Camar hingga Umat Yahudi Tentram di Essaouira (10)

Rabu, 22 Januari 2020 - 07:31 WIB
Camar hingga Umat Yahudi...
Camar hingga Umat Yahudi Tentram di Essaouira (10)
A A A
MAROKO menjadi salah satu tempat kunjungan wisatawan Eropa. Beragam tawaran tempat wisata, mulai dari tempat wisata umum seperti pusat cendramata, museum, benteng kuno, rumah ibadah hingga pelabuhan nelayan yang amis bau ikan pun menjadi tempat yang ditawarkan.

Salah satu pelabuhan nelayan yang ramai dikunjungan oleh wisatawan asing adalah Essaouira. Kota yang terletak 400 kilometer dari kota Rabat atau lima jam perjalanan dengan bus umum, ini terkenal dengan pelabuhan nelayan tradisionalnya yang persis berada di pintu masuk benteng dan Medina, kota tua Essaouira.

Berkunjung ke pelabuhan nelayan ini memang tidak rugi, sebab tangkapan nelayan cukup banyak dan beragam, mulai jenis hiu yang secara legal ditangkap, hingga bermacam kerang laut. Semua itu hasil tangkapan nelayan dari Samudera Atlantik. Para wisatawan juga dapat langsung menikmati kerang atau bulu babi di tempat. Dengan irisan jeruk nipis, bau amis dari kerang, kima atau bulu babi itu akan hilang.

“Lima Dirham untuk satu kerang, tujuh Dirham untuk bulu babi, dan sepuluh Dirham untuk satu kima,” tawar pedagang kerang kepada wisatawan. Untuk diketahui, 1 USD setara dengan 10 Dirham Maroko.

Memasuki pintu gerbang, kita akan menemukan deretan rumah makan dengan hasil tangkapan laut nan segar. Sambil menunggu hidangan matang, para wisatwan dapat menyaksikan nelayan membersihkan tangakapan di dinding benteng. Puluhan camar selalu mengitari nelayan untuk menyambar ikan-ikan yang sudah tidak segar lagi. Anehnya, anak kecil hingga remaja lokal tidak ada yang iseng menangkap atau menembak burung laut itu, sehingga ribuan burung camar terlihat gemuk-gemuk bak bebek mentok di Indonesia.

Sembari asyik menyaksikan gerombolan camar mengitari para nelayan membersihkan ikan, wisatawan dapat memesan ikan segar, seperti ikan ekor kuning, kakap, kerapu, ikan bulan atau lainnya, untuk dimasak sesuai selera. Sedangkan minuman tersedia mulai teh mint hingga jus jeruk segar atau delima, dengan harga terjangkau yakni 7 dirham untuk satu gelasnya.

Usai perut terisi, mulailah melakukan perjalanan di Medina Essaouira. Tempat pertama yang menarik adalah masjid tertua di kota ini, yakni Masjid Sidi Mohammed Ben Abdallah atau Masjid Kasbah. Nama masjid itu diambil dari panglima perang sekaligus Syech Maroko. Putra Sultan Abdallah IV itu yang menaklukkan pasukan Perancis pada 1765, dalam pertempuran di Essoiura. Setelah itu, ia mendirikan masjid Kasbah.

Puas melongok masjid dengan arsitektur khas Maroko tersebut, pengunjung bisa mengitari labirin Medina dengan pilihan rute cenderamata khas Essouira di La Kasbah. Bisa juga singgah di pasar tradisional menikmati jajanan dari jalan Oqba Ibn Nafiaa hingga jalan Zerktouni, dan berakhir di gerbang Bab Doukala.

Sedangkan penyusuran sebelah barat dimulai dari benteng Bastion Du Nod, dengan mengitari labirin berpemandangan pintu dan jendela berwarna biru. Jika mengitari kawasan Mellah akan menemukan sebuah Sinagog, tempat umat Yahudi beribadah. Selain untuk kunjungan wisatawan, menurut Malik, penjaganya, bahwa Sinagog ini masih berfungsi sesuai peruntukkannya. "Jika hari Sabtu kami tidak menerima kunjungan wisatawan, sebab hari Sabat," ucapnya.

Nyata sekali, pemerintah kerajaan Maroko melindungi semua umat beragama. Bahkan, kata Malik, pada Abad ke 16 kota ini dipenuhi umat Yahudi hingga 40%. “Namun sekarang sudah pindah ke Ethopia, dan saat ini hanya dua keluarga Yahudi saja yang tersisa,” kata dia. Selain itu, Yahudi keturunan Perancis juga masih mengisi kota perdagangan bangsa Phoenicia ini.

Tak hanya umat Yahudi yang tentram di sini, umat kristiani juga memiliki gereja khusus di luar Medina atau tepatnya depan gerbang Bab Doukala. Tapi hati-hati terhadap para penjaja Hasis, yang coba menawarkan dagangannya.

"Hasis di sini legal, anda tidak akan ditangkap Polisi," bujuk penjaja itu. Jika tak berkenan, tawaran itu bisa anda tolak dengan sopan. Atau kalau punya nyali, cukup katakan haram atau dilarang oleh agama, maka penjaja itu akan lebih sopan terhadap anda.

Tepat pukul 11.30, Phoenicia masuk pelabuhan nelayan yang dikerumuni ribuan camar laut. Burung-burung cantik itu tengah berebut menyambar ikan-ikan yang dibuang nelayan. Sedangkan nelayan-nelayan di sekitar kapal SAR membantu awak kapal Phoenicia mengikatkan tali sandar pertama di tambatan dermaga.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0915 seconds (0.1#10.140)