
A A A
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menemukan sejumlah informasi bohong terkait virus Novel Corona dalam sepekan terakhir. Sebut saja salah satunya, kabar yang menyebut "Virus Corona untuk musnahkan etnis Uighur tapi malah bocor di Wuhan".

Kemenkominfo meminta publik tidak panik dengan kabar palsu tersebut. Masyarakat semestinya mempercayai data resmi yang dihimpun Pusat Informasi Terpadu 2019 n-CoV Kantor Staf Presiden (KSP).

Monitoring KSP mencatat tidak ada bukti kuat yang mendukung dugaan bahwa virus corona adalah senjata biologis China yang bocor. Terlebih, dikaitkan dengan klaim bahwa senjata itu ditujukan untuk etnis Uighur. “Pusat Informasi Terpadu (PIT) yang ada di KSP bisa menjadi rujukan bagi warga agar tidak termakan hoaks soal Corona,” ujar Plt. Deputi IV KSP Bidang Informasi dan Komunikasi Politik Juri Ardiantoro di Jakarta, Sabtu (8/2/2020).

Kabar bohong selanjutnya adalah postingan di media sosial yang menyebutkan adanya Anak Buah Kapal (ABK) dari Kapal Tanker asal Hong Kong yang positif terkena virus corona. Kapal itu tengah berlabuh di Dermaga PT Pelindo I cabang Kota Dumai. Faktanya, informasi itu salah.

Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi KKP Kota Dumai Suprapto menegaskan kabar itu bersifat hoaks alias bohong. Kabar bohong selanjutnya Badan Kesehatan Dunia atau WHO serukan isolasi China karena virus corona. Dalam artikel tersebut menyebutkan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta semua negara tidak membiarkan warganya melakukan perjalanan ke China, termasuk untuk urusan dagang.

”Lagi lagi kabar itu adalah bohong. Hasil penelusuran Kemenkominfo dan PIT-KSP menyebutkan, berita asli dari informasi tersebut diambil dari media Reuters.com dengan judul "WHO declares China virus outbreak an international emergency. Dalam berita tersebut tidak ditemukan pernyataan dari Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus yang meminta negara-negara di dunia untuk mengisolasi China,” katanya.

Sebaliknya, WHO menyatakan mereka tidak merekomendasikan adanya pembatasan perjalanan ataupun perdagangan dengan China. Tidak hanya itu, sebuah video dari akun Facebook tentang video kunjungan Presiden China Xi Jinping yang meminta doa kepada umat Muslim juga masuk kategori kabar bohong. Video tersebut memperlihatkan Presiden China Xi Jinping sedang berada di sebuah masjid dan dikelilingi umat muslim. Pada unggahan video dituliskan narasi yang mengklaim bahwa Xi Jinping sedang melakukan kunjungan ke sebuah masjid untuk meminta umat muslim mendoakan negara China yang sedang mengalami krisis akibat virus Korona.

Faktanya, video tersebut merupakan video lama. Video itu dibuat pada 19 Juli 2016 saat Xi Jinping berkunjung ke Masjid Xincheng di Yinchuan, ibu kota Wilayah Otonomi Ningxia Hui pada 19 Juli 2016. Adapun maksud kunjungan tersebut adalah mengajak warga muslim China untuk mempromosikan harmoni sosial dan menolak penyusup agama, dan bukan dalam rangka meminta doa umat muslim China terkait krisis akibat virus Korona sedang terjadi.

Kabar palsu berikutnya adalah, tim medis Jepang Berjumlah 1.000 orang tiba di Wuhan. Kabar dari akun Facebook ini telah dibantah Kedutaan Besar Jepang di Manila. Foto yang digunakan juga sama sekali tidak benar.

Begitu juga Beredar di media sosial sebuah unggahan video yang menampilkan babi dan disertai dengan narasi “Telah terjadi pembunuhan massal di China. Akibat dari virus Corona ini. Babi serta unggas di kubur hidup-hidup. Gimana di negeri kita ini… Apakah masih ada yg pelihara babi…???”.

Faktanya, setelah ditelusuri, video babi yang terdapat pada unggahan tersebut tidak ada hubungannya dengan virus corona. Video tersebut memang benar di China, namun video tersebut adalah video lama yang sudah ada sejak 2018 yakni saat wabah flu Babi Afrika yang menyebar ke lebih dari setengah provinsi di China. Sebelumnya video yang sama juga pernah dipelintir narasinya pada 2019 “Pemusnahan babi massal di Thailand”.

Kabar bohong lainnya adalah artikel berjudul, "Dugaan Penyebaran Virus Corona, Babi Digantung Selama 30 Tahun, Kuliner Ekstrem Harganya Rp2 Miliar." Faktanya, para ilmuwan belum menyimpulkan soal asal usul 2019-nCoV. Klaim yang mengaitkan kebiasaan makan orang China, termasuk soal babi yang digantung 30 tahun dengan virus corona yang sedang mewabah sama sekali tidak berdasar.

Beredar pula postingan foto di media sosial yang dalam narasinya menyatakan bahwa seorang ilmuwan di John Hopkins Center for Health Security, mengatakan virus Korona bisa membunuh 65 juta jiwa dalam 18 bulan apabila berhasil mencapai skala pandemi. Faktanya, Johns Hopkins Center for Health Security meluruskan pernyataannya bahwa simulasi yang dilakukan ilmuwan dalam ajang Event 201 tidak ada kaitannya dengan wabah Virus Corona 2019-nCoV yang sedang terjadi. Adapun virus corona yang digunakan dalam simulasi tersebut adalah fiksi dan hasilnya bukanlah prediksi.

Pusat Informasi Terpadu mencatat setidaknya ditemukan 54 berita bohong terkait penyebaran 2019-nCoV. Dengan adanya informasi yang menyesatkan tersebut, KSP mengajak seluruh masyarakat mempercayai informasi yang disebar Pusat Informasi Terpadu secara rutin setiap harinya. Informasi tersebut bisa diakses melalui situs http://ksp.go.id/waspada-corona/.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4798 seconds (0.1#10.140)