Musim Hujan, Wabah Penyakit Mengintai
A
A
A
JAKARTA - Musim hujan telah tiba, cuaca sejuk pun kembali terasa. Namun, jangan terlena akan sejuknya udara, karena di balik itu semua ada sejumlah penyakit yang kembali mengintai saat segarnya cuaca hujan.
Saat musim penghujan, tubuh akan lebih rentan terhadap serangan penyakit. Hal ini pun terjadi karena adanya faktor perubahan cuaca dari panas ke musim penghujan yang ikut memengaruhi suhu pada lingkungan. Saat ini pula mikroba lebih mudah berkembang biak dan dengan cepat menginfeksi tubuh manusia.
”Saat ini kita berada dalam situasi anomali atau perpindahan musim dari panas ke penghujan. Pada saat ini pula jumlah pasien dengan berbagai penyakit mulai meningkat, terlebih jika tidak diimbangi dengan keadaan fisik yang baik," jelas Dokter Umum dan Kepala Unit Emergency RS Pondok Indah, Felix Samuel.
Felix menambahkan, gejala sakit yang paling sering muncul adalah batuk, pilek, dan rasa panas di tubuh meskipun kadang tidak disertai kenaikan suhu tubuh. Tenggorokan juga terasa kering dan sakit untuk menelan. Hal inilah yang sering disebut panas dalam.
Cuaca pada musim penghujan dengan intensitas cukup deras hingga mengakibatkan bencana banjir seperti yang terjadi saat ini tentunya banyak menularkan berbagai macam bakteri dan virus seperti diare, demam berdarah degue, dan leptospirosis atau yang lebih dikenal dengan nama "kencing tikus".
Felix menegaskan, secara umum peningkatan kasus penyakit pascabanjir didasarkan pada penyebaran tiga kelompok penyakit, yaitu penyebaran melalui makanan dan minuman, penyebaran melalui nyamuk, dan penyebaran melalui tikus.
”Tahun lalu kasus penyakit akibat diare menjadi kejadian luar biasa. Hal ini harus diwaspadai mengingat kejadian banjir tahun ini luar biasa besar," jelas Felix saat di hubungi KORAN SINDO.
Penyakit diare ini disebabkan pola makan yang tidak sehat dan tidak bersih. "Kalau diare kan mencerna saluran cerna, jadi makan pun harus higienis, jaga lingkungan, dan pola hidup bersih. Jika dibiarkan, penyakit ini sama bahayanya dengan demam berdarah," ungkapnya.
Penyakit yang harus diwaspadai selanjutnya adalah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk atau yang lebih dikenal demam berdarah dengue (DBD) yang diakibatkan gigitan nyamuk aedes aegypti.
Penyakit lain yang harus diwaspadai selanjutnya adalah penyakit yang ditularkan melalui hewan tikus. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, penularan air kencing tikus ke dalam tubuh manusia sangat potensial saat banjir. Genangan air yang memasuki setiap sudut rumah memudahkan aliran air kencing tikus masuk ke dalam tubuh manusia.
”Warga terdampak banjir harus terhindar dari leptospirosis. Intinya, menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat seperti sebelum makan harus cuci tangan pakai sabun. Hal tersebut sangat mendasar namun efeknya ke kesehatan sangat berpengaruh, karena tangan menjadi media langsung antara makanan hingga ke mulut,'' kata Menkes Terawan dalam laman resmi Kemenkes.
Dia menambahkan, seseorang yang tertular leptospirosis dapat dilihat dari gejala yang terjadi berupa tubuh menggigil, batuk, diare, sakit kepala tiba-tiba, demam tinggi, nyeri otot, hilang nafsu makan, mata merah, dan iritasi.
Praktisi kesehatan Ani Prasetyaningsih menguatkan penjelasan Terawan. "Penyakit yang sering ditemui saat musim hujan dan banjir adalah leptospirosis yang dibawa melalui kencing dan kotoran tikus dalam genangan banjir," ungkapnya.
Ani melanjutkan, apabila seseorang mengalami luka terbuka pada tangan, kaki, dan mukosa mulut air yang sudah tercemar dengan kotoran tikus yang sudah mengandung leptospirosis, maka itu akan menular kepada orang lain. "Bila kita melihat sekilas pasien yang terjangkit penyakit leptospirosis seperti pasien dengan infeksi hepatitis virus," jelas Ani
Penyakit leptospirosis sangat berbahaya jika berlanjut. "Penyakit ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi antara lain terjadi kerusakan ginjal, peradangan pankreas, liver, paru, dan otak," katanya.
Ani menambahkan, anak-anak merupakan yang paling rentan terkena penyakit pascabanjir tersebut. Terganggunya kehatan ini tentu berawal dari faktor lingkungan yang memang kurang bersih.
