Paus Fransiskus: Kita Harus Kembali ke Akar Keberadaan Sebagai Saudara

Kamis, 16 Januari 2020 - 13:36 WIB
Paus Fransiskus: Kita...
Paus Fransiskus: Kita Harus Kembali ke Akar Keberadaan Sebagai Saudara
A A A
VATIKAN - Paus Fransiskus mengatakan, forum Inisiatif Agama-agama Ibrahim (Abrahamic Faiths Initiative) yang digelar di Vatikan mulai Selasa hingga Jumat (14-17/1/2020) adalah wahana untuk mengedepankan ikhtiar-ikhtiar perdamaian.

Mengutip Paus Fransiskus saat menerima audiensi 18 tokoh agama-agama Ibrahim diterima di kediamannya, kompleks Basilica, Vatikan, Rabu, 15 Januari 2020 malam, Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan, dalam masalah apapun yang dihadapi, hendaknya semua masalah mesti dikembalikan ke akar keberadaan manusia, yaitu sesama saudara.

Dalam kesempatan itu, ujar Katib Aam PBNU, Pastor Bob Roberts menjelaskan kepada Sri Paus tentang hasil-hasil diskusi, termasuk penegasan dukungan terhadap “Piagam Persaudaraan Kemanusiaan” yang ditandatangani bersama antara Paus Fransiskus dan Tetua Agung Al Azhar, Syaikh Ahmad Al Tayeb, di Abu Dhabi pada Februari 2019 lalu.

"Diskusi yang digelar sejak pagi hingga sore seharian pada Rabu, 15 Januari 2020, di Gregorian University, Roma mengerucutkan sikap dan langkah bersama dalam menghadapi kemelut kemanusiaan dewasa ini, yang sangat kental diwarnai oleh konflik antarkelompok agama," jelas Gus Yahya, sapaan akrab Katib Aam PBNU, Kamis, (16/1/2020).

Gus Yahya mengatakan, Sam Brownback, Duta Besar Keliling Amerika Serikat Untuk Kebebasan Beragama, pada awal diskusi menyampaikan keprihatinan yang mendalam, jika konflik antaragama ini dibiarkan sudah pasti ujungnya adalah saling bunuh di antara sesama manusia. "Ungkapan itu persis seperti analisis yang dipaparkan dalam “Deklarasi Gerakan Pemuda Ansor Tentang Islam Untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam)”, pada 2017 yang lalu," ujarnya.

Reverand Thomas Johnson dari World Evangelical Alliance menekankan bahwa deklarasi saja tidak cukup, karena belum tentu banyak orang mau sungguh-sungguh membaca dan mempelajarinya.

Gus Yahya sendiri menyatakan, siapapun yang membuat deklarasi harus siap menindaklanjutinya dengan langkah-langkah strategis yang nyata. Dia memberi contoh dengan menjelaskan kiprah Nahdlatul Ulama dalam mambangun strategi transformatif melalui aktivisme sosial, yaitu melakukan pelayanan bagi masyarakat dalam arti luas, termasuk melindungi hak-hak kelompok minoritas.

Chief Rabbi David Rosen menilai perlunya kalangan politik menengok agama-agama sebagai basis strategi resolusi konflik, bukan hanya pendekatan militer dan ekonomi.

Sedangkan Ambassador Sam Brownback pada kesempatan itu juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas segala yang telah dilakukan Nahdlatul Ulama selama ini dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Musyawarah pada akhirnya mencapai kesepakatan untuk terjun ke wilayah konflik demi mengupayakan jalan keluar. Namun Gus Yahya mengingatkan hal itu harus dilakukan dengan strategi yang komprehensif dan terkonsolidasi. "Tentu dengan dukungan instrumen-instrumen dan sumberdaya-sumberdaya yang penuh," katanya.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1388 seconds (0.1#10.140)