Sejumlah daerah di Jabodetabek yang terkena musibah banjir tentunya tidak luput dari serangan penyakit gatal dan diare. Ani pun mengungkapkan, untuk saat ini masih belum menunjukkan kenaikan signifikan untuk wabah diare. "Jumlahnya masih tinggi tahun lalu, sampai Januari ini masih bisa dikatakan normal," ujarnya. (Aprilia S Andyna)
Saat musim penghujan, tubuh akan lebih rentan terhadap serangan penyakit. Hal ini pun terjadi karena adanya faktor perubahan cuaca dari panas ke musim penghujan yang ikut memengaruhi suhu pada lingkungan. Saat ini pula mikroba lebih mudah berkembang biak dan dengan cepat menginfeksi tubuh manusia.
”Saat ini kita berada dalam situasi anomali atau perpindahan musim dari panas ke penghujan. Pada saat ini pula jumlah pasien dengan berbagai penyakit mulai meningkat, terlebih jika tidak diimbangi dengan keadaan fisik yang baik," jelas Dokter Umum dan Kepala Unit Emergency RS Pondok Indah, Felix Samuel.
Felix menambahkan, gejala sakit yang paling sering muncul adalah batuk, pilek, dan rasa panas di tubuh meskipun kadang tidak disertai kenaikan suhu tubuh. Tenggorokan juga terasa kering dan sakit untuk menelan. Hal inilah yang sering disebut panas dalam.
Cuaca pada musim penghujan dengan intensitas cukup deras hingga mengakibatkan bencana banjir seperti yang terjadi saat ini tentunya banyak menularkan berbagai macam bakteri dan virus seperti diare, demam berdarah degue, dan leptospirosis atau yang lebih dikenal dengan nama "kencing tikus".
Felix menegaskan, secara umum peningkatan kasus penyakit pascabanjir didasarkan pada penyebaran tiga kelompok penyakit, yaitu penyebaran melalui makanan dan minuman, penyebaran melalui nyamuk, dan penyebaran melalui tikus.
”Tahun lalu kasus penyakit akibat diare menjadi kejadian luar biasa. Hal ini harus diwaspadai mengingat kejadian banjir tahun ini luar biasa besar," jelas Felix saat di hubungi KORAN SINDO.
Penyakit diare ini disebabkan pola makan yang tidak sehat dan tidak bersih. "Kalau diare kan mencerna saluran cerna, jadi makan pun harus higienis, jaga lingkungan, dan pola hidup bersih. Jika dibiarkan, penyakit ini sama bahayanya dengan demam berdarah," ungkapnya.
Penyakit yang harus diwaspadai selanjutnya adalah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk atau yang lebih dikenal demam berdarah dengue (DBD) yang diakibatkan gigitan nyamuk aedes aegypti.
Penyakit lain yang harus diwaspadai selanjutnya adalah penyakit yang ditularkan melalui hewan tikus. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, penularan air kencing tikus ke dalam tubuh manusia sangat potensial saat banjir. Genangan air yang memasuki setiap sudut rumah memudahkan aliran air kencing tikus masuk ke dalam tubuh manusia.
”Warga terdampak banjir harus terhindar dari leptospirosis. Intinya, menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat seperti sebelum makan harus cuci tangan pakai sabun. Hal tersebut sangat mendasar namun efeknya ke kesehatan sangat berpengaruh, karena tangan menjadi media langsung antara makanan hingga ke mulut,'' kata Menkes Terawan dalam laman resmi Kemenkes.
Dia menambahkan, seseorang yang tertular leptospirosis dapat dilihat dari gejala yang terjadi berupa tubuh menggigil, batuk, diare, sakit kepala tiba-tiba, demam tinggi, nyeri otot, hilang nafsu makan, mata merah, dan iritasi.
Praktisi kesehatan Ani Prasetyaningsih menguatkan penjelasan Terawan. "Penyakit yang sering ditemui saat musim hujan dan banjir adalah leptospirosis yang dibawa melalui kencing dan kotoran tikus dalam genangan banjir," ungkapnya.
Ani melanjutkan, apabila seseorang mengalami luka terbuka pada tangan, kaki, dan mukosa mulut air yang sudah tercemar dengan kotoran tikus yang sudah mengandung leptospirosis, maka itu akan menular kepada orang lain. "Bila kita melihat sekilas pasien yang terjangkit penyakit leptospirosis seperti pasien dengan infeksi hepatitis virus," jelas Ani
Penyakit leptospirosis sangat berbahaya jika berlanjut. "Penyakit ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi antara lain terjadi kerusakan ginjal, peradangan pankreas, liver, paru, dan otak," katanya.
Ani menambahkan, anak-anak merupakan yang paling rentan terkena penyakit pascabanjir tersebut. Terganggunya kehatan ini tentu berawal dari faktor lingkungan yang memang kurang bersih.
Sejumlah daerah di Jabodetabek yang terkena musibah banjir tentunya tidak luput dari serangan penyakit gatal dan diare. Ani pun mengungkapkan, untuk saat ini masih belum menunjukkan kenaikan signifikan untuk wabah diare. "Jumlahnya masih tinggi tahun lalu, sampai Januari ini masih bisa dikatakan normal," ujarnya. (Aprilia S Andyna)
(nfl)